67.

81 11 0
                                    

"Mengapa kita harus pindah ke Netherlands secepat itu? Aku bahkan baru tersadar tadi pagi. Apakah kita tidak berkunjung ke istana terlebih dahulu untuk berpamitan?" tanya Alicia. Tangannya sibuk melipat pakai bersama ibunya. Sedangkan Tuan Wingston sedang menulis surat balasan untuk adiknya, Dulcie.

"Ayah rasa tidak perlu. Lagipula kerajaan tidak akan menganggap itu hal penting, 'kan?" Tuan Wingston melihat suratnya dan meletakkannya diatas meja.

"Aku yang akan mengantarkan surat itu ke kantor pos," pinta Alicia tapi Ayahnya dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Ayah mau kau istirahat di rumah saja. Besok toko kita akan tutup jadi kau bisa membantu Ibumu berkemas," saran Tuan Wingston.

Apa yang kedua orangtuanya sembunyikan dari Alicia? Mengapa mereka seolah-olah ingin menjauh dari kerajaan?

"Apa kerjaan membatalkan pertunangan ku dengan pangeran?" tanya Alicia tanpa sedikitpun menatap ayahnya yang terlihat terkejut. Tangannya masih sibuk melipat pakaian dan meletakkannya didalam keranjang.

"Kau mengingat pertunanganmu?" tanya Tuan Wingston terkejut.

Alicia lalu bangkit dari duduknya. "Tentu saja. Sejujurnya aku sangat amat penasaran tentang pengunduran ayah dari kerajaan yang terkesan mendadak. Padahal masa pensiun ayah masih sekitar 3 tahun lagi."

Alicia lalu menatap Ibunya. Alicia tau Ibunya bukan orang yang pandai berbohong tapi entah mengapa raut wajah wanita itu seperti menyimpan begitu banyak rahasia yang sama sekali tidak ingin ia bicara dengan Alicia.

"Apa ada sesuatu yang terjadi setelah aku tergelincir di sungai sewaktu itu?" tanya Alicia lagi. Tapi Ibunya hanya diam dan memilih mengangkat keranjang pakaian ke kamarnya tanpa berniat sedikitpun menjelaskan semua ini pada Alicia.

"Tidak ada, lebih baik segeralah tidur karena esok kita akan mulai berkemas." Tuan Wingston meninggalkan putrinya begitu saja tanpa sedikitpun berniat menjawab pertanyaan putrinya.

Alicia menghela napasnya. "Pokoknya aku yang akan mengantarkan surat itu ke kantor pos."

Alicia lalu berjalan ke kamarnya sembari membawa sekeranjang penuh pakaian. Ia meletakkan keranjang itu di samping lemari dan langsung membaringkan tubuhnya di kasur sembari menatap langit-langit kamarnya.

Alicia lalu menyentuh dahinya yang masih di tambal dengan perban kecil. Luka ini masih terasa sakitnya, bahkan saat perban di ganti oleh ibunya, ia dapat merasakan jika luka ini terasa masih sangat baru.

Kalau tidak salah, kejadian ia tergelincir kurang lebih sebulan atau dua bulan lalu, tapi mengapa lukanya masih baru.

Alicia juga melihat bekas luka di leher dan lengannya. Apa aku baru saja berkelahi hingga mempunyai luka seperti ini?

*******

"Ibu berjanji akan merestui pernikahan ku dengan Alicia. Lalu, mengapa sekarang ibu malah menyetujui permintaan Ayahnya untuk menikahkan ku dengan Valeria?" Tanya Max setengah frustasi. Pria masih enggan menyantap makanan yang sedari tadi diantara oleh ibunya.

"Ibu, tolong izinkan aku bertemu dengan Alicia. Aku sungguh sangat khawatir padanya saat ini," pinta Max. Tapi wanita paruh baya itu hanya diam seakan tak peduli denga permintaan putranya kali ini.

"Segeralah makan dan jangan lupa untuk meminum vitaminmu," suruh Ratu Sebelum pergi meninggalkan putranya yang terliy Sanga kesal.

"Apa Ibu masih meragukan Alicia? Apa kalian sungguh tidak menyukai Alicia hingga harus memisahkanku dengannya!?"

WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]Where stories live. Discover now