36.CEMBURU

13 3 0
                                    

"Bisakah kita pergi sekarang?" tanya Arga pada Tania saat hendak mengajaknya pergi jalan-jalan menikmati suasana sore.

"Maaf, Arga. Sepertinya aku tidak bisa, aku ada janji pergi dengan Marco. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya," ucap Tania sambil membereskan kertas sketsa yang ada di atas meja.

"Marco? Sejak kapan kalian janjian? Kenapa aku tidak tahu? Lalu kemana kalian akan pergi?" tanya Arga dengan nada penasaran.

"Beberapa hari yang lalu sepertinya, aku sendiri lupa," terang Tania yang tidak menyadari jika kekasihnya itu telah memanyunkan bibirnya.

Arga mendengus kesal, dia tidak menduga jika Tania lebih memilih untuk bertemu dan pergi bersama Marco daripada pergi dengannya. Tapi dia tidak punya pilihan selain mengikuti keinginan Tania. Meskipun Arga tahu jika Marco sudah memiliki Viera, tetap saja tikung menikung selalu menjadi hal yang sah untuk dilakukan sebelum ada cincin pernikahan melingkar di jari tangan.

"So ... kamu antar aku atau aku pergi sendiri?" tanya Tania setelah selesai bersiap untuk pergi.

Mendengar pertanyaan Tania, Arga yang sebelumnya sibuk dengan pikirannya sendiri langsung dengan tegas mengatakan jik dia akan mengantar Tania pergi meski sejujurnya masih banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Di perjalanan menuju tempat Marco, Arga kembali mutuskan untuk bertanya kemana tujuan Tania dan Marco akan pergi.

"Emmm ... kamu sama Marco mau kemana? Bisakah aku ikut dengan kalian? Mungkin aku bisa membantu," tanya Arga yang mencoba untuk mencari celah agar dirinya bisa ikut.

"Maaf, Arga. Bukannya aku menolak, tapi ini benar-benar penting. Jadi maaf jika aku tidak mengajakmu kali ini, lagipula kamu sudah bersamaku setiap hari. Lebih baik urus dulu pekerjaanmu dengan baik," jawab Tania yang membuat Arga sedikit kecewa. Namun ia tidak menunjukkan rasa kecewa itu di depan Tania demi menjaga gengsi.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menunggu sampai kamu kembali. Kalau ada apa-apa seger kabari aku," kata Arga seperti orang bijak, padahal sebenarnya ia ingin sekali mengatakan jika dirinya tidak nyaman dengan kepergian Tania dengan Marco.

Tak begitu lama mereka berdua tiba di tempat Marco, disana Marco sudah menunggu Tania segera menghampiri.

"Hai," sapa Marco pada Arga dan Tania yang baru saja turun dari mobil.

"Hai ...." balas Tania dengan senyuman manis pada Marco, ia juga memeluk Marco hangat.

Arga terlihat sekali tidak menyukai apa yang baru saja ia lihat meskipun Tania juga selalu melakukan hal itu pada Marco. Arga juga tidak tahu mengapa sejak ia dan Tania pacaran, rasa cemburunya begitu besar.

"Hai, Bro. Lama tidak bertemu," sapa Marco pada Arga.

"Baik, kau sendiri bagaimana?" tanya Arga basa basi.

Tak lama setelah itu Marco segera mengajak Tania untuk pergi dengannya. Sebelum itu Marco mengatakan pada Arga jika ia akan mengajak Tania pergi jika dia tidak keberatan. Tentu saja sebenarnya Arga sangat keberatan,  namun ia tak mungkin mengatakan hal itu karena tidak ingin Tania kesal padanya. Jadi dengan terpaksa Arga menganggukkan kepalanya sebagai bentuk dari persetujuan.

"Baiklah, kalau begitu kamu segeralah pulang. Aku pergi dulu dengan Marco," ucap Tania pada Arga yang diiringi pelukan hangat.

Marco melambaikan tangan sebagai bentuk salam perpisahan. Arga hanya tersenyum tipis.

Arga benar-benar tak rela jika harus membiarkan Tania pergi dengan pria manapun meski itu adalah sahabatnya sendiri.

