2.

101K 4.4K 11
                                    

Happy Reading🐻

🐯🐯🐯🐯🐯

~~~~~~~~~~~

Reta membuka pintu kamar Rania dan meletakkan plastik berisi berbagai macam masker. Girls time, mereka selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul di salah satu rumah dari mereka. Entah menonton film, membuat eksperimen di dapur ataupun hal lainnya.

"Fai, sini."

Faiha mendekati Hanna yang ingin menempelkan masker wajah kepadanya. "Ih Hanna! Kok mata aku ketutupan sih?"

"Sadar deh muka lo tuh kecil." cibir Hanna dan membenarkan letak masker itu agar Faiha bisa melihat. "Udah."

"Makasih."

"Hari ini kita ngapain?" Rania melirik ke 3 temannya sambil menepuk nepuk masker di wajah. "Nonton film?" anggukan ketiganya membuat Rania mengacungkan jempol. Untung saja kemarin ketua kelasnya merekomendasikan film bagus kepadanya.

"Kripik micinya ada?"

Rania menggeleng kearah Reta. Dia lupa belanja dan mungkin di kulkasnya hanya tersisa permen berbentuk hati saja. Mana nikmat jika hanya mengunyah permen kenyal itu. "Abis kemaren." Rania melepas masker wajahnya dan meraih dompet di meja belajar. "Gue belanja dulu."

"Faiha yang nemenin. Gue mager."

"Hanna mah mager mulu." Faiha dengan tak rela melepas masker yang baru saja tertempel di wajahnya lalu menggerai rambutnya. "Bye Reta, jagain induk koala itu ya."

"Ppfftt iya."

••••••••••••••••••

"Huuuh capek." Faiha berjongkok di teras minimarket sambil menetralkan nafasnya lalu mendongak menatap Rania. "Harusnya tadi naik motor kamu aja Ra."

"Lebay ah, dulu aja kita sering ke sini jalan kaki. Ayo masuk."

Faiha mengikuti Rania dari belakang dengan lemas. "Kayaknya aku udah di kategori remaja jompo deh Ra."

Rania tertawa dan mulai mengambil snack yang dia inginkan. "Lo harus sering olahraga deh kayaknya."

Faiha menggeleng. "Capek." lirihnya membuat mereka berdua sama sama terkikik.

Keduanya larut dalam obrolan ringan sampai akhirnya mata Rania tanpa sengaja melihat cowok berjaket hitam membelakangi dirinya. Dan saat cowok itu menoleh ke samping buru buru Rania menunduk dalam.

"Mampus." Rania melirik Bara lalu berjalan pelan ke tempat agak jauh dari cowok itu. Faiha yang mengoceh tak jelas pun ia tinggal.

"Semoga kak Bara cepet pergi dari sini."

"Emang kenapa?"

Tubuh Rania menegang bertepatan dengan dirinya menabrak sesuatu di belakangnya. Rania meneguk ludahnya kasar dan dengan keyakinan penuh dia memutar tubuhnya agar bisa menatap orang yang dia tabrak tadi.

"Eh!" Rania terkekeh sumbang sambil memundurkan langkahnya. "Kak Bara mau beli apa?" Bodoh. Rania merutuk dalam hati. Sok akrab sekali padahal Bara menatap dirinya tak bersahabat.

"Rokok" Bara memperhatikan Rania yang menunduk kikuk di depannya. Apa wajahnya semenyeramkan itu sampai Rania tidak mau menatap wajahnya.

"Kak Bara nggak pergi?"

"Lo ngusir gue?"

"B-bukan." Rania menggeleng panik. Bisa bahaya jika Bara tersinggung karena perkataannya. "Maksudnya tuh." otak Rania buntu. Ya ampun, apa alasan yang harus dia katakan.

"Bar, udah?"

"Rania, kok aku di tinggal sih? Loh, kak Ajun."

Rania menggeser tubuhnya mendekati Faiha dan berbisik pelan. "Lo kenal?"

My husband, BaraWhere stories live. Discover now