49

30.8K 2.1K 111
                                    

Happy Reading 🐻

🐯🐯🐯🐯🐯

~~~~~~~~~~~~

Bara tak menggubris senyuman Aryan. Ia terus memperhatikan gerak gerik Aryan yang ternyata mengambil sebuah kayu berpaku di sampingnya.

Kayu yang berada di genggamannya Aryan pegang erat. Aryan mendekat sambil mengarahkan kayunya kepada Bara.

"Ada kata kata terakhir?" Aryan berhenti tepat di depan Bara lalu memiringkan kepala guna menunggu apa yang akan diucapkan oleh Bara. "Nggak ada?"

Bara tak bergeming dan tetap menyorot dalam kayu di dihadapannya. Pinggiran meja Bara tekan kemudian dengan kilat ia menendang kayu tersebut hingga terpental dari tangan Aryan. Tak sampai di situ, Bara juga langsung menerjang Aryan dan menghajarnya berkali kali lebih kasar nan kuat dari sebelumnya.

"Sialan!" dengan emosi yang menggebu gebu Aryan membanting Bara ke samping dan mengambil cepat kayunya kembali setelah meninju kepala Bara yang terluka.

Bara memejamkan mata guna meredam rasa sakit di kepalanya. Dan saat membuka mata dengan reflek Bara langsung menghindari sehingga kayu yang dilayangkan kepadanya tidak berhasil menghantam kepalanya.

"Kata kata terkahir lo Bara!"

Bara kembali menumpukan badannya di meja tadi dengan nafas yang agak memburu. Aryan tahu jika dirinya mulai lemah, dan oleh karena itu di saat Aryan melayangkan kayunya kembali, Bara langsung mengangkat meja besar di belakangnya dan ia hantamkan kuat kuat kepada Aryan.

Kontan Aryan langsung terjatuh tersungkur lantaran hantaman meja dari Bara, pun kayu yang ia pegang juga mengenainya. Aryan ingin bangun namun tidak bisa, apalagi Bara sendiri sudah menginjak perutnya.

"Ada kata kata terkahir?" Bara tersenyum mendengar umpatan Aryan. Ia berjongkok, memperhatikan wajah Aryan yang lebih mengenaskan darinya. "Goodbye."

Tinjuan bertenaga Bara layangkan hingga Aryan benar benar tak sadarkan diri. Dengan deru nafas yang terengah engah Bara mengambil ponsel milik Aryan dan menghapusi semua foto foto ataupun yang berkaitan dengan Rania.

Bara terkekeh saat pikiran konyol terlintas di otaknya. Namun meskipun begitu Bara tetap melakukannya, mengambil foto seolah olah ia sedang sekarat lalu mengirimnya kepada Rania.

Setelah terkirim, Bara melemparkan ponsel tadi ke tubuh Aryan lalu berjalan kearah pojok yang sisinya terdapat kaca yang luas namun sebagian sudah pecah. Bara duduk dengan menekuk satu kakinya ke atas. Rambutnya yang terkena darah Bara usap kembali sambil menatap kearah jalanan.

Aryan yang tergeletak di lantai Bara lirik. Hari dimana dia bisa menghajar Aryan sampai sekarat adalah hari yang sangat Bara nanti.

Bara memejamkan mata dan itu cukup lama sampai dirinya mendengar suara gaduh dari luar. Bara menunggu sejenak lalu berdiri saat pintu dibuka dengan kasar oleh Rania.

"Surprise."

Bara menghampiri Rania yang terjatuh dengan kekehan ringan. "Surprise."

Bisikan Bara membuat Rania mengepalkan tangan dengan erat. Tatapannya masih terpaku ke depan lantaran syok dengan apa yang ia dapati saat ini. Jika Aryan tergeletak tak sadarkan diri di sana lalu siapa yang mengirim pesan kepadanya? Bara?

"Ini–"

Lidah Rania kelu untuk mengucapkan sesuatu. Apa tujuan Bara mengirimkan foto tadi kepadanya?

Tatapan Bara kepada Rania sangat datar. Bara menghela nafas lalu setelahnya ia berdiri dan bersedekap dada. "Mau ngomong apa?"

Dengan takut takut Rania membalas tatapan Bara. Bara terlihat tenang, namun meskipun begitu Rania dapat menangkap sorot mata Bara terlihat begitu marah dan kecewa kepadanya.

My husband, BaraOnde histórias criam vida. Descubra agora