36

39.2K 2.1K 19
                                    

Happy Reading 🐻

🐯🐯🐯🐯🐯

~~~~~~~~~~~~~~~

"Kak, mau batagor."

"Batagor?"

Rania mengangguk dengan mulut yang sibuk mengunyah potongan apel kemudian menyodorkan ponselnya yang menampilkan foto seporsi batagor dari Reta.

"Mau, yang banyak."

Bara mengarahkan tangan Rania yang memegang apel ke mulutnya. "Kayak bisa abis aja." tidak akan lagi Bara membeli makanan yang banyak sesuai permintaan Rania. Pasti dirinya lah yang akan menghabiskannya.

"Kak ada kakak."

"Tuh kan." Rania terkikik dan langsung Bara cubit pipinya." Dua porsi aja ya." Bara langsung memesan 2 porsi batagor setelah Rania bergumam menyetujuinya.

Rania kembali bertukar pesan dengan ketiga temannya yang berkata bahwa rindu kepadanya. Rania memang sudah tidak bersekolah lagi sejak dua minggu yang lalu. Perutnya sudah membesar jadi Rania melakukan home schooling seperti yang Bara bilang.

Rania melirik Bara yang berbaring dengan menjadikan pahanya sebagai bantal. "Kayaknya baru kemaren deh rambutnya di cukur. Masa udah panjang lagi sih." tangannya menyisir rambut Bara ke belakang. Rambut Bara sangatlah sehat dan Rania selalu suka memainkannya.

"Nanti gue cukur." Bara mengubah posisinya menjadi miring lalu menyibak kaos yang Rania ke akan. "Dia lagi apa ya di dalem?"

"Coba tanya."

Bara memandang Rania sesaat kemudian mengelus perut istrinya itu dengan pelan. "Halo anak papa." Bara mengulum bibirnya kemudian tertawa renyah. "Anak papa lagi apa di dalem? Pasti sempit ya di perut mama. Harus bagi bagi ruang buat usus sama lambung."

Rania terkikik lalu memukul lengan Bara. "Geli ah. Jangan di ciumin terus."

"Sekali lagi." Bara cium cium permukaan perut Rania dengan sayang. Mungkin itu akan berlanjut sangat lama jika Rania tidak menarik kepala Bara menjauh.

"Udah ih. Geli tau."

"Jangan di turunin kaosnya." Bara menaikan kembali kaos Rania. Rania hanya menurut dan membiarkan Bara bermain main dengan perutnya.

"Kak."

"Hm."

"Kata Reta kakak nolak Aqiela di depan orang orang sampek dia nangis ya?"

"Iya."

Rania memperhatikan Bara yang terlihat acuh. Kata Reta penolakan yang di lakukan Bara lebih menyakitkan dari sebelum sebelumnya. Bahkan di saksikan oleh orang orang.

"Selama lo nggak sekolah dia selalu jelek jelekin lo. Ngomongin lo tentang ini itu ke gue." Bara menatap Rania yang masih setia mengelusi rambutnya. "Puncaknya waktu dia bilang lo hamil di luar nikah gara gara lo nggak sekolah dan ngatain anak kita anak haram. Gue marah tapi dia malah nyatain perasaannya lagi ke gue. Di situ gue tolak dia secara terang terangan sampek dia nangis dan mohon mohon ke gue buat nerima dia."

"Jahatnya." Rania menangkup wajah Bara dan sedikit menekannya. "Tapi nggak papa. Semoga dia nggak deket deket kakak lagi."

"Em." Bara mengangguk kecil lalu mengubah posisinya menjadi duduk agar bisa memeluk Rania dengan leluasa. "Sini gue peluk."

Rania tersenyum dan mengambil posisi senyaman mungkin di pelukan Bara. "Kak."

"Apa sayang?"

"Kenapa Bara sayang Rania?" tangan Rania mengukir abstrak di dada Bara kemudian menekannya dua kali. "Tetet, ayo jawab."

My husband, BaraOù les histoires vivent. Découvrez maintenant