17

63.1K 3.1K 15
                                    

Happy Reading🐻

🐯🐯🐯🐯🐯

~~~~~~~~~~~~

"Satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan."

Rania menggerakkan tangannya sesuai dengan hitungan dari sang ketua kelas. Cuaca hari ini sedikit mendung jadi kegiatan olahraga saat ini tidak terlalu memberatkan mereka.

"Ssstt." Hanna menepuk pantat Rania agak keras. "Laki lo dari tadi liatin lo mulu. Lo apain tadi sebelum berangkat sekolah?" tatapan Bara benar benar dahsyat. Hanna bahkan bisa merasakannya. "Lo yang di tatap gue yang merinding Ra."

Rania melihat Bara dengan ogah ogahan. Cowok itu akhir akhir ini lebih sering memperhatikan dirinya. Entah sedang makan, belajar atau bahkan melakukan sesuatu yang lain.

"Gue tampar."

Benar, Rania tadi memang menampar Bara lantaran cowok itu tiba tiba berada di belakangnya sehingga dengan reflek tangannya menampar Bara tanpa bisa di tahan.

"Nggak di smackdown balik lo nampar nampar gitu?" Hanna menggeleng. Berani sekali Rania menampar cowok setampan Bara.

Rafka menghentikan hitungannya lalu bertepuk 2 kali untuk menarik perhatian teman temannya. "Pak Jali nggak masuk jadi kita free. Terserah kalian mau ngapain, mau ngelanjutin olahraga, ke kantin, gibahin kelas sebelah terserah."

"Open bo boleh Ka?"

Rafka melihat ke salah satu temannya dan mengangguk mentap. "Asalkan bukan bokap gue pasar lo boleh boleh aja." kaki Rafka melangkah lebar kearah Hanna dan duduk dengan santai di sebelah cewek itu. "Jamkos emang kane Na, mantep mantep."

Rania memukul Rafka yang langsung mengaduh. "Ketua macam apa lo kayak gini huh?"

"Ck gue tuh penganut jamkos is number one. Harusnya lo bersyukur punya ketua kayak gue Rania sayang." tangan Hanna mendarat tepat di bibirnya membuat Rafka langsung mengumpat dalam hati.

"Lo kalau jadi pejabat pasti nyusahin rakyat Ka." Hanna mengelus kepala Rafka yang mengangguk membenarkan.

"Bosen ah cuma duduk duduk doang."

Hanna menatap Faiha tanpa menghentikan elusan tangannya di kepala Rafka. Bahkan cowok itu sudah menutup mata menikmati elusan di kepalanya. "Ke kantin, tapi gue nitip."

"Nitip juga, susu sama ciki lima ribu." Reta merogoh sakunya dan menyerahkan uangnya kepada Faiha. "Susu coklat."

"Oke." mata Faiha beralih ke Rafka yang masih setia memejamkan mata. "Rafka nitip juga nggak?" tak ada sahutan apa pun dari mulut Rafka membuat Faiha mendengus pelan. "Ayo Ra."

Rania mengulurkan tangan ke Faiha agar membantunya berdiri. "Bentar." Rania mendekati Rafka lalu mengapit hidung cowok itu dengan kuat. "Bangun!"

"Hoh! Rania!"

Rania menarik Faiha menjauh sembari tertawa puas. Untung Rafka cowok yang humoris jika tidak mana berani Rania menjahilinya seperti tadi.

"Kakak kelas juga banyak yang jamkos ya Ra."

Rania mengangguk setuju. Pantas saja Bara di luar kelas dan memperhatikan dirinya sedari awal jam olahraga.

Langkah keduanya terhenti karena lemparan beberapa foto kearah mereka, tepatnya kearah Rania. Faiha menatap Rania yang masih terkejut lalu memunguti semua foto yang berceceran di lantai.

"Ra."

Rania menggigit bibir menatap semua foto di tangan Faiha. "Maksudnya apa?" atensi Rania teralihkan ke beberapa kakak kelasnya yang menatap dirinya remeh. Sejak isu kedekatannya dengan Bara beredar luas banyak siswi siswi yang menatapnya tak suka bahkan bisa dikatakan mereka membenci dirinya.

My husband, BaraKde žijí příběhy. Začni objevovat