coretan semesta|| bagian 2

85 83 19
                                    

"Satu hal yang harus semesta tahu, bahwa fajar ingin bersama senja. Boleh kan?"

~Fajar Arsenio Abraham~

>>>||<<<

Fajar sangat bersemangat dan antusias saat memasuki halaman SMA CAKRAWALA. Bukan karena ia terkagum-kagum dengan bangunan ataupun interiornya, tapi ia sangat antusias sebab akan satu sekolah dengan Senjanya. Bahkan saking antusiasnya ia jadi lupa dengan kalimat dari kakaknya yang sempat membuat mood ia hancur pagi ini.

"Jadi gak sabar, pengen cepet-cepet ketemu sama Senja" gumamnya.

Hari ini lebih ramai dari pada minggu kemarin. Sebab hari ini adalah hari pertama aktifnya kembali kegiatan KBM di SMA CAKRAWALA setelah satu minggu kemarin para siswa-siswi baru melaksanakan kegiatan MPLS atau MOS dan setelah berakhirnya masa libur panjang akhir semester bagi seluruh siswa-siswi SMA CAKRAWALA.

Fajar memarkirkan motornya, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju kelas barunya.

Saat ia tengah bejalan di lorong yang sudah lumayan ramai, langkahnya terhenti. Ia melihat dua orang yang tak asing. Fajar mengenal keduanya.

Yang satu seorang siswi dengan paras cantik dan yang satunya lagi seorang siswa tampan. Tapi Fajar juga tak kalah tampan sih. Mereka tengah berangkulan satu sama lain.

Fajar dengan beraninya mendekat dan melepaskan rangkulan keduanya. Kemudian mengambil alih dan merangkul siswi yang dilihatnya tadi. Sontak siswi itu dan siswa yang bersamanya langsung mendelik dan melemparkan tatapan tak suka pada Fajar.

"LO GILA YA?!" Bentak siswi cantik itu yang tak lain dan tak bukan adalah Senja.

Ya, Fajar tak salah lihat dan kalian kalian juga tak salah baca kok. Itu memang Senja. Senja Nathania Wirdrayana. Gadis cantik yang selama ini selalu berlarian dalam benak dan pikiran Fajar.

Kalian tau seberapa bahagianya Fajar? Tentu saja ia sangat bahagia berjumpa kembali dengan Senjanya.

Tapi bagaimana dengan Senja?  Apa sama halnya dengan Fajar?

Kala mendapat perlakuan tiba-tiba dari sosok tak dikenalnya, Senja langsung melepaskan rangkulan tangan itu dari bahunya, lalu mendorong bahu milik sosok yang sepertinya tak ia kenali itu sekilas.

Fajar tersentak kaget. "Ja, ini gue. Lo gak kenal atau emang udah  lupa sama gue?" Ia tak habis pikir dengan Senja.

Setelah tiga tahun berpisah, Fajar kira Senjanya akan berubah. Tapi ternyata tidak sama sekali. Senja masih tak menerima kehadiran Fajar di hidupnya.

"Siapa pun lo, gue gak akan pernah peduli." Ketus Senja. Ia pun beralih pada siswa yang sedari tadi bersamanya. "Ke kelas aja yok" ajak Senja pada lelaki yang sangat ia kenal. Langit Lavicky Wardana, sahabatnya sedari kecil.

"Ayok" balas Langit dengan senyum manis yang selalu terukir di bibirnya. Kemudian Langit pun merangkul bahu Senja seperti sediakala dan  berjalan menuju kelas mereka. Namun baru saja mereka hendak melangkah, suara Fajar menginterupsi langkah keduanya.

"Gue Fajar" ucapan Fajar kali ini membuat Senja menoleh dan tercetak senyum miring di sana.

"I don't care." Balas Senja. "Ini masih pagi, jangan coba-coba lo rusak mood gue" lanjut Senja kemudian melangkahkan kakinya bersama Langit.

Fajar tertunduk lesu kala Senja berlalu bersama Langit dan meninggalkannya dengan beberapa siswa dan siswi yang keheranan apa yang terjadi padanya tadi.

Tapi Fajar sama sekali tak peduli akan hal itu. Ia masih menatap punggung Senja dan Langit yang berlalu begitu saja tanpa membalas pertanyaan atau sekedar menyapanya.

"Ja, lo gak lupa kan sama gue?" Ucapnya pelan. "Kenapa harus Langit, Ja?" Fajar hanya bisa tersenyum miris mengingat hal itu, kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju kelas barunya.

Fajar harus benar-benar sabar menghadapi Senja. Senja memang tipikal gadis yang keras kepala dan sulit untuk didekati oleh lelaki. Tapi bagaimana bisa Langit sedekat itu dengan Senja? Jawabannya, Langit adalah lelaki yang paling beruntung karena bisa berada disisi Senja. Tidak seperti Fajar yang selalu diabaikan.

Walaupun Fajar selalu berusaha mendekatinya, tapi selama bertahun-tahun terakhir ini hasilnya tetap nihil. Senja sama sekali tak pernah mau menerima dan mengaggap kehadiran Fajar. Tapi tak apa, cinta memang perlu perjuangan dan pengorbanan bukan? Jadi Fajar akan berjuang lagi untuk mendapatkan hati Senja.

"Semangat" Fajar selalu memberikan kekuatan dan semangat pada dirinya sendiri. "Lo bisa kok, Jar. Suatu saat Senja bakal nerima dan bakal jadi milik lo." Lanjutnya.

"Suatu saat ya?" Timpal seseorang sambil memegang pundak Fajar. Fajar pun langsung menoleh pada sosok utu.  Setelah mengetahui siapa sosok yang memiliki suara tak lagi asing baginya, Fajar hanya memutar bola matanya malas.

"Ck, kirain siapa" gumam Fajar.

"Masih aja lo ngarepin Senja yang jelas-jelas udah jadi milik Langit" ujar lelaki bernama Lintang Anggara yang merupakan sahabat Fajar dari sekolah dasar dulu.

"Tentu" jawab Fajar yakin. "Sampai kapan pun gue bakal tetep perjuangin dia. Cewek kayak dia tuh cuman satu. Limited edition, bro"

Lintang menggeleng pelan, "Gue rasa, sebenernya lo itu bukan suka ataupun cinta sama Senja-" Lintang menggantungkan ucapannya dan hal itu membuat Fajar kesal.

"Terus?" Sela Fajar.

"Tapi lo tuh cuman terobsesi sama dia. O-B-S-E-S-I" Lintang menekankan kata terakhirnya. "Paham?"

Bukanya menjawab, Fajar malah tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. "Ngaco lo" Fajar selalu menanggapi bahwa itu hanya sebuah candaan belaka.

"Justru lo yang ngaco. Coba lo pikir, lo suka sama Senja dari kapan?" Tanya Lintang. Fajar nampak berpikir.

"Udah lama sih. Dari gue kecil." Jawab Fajar mantap.

Lintang terkekeh "Terus Senja respon lo gak?"

Fajar terdiam. Seolah-olah waktu berhenti di detik itu dan jantungnya pun serasa berhenti berdetak disaat yang bersamaan setelah ia mendengar penuturan dari Lintang.

"Lo liat deh." Lintang menunjuk kearah lantai atas yang dimana Senja tengah berjalan sambil tertawa riang bersama Langit.

Bodohnya, Fajar justru menurut dan mengikuti arah yang Lintang tunjuk. Seakan mengupas luka yang telah kering, lagi-lagi ia merasa sedikit sakit. Hanya sedikit katanya, sebab ia sudah kebal melihat kebersamaan Sanja dengan Langit. Walaupun iri, tapi mau bagaimana lagi. Karena...

"Senja lebih bahagia sama Langit dan lo gak akan pernah ada dalam skema kebahagiaannya Senja. Sadar, Jar. Semesta tuh gak pernah ada di pihak lo." Lagi, hati Fajar serasa tersayat mendengar penuturan dari Lintang. Namun anehnya ia masih sanggup untuk tersenyum.

"Gak pa-pa kok. Kalo Senja seneng, gue juga ikut seneng. Karena kebahagiaan Senja adalah kebahagiaan gue juga." Ucap Fajar sok tegar. Padahal hatinya menjerit menahan pedih yang teramat dalam.

"Sampe kapan?" Tanya Lintang.

"Apanya?"  Tanya balik Fajar.

"Lo kayak gini?" Lanjut Lintang.

"Sampe Senja sadar, cuman gue yang sesabar ini nungguin dan ngadepin egonya dia" jawab Fajar yakin.

Tuhan, Fajar cuma mau Senja. Boleh kan?

>>>||<<<

coretan semesta || dari Fajar untuk Senja [slow update]Where stories live. Discover now