Alaric dan Zela yang sedang bersantay di kursi kehormatan saling menatap satu sama lain. Pesan yang dikirim Alon membuat kedua penguasa itu bingung. Kabar yang dibawa begitu baik terdengar di telinga mereka, tetapi akan membawa permasalahan baru bagi rakyat imortal.
'Bagaimana menurutmu?'
'Jika kau bertanya padaku sebagai seorang ibu, aku akan membukakan pintu untuk anak-anak kita. Tetapi jika kau membutuhkan jawabanku sebagai ratu, aku akan patuh pada semua perintahmu meski itu akan menyakiti hatiku."
Alaric tertegun dengan jawaban Zela. Rasanya keputusan beberapa tahun lalu adalah keputusann salah, keputusan yang membuatnya menyesal seumur hidup. "Persilahkan Alon, Rei, beserta rombongannya untuk masuk tanpa terkecuali!"
Abdi setia Alaric yang berjaga di ruangan sang raja mengangguk mendengar titah. Mereka saling mengabari satu sama lain, memberitahukan keputusan terbaru.
Zela menatap wajah samping Alaric. Perasaan wanita itu begitu campur aduk antara gelisa dan bahagia. Bagaimana tanggapan anak-anaknya nanti? Apa yang harus dia katakan pada putri bungsunya?
Tak lama Alon dan Rei sampai di perbatasan Geosentris. Mereka terus berteleportasi menuju tempat yang aman untuk Eline dan Reytasya.
"Bawa adik kalian kekerajaan!"
Alon tersenyum mendengar pesan dari ayahnya. Dia harap ini awal yang baik untuk keluarganya.
'Eline yang mulai sadar mengerjapkan mata. Angin yang kencang membuat mata gadis itu sedikit perih tetapi dia tetap membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah senyum menjijikan Alex.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Setelah melihat wajahmu aku rasa keadaanku semakin memburuk."
Alex terkekeh. Dia sudah merasa cukup bahagia melihat Eline dalam keadaan baik. "Kalau begitu istirahatlah!"
Baru saja mereka memasuki wilayah Geosentris, sesuatu menghadang membuat Rei dan Alon menghentikan perjalanan.
'Bagaimana Al?'
'Entahlah'
Alon dan Rei kompak menatap udara kosong di depan. Bukan hanya mereka berdua yang dapat merasakan ancaman, tetapi keempat orang lainnya juga dapat merasakan.
"Turunkan aku!"
"Kau belum cukup sehat." Brian menolak.
"Aku harus menjaga Eline."
"Ada aku dan Rei yang akan menjaga gadis kecil itu." Alon melirik sekilas Reytasya yang melotot.
"Hah! Apa aku tak salah dengar?" Reytasya terkekeh.
Rei yang mendengar percakapan itu menatap Eline yang berada dalam dekapan Alex. "Ada baiknya jika kalian tunggu di sini!"
Reytasya yang sudah mampu berdiri dengan baik melemparkan tatapan membunuh pada Brian. "Sudah tahu tubuhku berat. Apa susahnya sih turunkan aku?" Dia menggerutu sedikit tertatih mendekati Alex.
Brian tak menjawab. Dia mengikuti Reytasya berjalan di belakang gadis itu. Sebenarnya Brian enggan melepaskan gadis keras kepala itu tetapi Reytasya terus mendesak.
Baru saja Reytasya ingin menyapa adiknya, suara berat pria menyeruak.
Kami tak menginginkan kalian."
Rei dan Alon terkesiap menatap kesepuluh orang tua yang begitu dikenal.
Alex dan Reytasya kompak menoleh keasal suara, membuka mulut sakin kagetnya.
Brian yang tak mengenal kesepuluh pria tua di hadapannya mengernyit bingung. Dia melangkah lebih dekat pada Reytasya, berbisik di telinga gadis itu. "Siapa mereka?"
"Izinkan kami masuk." Alon membuka suaranya.
'Eline masih membutuhkan waktu untuk memulihkan tubuhnya. Aku yakin kau bisa menjaganya.'
Alex yang mendapatkan pesan dari putra mahkota Geosentris mengembangkan senyum. Pesan itu sama saja seperti menyerahkan Eline padanya dan itu adalah kabar baik. Dia mundur beberapa langkah yang diikuti Reytasya dan Brian.
"Bawa monster itu pergi!"
Alon mengalihkan pandangan menatap pria yang terlihat paling tua. "Mereka keluarga kami dan bagian dari imortal."
Eline memejamkan mata. Suara itu adalah suara yang begitu dekenalinya dengan baik. Suara yang dulu begitu disenanginya, pria yang dia kira bisa menjadi ayah pengganti.
Reytasya menatap sekeliling dengan pandangan sulit dijelaskan. Pepohonan yang lebat, semak belukar yang berduri, rumput yang tak wajar sudah menunjukan pertanda aneh, dan sialnya mereka seperti dikelilingi sesuatu tak kasat mata. Saat pertama kali setelah ribuan tahun Reytasya kembali menginjakan kaki di tempat ini, semua memang terasa janggal.. Tetapi dia tak cukup jenius untuk memahami semuanya.
Semakin lama Alex menjauhi Alon dan Rei semakin tak tenang hati Reytasya.
"Jangan terlalu jauh Lex."
"Kita harus menjauhi para petuah sialan itu!" Alex mengatakannya dengan menggebu-gebu. Ada rasa ketakutan yang berlebih mengusik nalurinya dan dia membenci kelemahan itu. Andai saja dia cukup kuat, dia tak harus merasa takut kehilangan gadisnya.
Brian yang mendengar perkataan Alex memalingkan wajah menatap pria elf yang terbaring kaku di dekat Rei. Para petuah? Dia kira pahlawan imortal itu hanya mitos yang berkembang, tetapi sekarang dia dapat melihatnya dengan jelas. Bahkan jumlahnya mencapai sepuluh. "Apa kita tak akan mampu melawan para orang tua itu?"
Reytasya menoleh menatap Brian. "Aku tidak yakin."
"Mereka pemegang kunci imortal. Mereka terlalu pintar dan kuat untuk menjadi lawan." Alex menyahut dengan pandangan yang tak lepas dari wajah gadisnya.
Brian mengangguk mengerti. Dia menoleh membalas tatapan Reytasya dan tersenyum saat gadis itu langsung memalingkan wajah.
Eline yang masih terbawa suasana merasakan hatinya begitu sakit. Semakin lama dia bertemu dengan orang-orang di masa lalu, semakin tumbuh subur kebencian yang mengakar kokoh. "Bisakah kalian diam!"
Suara tajam Eline mengalun bersamaan dengan suara ledakan yang tak jauh dari tempat mereka, begitu keras membuat tanah yang dipijaki sedikit terguncang.
Kesepuluh pria yang memakai baju zirah terpelanting tak tentu arah mendapat serangan tak terduga.
***
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...