***

Mobil Marco melaju melewati Arga, perasaan di hatinya berkecamuk tidak karuan. Tanpa berpikir panjang, Arga segera masuk ke mobil lalu melaju mengikuti dari belakang mobil Marco. Arga sangat penasaran kemana Marco akan membawa Tania pergi, pasalnya Tania sendiri tidak memberi tahu dirinya kemana ia akan pergi.

Mobil Arga sudah berada selisih 500 meter dari mobil Marco, itu sengaja ia lakukan agar tidak terdeteksi oleh Marco juga Tania jika dirinya mengikuti mereka dari belakang.

Arga hanya ingin tahu kemana dan apa tujuan mereka pergi. Rasa cemburu dan penasaran yang bersarang di dalam hatinya sudah membuat Arga tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak akan bisa tenang karena memikirkan Tania. Bagi Arga Tania adalah dunia dan hidupnya, tak ayal dia menerima sebutan yang diberikan oleh semua orang pada dirinya akan  kata-kata 'BUDAK CINTA' itu.

Sementara di dalam Mobil, Marco dan Tania tengah melakukan obrolan santai. Mereka tidak tahu menahu jika Arga sedang mengikuti mereka dibelakang.

"Bagaimana acara persiapan Parade Mode nanti? Apa ada yang bisa aku lakukan?" tanya Marco sembari fokus pada jalanan.

"Nice, tidak ada masalah yang berarti. Semua berjalan lancar untuk saat ini dan semoga sampai nanti," jawab Tania menjelaskan.

"Good, apakah kekasihmu itu sangat membantumu?" goda Marco yang mengetahui jika Arga selalu saja menjadi pengikut setia.

Tania hanya tersenyum mendengar ucapan Marco.

"Kenapa kau tersenyum? Apakah ada yang lucu?" tanya Marco mencoba untuk pura-pura tidak tahu.

"Sudahlah, jangan dibahas lagi. Aku rasa kamu pun sudah mendengar semua berita itu. Ya ... sejujurnya aku senang dia selalu ada untukku, tapi terkadang aku juga merasa kelabakan untuk menghadapi dia."

"Banyak yang mengatakan jika kekasihmu itu terkena karma karena membuat patah hati para wanita. Memang resiko punya wajah tampan dan kaya raya, tak salah jika dia banyak menjadi incaran para wanita."

"Aku tak ingin tahu dan tak ingin mempermasalahkan apa yang dikatakan orang lain diluar sana tentang dia. Bagiku dia yang sekarang adalah dia yang aku kenal, selebihnya tentang masa lalu atau tentang apapun itu aku tak pernah peduli." Ungkap Tania sembari membayangkan Arga.

Marco tersenyum lagi mendengar penjelasan Tania, dia tahu betul bagaimana sosok Tania.

"Baguslah, aku tak ingin pikiranmu terganggu dengan omongan orang di luar sana tentang kekasihmu. Aku rasa dia juga pria baik, jika tidak aku tak mungkin membiarkannya menjadi kekasihmu begitu saja."

Kali ini Marco terlihat sangat serius. Dia memang tidak pernah rela jika siapapun menyakiti hati Tania. Bahkan jika ada yang mencoba menggunjing Tania di belakang, ia tak segan membela dan memberikan peringatan pada orang itu. Bagi Marco Tania adalah wanita ke tiga yang berarti dalam hidupnya selepas Ibu dan Xaviera, tunangannya yang kini berada di Jepang untuk menyelesaikan pemotretan sebuah brand terkenal disana.

"Ternyata bukan hanya Arga yang over protektif padaku, tapi kamu juga," ucap Tania melempar tatapan pada Marco.

"Tentu saja, bahkan jika kamu mau. Aku pun ingin menikahi mu bersama Xaviera," terang Marco yang membuat Tania membulatkan matanya karena terkejut dengan ucapan Marco yang dinilai sangat spontan.

"Kamu pikir aku mau dijadikan yang kedua? Oh ... sorry ... dengan tegas aku menolak Tuan Marco," ungkap Tania dengan sangat diplomatis.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menanyakan pada Xaviera, apakah dia mau dijadikan yang kedua."

Tania menghela napas dalam-dalam, lalu tangannya mencubit lengan pria separuh tak waras itu. Marco mengerang kesakitan, keduanya saling berpandangan dan kemudian tertawa lepas.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Where stories live. Discover now