👑 ENCHANTED : Chapter 52 ✨

68 10 0
                                    

Anne mengangkat wajahnya menatap langit yang sedikit menggelap. Butiran salju perlahan mulai turun sedikit demi sedikit.

"Kita harus bergegas menuju Calestia untuk menyimpan bunga itu," ujar Max yang terlihat sudah menunggangi kudanya. Tangan mengulur ke arah Anne agar gadis itu bisa sedikit bergegas.

Anne menerima uluran tangan Max dan duduk sembari memeluk bunga keabadian milik Ares.

"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Anne sembari melihat kearah sekitarnya takut prajurit Tarrent menemukan mereka.

Kuda milik Max melaju kencang sebelum salju menghalangi langkah kudanya. "Sepertinya tidak," jawab Max. Mata pria itu terkejut saat di pertengahan perjalanan. Ia melihat banyak prajurit Tarrent dan Calestia tergeletak tak bernyawa di tanah.

Anne bahkan menegak liurnya takut dan semakin kencang memeluk toples kaca di pelukannya. Max lebih memilih mempercepat memacu kudanya karena sepertinya kerajaan Calestia sedang tak baik-baik saja.

Bahkan saat keduanya melewati perbatasan antara Calestia dan Tarrent, terlihat lebih banyak lagi prajurit yang terluka dan tewas dalam perperangan.
Sejujurnya Max cukup terkejut saat ia melihat retakan tanah yang hampir membelah dua kedua wilayah Tarrent dan Calestia.

Max semakin yakin jika perperangan kali ini pasti menggunakan sihir karena tak mungkin tanah bisa terbagi dua begini jika bukan karena kekuatan sihir.

Max semakin cepat memacu kudanya menuju Calestia. Ia hanya berharap jika keluarga dan rakyatnya baik-baik saja saat ini.

******

Anne menuruni kuda dengan perasaan tak tentang. Ia melihat Calestia telah porak poranda dan beberapa orang-orang terlihat seperti tengah mencari keluarganya dalam kerumunan.

Bahkan beberapa prajurit Calestia terlihat di tandu menuju kedalam tenda. Anne sudah tidak peduli dengan Max yang sedari tadi memanggil namanya karena saat ini yang ia butuhkan ada informasi tentang keberadaan orang tuanya.

"Apa kau tau dimana tuan Wingston?" tanya Anne pada seorang pria yang bertugas mengecek keberadaan prajurit Calestia.

"Mari ikut denganku," ajak pria itu. Dengan perasaan tak tenang Anne mengikuti langkah pria itu.

Tak berselang lama langkah kaki Anne berhenti saat pria itu mempersilahkan Anne untuk masuk kedalam tenda. Saat memasuki tenda, Anne begitu terkejut saat melihat ayahnya yang sedang duduk dengan tangan kanan yang telah di perban.

"Ayah!!" Seru Anne dan menghampiri Ayahnya dengan perasaan khawatir.

Tuan Wingston tersenyum dan langsung memeluk putrinya. Ia sungguh sangat bersyukur kalau Anne bisa kembali dengan selamat, begitupun dengan Nyonya Wingston yang langi mengelus lembut rambut putrinya.

"Apa yang terjadi? Mengapa tangan Ayah di perban? Apa ada sesuatu..." perkataan Anne terhenti saat ia sorot matanya melihat Merida, Flo, Ken, dan bahkan Jane yang terlihat tersenyum senang menyambut Anne.

"Bibi Merida!!! Sedang apa kalian kemari? Apa Nolan baik-baik saja? Kemana dia?" tanya Anne menghampiri Merida. Tapi wanita paruh baya itu hanya diam dan bahkan Ken menundukkan kepalanya seperti tak ingin menjelaskan apapun tentang Nolan.

Anne berdecak. "Ken, katakan padaku kemana Nolan? Mengapa kalian tidak menjaganya dan malah kemari? Apa Nolan baik-baik saja?" tanya Anne lagi.

Jane lalu memberanikan diri untuk berbicara pada Anne. "Kami membelot dari Tarrent. Semua ini perintah dari Nolan."

Anne masih tak paham. Mengapa mereka harus membelot? Apa keadaan sungguh segenting itu?

WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]Where stories live. Discover now