46.

68 8 0
                                    

Anne terlihat masih saja memberikan napas buatan pada Max sembari menekan kuat dada pria itu berkali-kali berharap jika Max akan segera terbangun.

"Ayolah, Max!! Bangunlah, kau bilang akan menemaniku berpetualang." Anne mengusap air mata yang perlahan mulai mengalir. Bagaimana jika Max mati? Siapa yang akan memimpin Calestia kelak?

"Pangeran Maximilian Sebastian Ronan!!! Bangunlah, Bodoh!!" Pekik Anne sembari memeluk tubuh Max yang terasa sangat dingin. "Ayolah, kau berjanji akan menemaniku berpetualang hari ini, 'kan?"

Perlahan Max membuka matanya sembari memuntahkan air yang sudah ia telan. Entah berapa banyak air yang ia telan hingga membuatnya harus menarik napas terburu-buru untuk meraup udara di sekitar.

"Apa kita sudah di surga?" tanya Max penasaran. Anne langsung memeluk Max erat, ia sungguh bersyukur jika pria itu baik-baik saja. Anne sungguh tak habis pikir jika seandainya Max mati, bisa kalian bayangkan bagaimana berkabungnya Calestia?

Max tersenyum sembari terkekeh. Ia membalas pelukan Anne sembari menepuk-nepuk punggung gadis itu pelan. Max memang selalu melakukan ini untuk menenangkan Anne.

Ia begitu ingat bagaimana Alicia menangis sesenggukan hanya karena Max terjatuh dari pohon dan saat itu Alicia sungguh sangat khawatir. Padahal gadis kecil itu mendapat luka robek di kepalanya.

"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir begitu. Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri." Max melonggarkan pelukannya dan mengusap air mata Anne lembut.

"Kau sungguh bodoh, Pangeran!!! Kalau tau akan seperti ini, lebih baik kau tidak ikut bersamaku. Aku sungguh khawatir kau akan mati disini. Siapa yang nanti akan menjadi raja Calestia jika kau mati, huh!!" umpat Anne sembari mengusap air matanya.

"Sudahlah. Aku terlihat baik-baik saja saat ini. Kau tidak usah cengeng seperti itu." Max melihat ke sekelilingnya. Tempat itu di kelilingi oleh pohon yang terlihat menjulang begitu tinggi. Bahkan lebih tinggi dari yang biasanya Max lihat.

Hutan ini begitu tenang dan bahkan anehnya, mengapa matahari terlihat belum terbenam? Padahal Max yakin jika ia masuk kedalam pusaran air saat malam hari.

"Apa kita telah sampai di negeri seribu naga?" tanya Anne sembari memunguti buku-buku miliknya. Sesekali ia juga mencari Blair, burung hantu yang tadi juga ia bawa masuk kedalam pusaran air danau.

"Sepertinya begitu." Max lalu berdiri dan melihat keada di sekitarnya. "Ada baiknya kita menyalakan api unggun untuk berjaga-jaga jika kita akan bermalam di sini.

"Bermalam? Aku pikir kita akan langsung mencari bunga itu dan segera pulang." Anne mengekor di belakang Max yang terlihat sibuk memunguti ranting kayu.

"Tentu tidak. Kita bahkan tidak tau dimana bunga itu berada. Ada baiknya kita membuat api unggun dulu." Max memberikan ranting kayu yang ia kumpulkan pada Anne. "Letakan saja di bawah pohon besar itu. Aku akan mencoba mencari sesuatu yang bisa kita makan untuk mengganjal perut."

Anne mengerucutkan bibirnya dan berjalan kearah pohon besar. Ia meletakkan ranting itu begitu saja dan memilih untuk duduk menunggu Max.
Ia juga tak lupa mengeluarkan bukunya yang terlihat sudah basah, untung saja masih ada beberapa lembar yang tidak terkena air.

Perlahan semilir angin membuat Anne mengusap kedua telapak tangannya hanya untuk sekedar memberikan kehangatan pada tubuhnya.

Anne tak ingin tinggal diam begitu saja
Ia membuka peta miliknya yang ia dapat dari Merida. Sialan, peta itu terlihat sudah basah. Baiklah, mau tak mau Anne harus menyalakan api unggun terlebih dahulu. Menunggu Max hanya akan membuang waktu berharga Anne.

Ia lalu menyusun beberapa ranting kayu dan menyusunnya mengerucutkan seperti susunan api unggun.

Baiklah, hanya perlu menggosokkan kedua batang kayu ini dan kemudian apinya pasti akan segera menyala. Batin Anne mudah.

WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]Where stories live. Discover now