70.

132 14 0
                                    

Matahari terlihat belum sepenuhnya terbit dari ufuk barat tapi keluarga Wingston terlihat sibuk memasukan beberapa barang mereka kedalam kereta kuda yang Tuan Wingston sewa kemarin.

Alicia lalu menatap menara istana dari rumahnya. Cahaya lampu terlihat begitu terang bersinar, ia melihat menara istana dihias dengan beberapa rangkaian bunga yang sangat indah.

"Apa aku sungguh tidak boleh menemui pangeran sebelum pergi?" tanya Alicia pada Ayahnya yang terlihat telah siap tempat duduknya menjadi kusir.

Tuan Wingston tau jika keputusannya kali ini sangatlah terburu-buru. Sikapnya barusan juga seperti sedang menjauhkan Alicia dari Pangeran.

Bukannya Tuan Wingston tak ingin mempertemukan putrinya dengan Pangeran Max, hanya saja ia berpikir mempertemukan keduanya bukanlah sesuatu yang baik. Apalagi Pangeran akan menikah hari ini dan Tuan Wingston sama sekali tidak ingin mengganggu acara itu.

"Naiklah, kita tidak memiliki banyak waktu untuk pergi ke istana. Kita harus sampai Netherlands sebelum matahari terbenam." Keputusan Tuan Wingston memanglah sangat egois tapi ia sudah tak memiliki cara lainnya.

Alicia dengan raut wajah penuh kecewa langsung menaiki kereta kuda bersama dengan ibunya. Tak ada tetangga yang sama sekali yang tau tentang kepergian keluarga Wingston kali ini.

Bohong jika Alicia tidak sedih, ia bahkan belum berpamitan dengan Nenek Loui yang selalu memberikan buah apel padanya setiap pagi dan bahkan ia belum sempat berpamitan dengan Max, sahabat baiknya yang akan menikah hari ini.

Perjalanan menuju Netherlands memang cukup memakan waktu. Bisa dibilang seharian penuh mereka di perjalanan yang sangat membosankan.

******

"Bagaimana, apa ia baik-baik saja?" tanya Ratu Laura yang benar-benar khawatir saat melihat Nolan barusan membuka matanya seperti akan sadar. Pria itu terlihat sangat lemah, bahkan saat dokter menanyakan sesuatu pada Nolan, pria itu hanya mengangguk seolah paham dengan pertanyaan sang dokter.

"Pangeran telah sadar dan ia masih butuh waktu untuk menyesuaikan keadaan terlebih dahulu." Dokter lalu mengarahkan pandangannya pada salah satu pelayan kerajaan. "Tolong rebuskan beberapa rempah-rempah yang kalian miliki di dapur dan bawa air rebusan itu kemari," suruh dokter itu.

Ratu Laura lalu mendekati putranya sembari tersenyum. "Syukurlah," ucapnya lalu mencium kening Nolan.

Ia membelai rambut putranya lembut. Sejujurnya Nolan masih tak menyangka jika ibunya sekarang ada di sampingnya. Bahkan ia dapat melihat Ayahnya tersenyum simpul kearah Nolan.

Kutukan itu berakhir? Kalimat itu yang terlintas didalam pikiran Nolan saat ini. Ia lalu beri untuk mengubah posisi berbaring menjadi duduk tapi tiba-tiba dari sedikit nyeri.

"Jangan paksa untuk duduk. Luka jahitan di dadamu belum sepenuhnya kering," ujar Ratu Laura menahan putranya untuk tidak banyak bergerak.

"Aku baik-baik saja, ibu. Aku sangat merindukan kalian." Nolan meraih tangan ibunya dan ia benar-benar merindukan hangat telapak tangan wanita itu.

Ia lalu menoleh kearah Merida. Wanita itu terlihat berdiri bersama William - Suami Merida. Syukurlah jika semuanya telah kembali seperti semula.

Tapi, ada satu lagi yang mengganjal di pikiran Nolan. Ia kembali mengingat kejadian dimana ia melihat Anne tewas didepan mata Nolan.

WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora