02. Vanilla Boy

73 32 25
                                    

Jay masih uring-uringan di kamar nya melihat dua sejoli tadi...
Baru kali ini ia sangat cemburu sampai rasanya terbakar. Oh sungguh, ia tak bisa menahan rasa kesal ini di dada nya. Pintu rumahnya sayup berbunyi, tanda seseorang masuk. Diikuti langkah kaki menaiki tangga yang Jay hapal adalah langkah Hani.

Ayahnya sudah menelepon tadi akan pulang larut. Lagipula hanya ia, ayahnya dan Hani yang tahu pasword pintu rumah ini. Hani memang biasa bolak balik dengan bebas di rumah nya begitupun sebaliknya. Mereka sudah selayaknya keluarga yang tinggal di satu rumah meski ada dua rumah.

Tak jarang juga Hani di rumah nya hingga tertidur dan menginap. Begitupun sebaliknya. Pintu kamar Jay terbuka dan benar saja gadis yang memporak- porandakan hati Jay itu, justru muncul dengan wajah sumringah nya yang berseri bahagia, tanpa sedikit pun rasa bersalah....

Oh, itu sungguh menawan sekaligus menyebalkan bagi Jay.....!
Karena kenyataan nya bukan ia yg membuat ekspresi Hani sebahagia itu....

" Oppa sudah tidur....? aku bawa ayam goreng untukmu... aku tetap tidak melupakanmu meski aku sedang bersama pria tampan......", ujar Hani seraya duduk bersila di lantai siap membuka bungkusan yang dibawa nya.

Ia sengaja hanya menonton tadi dengan Luis dan menolak makan malam. Ia hanya minta dibungkus. Ia ingin makan bersama Jay oppa nya seperti biasa.... di setiap malam - malam nya beberapa tahun ini.

Meski ini pertama kalinya Hani jalan dengan seorang pria selain Jay, tapi entah kenapa Jay tetap selalu diingatnya. Bahkan pikirannya terus membandingkan sikap Luis dengan sikap Jay oppa nya.

" Aku sudah makan.... jangan ganggu aku .. ", jawab Jay ketus.

Jay membalik badan tidur membelakangi Hani. Sungguh tak bisa bicara dengannya sekarang. Entah kenapa ia ingin sekali marah-marah padanya. Jay tengah menahan dirinya.

" Aku tahu oppa berbohong.... Tidak ada piring kotor dibawah... Kau kan paling tidak suka cuci piring...Dan harus selalu aku yg mencuci piring kotormu...Wastafel nya juga kering... tempat sampah juga tidak ada bekas makanan.... Kau ini.... juga tak bisa hidup tanpaku kan.....??", gumam Hani bangga, seraya mulai makan ayamnya. Aroma wangi dari ayam itu sukses membuat perut Jay berbunyi.

'Apa tidak memalukan kalo ku bilang belum makan karena menunggu nya.. .? Ah, anak itu akan besar kepala nanti kalau tau sepenting itu dia. ... Tapi bukankah Hani memang sangat penting....? Dia satu satunya yang mampu membuat ku terbang melayang sekaligus jatuh berantakan. Ya, aku tak sanggup berpisah dari nya apalagi untuk pria lain seperti hari ini.... ', batin Jay menghela nafas dan mulai duduk di tepi ranjangnya.

" Kenapa tidak kabari aku kalau pulang duluan, hah....?? bahkan jalan dengan pria itu......... Apa segittu sibuk sampai tak sempat lihat ponselmu.........??", Jay memulai
omelan nya sengaja menunjukkan bahwa ia merajuk.

" Maaf, Oppa ... aku tidak bisa jawab telpon mu karena di dalam bioskop........ Terlalu berisik.... ", Hani menjawab dengan mulut yang di penuhi makanan, pipi berona merah itu menggembung ... membuatnya malah terlihat makin imut.. menggemaskan.. seperti minta di cubit.....!

Jay meringis .. Bagaimana dia bisa mempertahankan kemarahannya bila berhadapan dengan wajah begitu ....

" Alasan macam apa itu...?? bukankah kau bisa chat.... ? ", komplain Jay lagi tak ingin perdebatan ini selesai dengan wajah imut Hani.

" Iya maaf..... aku tak ingin membuat Luis cemburu. Kami sedang pdkt.....", jelas Hani seraya mengedipkan sebelah matanya dengan imut, yang sukses membuat Jay melumer dan salah tingkah.

' ....Anak ini memang benar-benar iblis...! Seenaknya membuat ku kesal hingga rasanya mau meledak... lalu seenaknya membuatku malu hanya dengan kedipan mata nya...', Jay mengutuk dirinya yang begitu lemah hati.

a Love to RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang