46.BACK HOME

4 0 0
                                    

Dua hari kemudian, Barbie dan juga Renata sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Keduanya begitu senang dan juga antusias untuk meninggalkan ruangan yang sudah menjadi kamar mereka tinggal selama lima hari.

Renata yang juga akan tinggal di rumah Barbie masih harus beradaptasi dengan kursi rodanya. Untuk sementara, ia harus menggunakan benda itu sebagai teman aktivitasnya sampai kakinya dapat menopang tubuhnya lagi seperti sedia kala.

Untungnya Riyanti, Stevano, dan Barbie memberikan dukungan penuh terhadap kesembuhan Renata. Apalagi mengingat sebentar lagi mereka akan terbang ke Bali menghadiri acara pernikahan kakak Renata, Hani.

Tentu saja hal ini menjadi hal yang paling dipikirkan oleh Renata karena tidak ingin merusak kebahagiaan keluarganya di sana jika tahu apa yang tengah terjadi kepadanya sekarang.

Setibanya di rumah, Riyanti dan Stevano mengantarkan Renata juga Barbie ke kamar Tamu. Untuk sementara mereka berdua akan tidur disana agar tidak naik turun tangga selama masa recovery. Dan untungnya semua sudah dipersiapkan dengan baik oleh Riyanti yang sebelumnya sudah lebih dulu pulang untuk mempersiapkan kamar mereka berdua.

"Sekarang, kalian berdua sebaiknya beristirahat. Kami berdua akan selalu standby di luar, kalian bisa telpon dari kamar kalau ada apa-apa. Oke?" terang Riyanti kepada kedua gadis yang tengah duduk di atas tempat tidur.

"Oke, Ma."

"Baik, Tante. Terimakasih banyak atas semua yang Tante dan Om lakukan untuk Renata."

Riyanti mengusap lembut rambut atas Renata dan juga mengecup keningnya. Begitu juga pada Barbie putrinya.

Kini, hanya tinggal mereka berdua. Barbie yang merasa sudah sangat baik membantu Renata turun dari kursi rodanya. Meski ia sendiri awalnya bingung harus mulai dari mana, namun akhirnya berhasil juga membopong tubuh Renata yang berat badannya cukup ringan daripada dirinya.

"Makasih, Bie. Maaf merepotkan kamu dan keluarga kamu," ucap Renata tidak enak akan kondisinya yang banyak membebani keluarga Barbie.

"Sudahlah, jangan bicara yang aneh-aneh. Yang paling penting sekarang kita sudah ada dirumah. Nggak lagi makan makanan rumah sakit yang tanpa MSG! Sungguh ku rindu penyedap makanan ...." celetuk Barbie dengan wajah sumringah.

Renata pun dibuat tertawa mendengar kata-kata yang diucapkan Barbie. Keduanya kini saling merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Kedua bola mata mereka menatap langit-langit kamar, mereka kembali mengingat kejadian yang menimpa mereka lima hari lalu. Bagaimana kejadian naas itu terjadi.

Baik Renata dan Barbie sama-sama tidak menduga jika ada orang yang dengan sengaja ingin mencelakai mereka. Padahal mereka sama sekali tidak mengenal para pria berjaket hitam itu. Membayangkan bagaimana pria-pria itu menabrak dan kakinya menendang Vespa Renata membuat keduanya merinding. Tentu saja setelah itu mereka terjatuh dan sudah tidak ingat apapun meski sempat saling melihat keadaan masing-masing.

"Andai saja aku tahu siapa mereka, sudah pasti aku akan memberi mereka perhitungan ketika aku sembuh!" dengkus Renata kesal.

"Sabar, Ren. Biarkan hal ini menjadi urusan pihak yang berwenang. Papa bilang masalah ini sudah ditangani mereka, dan masih dalam tahap penyelidikan. Kita doakan saja semoga polisi segera menemukan orang-orang itu," tutur Barbie bijak.

"Ah! Kamu ini gimana sih, Bie?! Sudah jelas mereka membuat kita seperti sekarang. Malah santai gitu!" protes Renata yang merasa tidak setuju dengan jawaban Barbie.

