Rindu

723 103 25
                                    

Jika bertemu tidak menjadi jawaban atas rindu, lantas apa jawaban dari rindu?.
***





































Shani bangun lebih dulu dari Gracia, waktu menunjukkan sore hari di kota Bekasi, tempat di dimana bidadari cantik dan tampan berada.

"Engh..." Gracia terusik dari tidur nya.

"Akhirnya kamu bangun Ge, kita makan yuk, kamu pasti laper, mama kamu udah masak katanya di bawah, kamu juga pasti laper kan" Shani baru saja selesai bersih-bersih, karena dia selalu wangi dan bersih tentu bersih-bersih adalah hal utama untuk nya.

Gracia hanya mengerjapkan mata nya berkali-kali.

"Kamu siapa?" Tanya Gracia lagi.

Shani kembali tertegun mendengar pertanyaan itu.

Ibu nya yang berdiri di ambang pintu yang sedikit terbuka seketika merasa tidak enak pada Shani, karena dia tau Shani pasti sangat sedih, bahkan dirinya merasakan hal yang sama, karena Gracia juga terkadang lupa pada dirinya.

"Hem Ci maaf ya, tapi Gracia kadang juga lupa sama mama, padahal tidak hari ketemu, mama udah ikhlas kalo Nia ga bisa ingat lagi dengan sempurna, karena seiring berjalan nya waktu, semua terapi seakan tidak membantu apapun Ci, jadi maaf jika Nia juga lupa sama Cici, ga perlu memaksakan diri untuk tetap jadi sahabat Nia kalo itu cuma bikin Cici sedih, Cici bisa cari sahabat lain" berat Ibu Gracia mengatakan itu karena jujur dalam hati dia tak mau sahabat dekat dari anaknya meninggalkan nya begitu saja saat anaknya di kondisi seperti ini, tapi dia sadar Shani tidak bisa menghadapi Gracia dengan kondisi seperti ini.

Di luar dugaan.

"Aku Shani dan aku sahabat kamu, sahabat yang dekeeeeett.... Banget, ayok kita makan, tapi kamu cuci muka dulu" Shani dengan wajah ceria menarik lengan Gracia dengan lembut dan menarik Gracia agar bangun dari kasur lalu menggandeng lengannya menuju kamar mandi, mengambil air dengan kedua tangannya dan membasuhnya ke wajah Gracia dengan telaten.

Seperti mengurus bayi itu itulah kesulitan bagi mereka yang mengidap Al-zheimer mulai seperti lansia pada umum nya.

Setelah membasuh wajah Gracia Shani lalu menarik lengan Gracia lagi dengan lembut keluar dari kamar mandi lalu mendudukkan Gracia di depan meja rias nya, mengambil handuk dan mengeringkan sisa-sia air di wajah Gracia dengan lembut, sungguh Shani si maha lembut.

Tak lupa mengambil sisir dan menyisir rambut Gracia yang mulai panjang dengan hati-hati, karena rambut nya sedikit berantakan, setelah rapi Shani pun mengikat rambut Gracia, untuk memudahkan Gracia untuk beraktivitas.

Setelah selesai Shani tersenyum senang menatap Gracia yang sudah terlihat fresh.

"Udah ayok kita turun" ajak Shani kembali menggandeng lengan Gracia.

Ibu Shani yang sedari tadi melihat hal itu merasa tersentuh dengan apa yang di lakukan oleh Shani, sahabat dekat dari anaknya.

Betapa tulus nya persahabatan mereka, meski tak bisa mengingat namun masih terus bersama.

"Tante jangan nangis lagi ya, aku tetep Shani ko Tan, ga akan berubah sampai kapan pun, ayo Tan, Tante juga harus makan"

Mereka pun keluar dari kamar Gracia menuju meja makan yang sudah ada Ecen dan Ayah Gracia, bahkan Aten, karena waktu berlalu begitu cepat dan lama, sampai Aten saja juga berangsur pulih setelah kejadian itu, namun hatinya merasa sedih dan menyesal karena tak ada di samping Kakak nya saat kakak nya itu mulai kehilangan ingatan nya.

BESTie (END)Where stories live. Discover now