"Terus mau gimana lagi, Renata? Kita saja enggak tahu mereka siapa. Mana bisa kita menemukan mereka terus buat perhitungan. Makanya biar polisi yang urus, nanti mereka juga dapat hukuman yang setimpal," jelas Barbie menjelaskan lagi maksud dari ucapannya.

Meskipun ucapan Barbie juga tidak ada yang salah. Tetep saja bagi Renata itu tidak lebih dari cukup untuk membuat sakit hati dan juga rasa kesalnya menghilang. Sampai kapanpun, ia akan membuat perhitungan pada pria-pria berjaket hitam dan ber helm hitam saat bertemu.

***

Catherine yang merasa sangat bahagia karena berhasil membuat Renata dan Barbie celaka, justru setiap hari mentraktir semua anak-anak di kantin kampus dengan alasan suasana hatinya selama beberapa hari ini membaik. Bahkan ia juga mengatakan mendapat tawaran untuk menjadi bintang iklan salah satu produk kecantikan yang selama ini menjadi salah satu brand ternama di berbagai negara. Dan semua mempercayai ucapannya, termasuk Amora dan Diska.

Sementara Zefan sengaja tidak masuk kampus beberapa hari terakhir setelah ia pergi menjenguk Renata dan Barbie di rumah sakit. Catherine yang sudah tidak marah lagi dengannya beberapa kali mencoba menghubungi kekasihnya itu. Namun sayangnya Zefan tidak dapat di hubungi. Bahkan Catherine sempat datang ke rumah Zefan, akan tetapi hasilnya sama. Pembantu rumahnya mengatakan jika tidak tahu menahu tentang keberadaan majikannya itu.

Catherine dibuat kesal karena ulah Zefan yang sengaja tidak memberi kabar kepadanya. Tapi rasa rindu juga bersemayam di dalam hatinya. Catherine meyakinkan dirinya mungkin Zefan sedang mendapat masalah dan tidak ingin diganggu siapapun termasuk dirinya.

Biru sendiri masih memantau perkembangan pihak kepolisian yang tengah menangani kasus Barbie dan Renata. Di kampus sendiri, Biru juga memasang teling dan matanya dengan baik-baik pada Catherine juga kedua temannya itu untuk mencari tahu apa ada sesuatu yang bisa ia dapat dari kasus kecelakaan Barbie dan Renata.

Biru tetap pada pendiriannya, bahwa ia begitu meyakini jika dalang dari kecelakaan itu adalah Catherine. Tapi untuk dua temannya itu, Biru masih tidak yakin.

Sebenarnya Biru sudah mengetahui berita kepulangan Barbie dan juga Renata dari Stevano, papa Barbie yang sengaja memberikan informasi kepadanya kemarin malam. Kedua pria itu saling bertukar nomor telepon saat di rumah sakit untuk kepentingan penyelidikan kasus kecelakaan Barbie dan Renata.

Menurut keterangan pihak kepolisian kepada Biru dan Stevano, sementara ini mereka baru mendapat informasi jika para pelaku tindak kriminal itu merupakan salah satu dari anggota geng motor yang sudah ahli dalam membuat skenario. Meskipun kasus ini akan membutuhkan waktu lebih lama dari harapan, tapi mereka berjanji akan terus menindaklanjuti kasus ini sampai meringkus orang-orang itu sampai ke akarnya.

Biru sendiri masih menahan diri untuk terjun sendiri menangani kasus ini. Ia ingin mengantongi banyak bukti-bukti agar lebih mudah memberatkan pelaku kejahatan itu masuk buih. Saat ini yang dapat Biru lakukan adalah membuat siasat agar kecurigaannya kepada Catherine benar terbukti dengan sendirinya.

Sejak Biru mengatakan tentang kecurigaannya kepada Chaterine, Zefan mulai kepikiran dengan ucapan Biru. Dia pun beberapa hari terus merenung dan berpikir apakah tuduhan Biru itu benar adanya. Karena tidak ingin di ganggu siapapun, Zefan memutuskan untuk tinggal sementara di Villa salah satu temannya yang ada di dekat pegunungan.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang