66: Teringat Ciuman itu

20 8 2
                                    

  Dering ponsel sering kali berbunyi membuat seorang pemuda itu hanya menatap layar benda pipih tersebut. Rasanya ingin sekali mengangkatnya. Namun, feeling-nya berkata bahwa gadis itu tengah khawatir dengan pemilik ponsel ini. Di genggamannya ponsel itu dan diletakkan di dadanya, menatap ke langit yang cerah.

"Maafkan aku, Atma. Aku sengaja melakukan ini demi dirimu dan lainnya." kata Yada menundukkan kepala datar.

  Di belakang Yada, di sana sudah berdiri seorang pemuda yang wajahnya penuh luka dan untungnya, Atma mengobati luka-lukanya walaupun kena tamparan dashyat gadis itu. Ia menatap punggung Yada berharap pemuda itu bisa melihat secara langsung, apa yang dilakukan oleh pemuda ninja yang seenaknya menghakiminya.

Yada menoleh ke belakang melihat Dewa berdiri diam dibelakangnya tanpa menyapa. Dilihat atas sampai bawah membuat Yada terheran-heran, ini pertama kalinya Dewa mendapatkan luka separah itu di wajah tampan datarnya.

"Ada apa dengan wajahmu?"

"Lupakan soal itu! Kau berhutang penjelasan padaku gara-gara Mas Yada. Aku dituduh dan dihakimi oleh pemuda bertopeng misterius." kata Dewa panjang lebar, menatap serius ke arah Yada.

Yada tersentak kaget dan mencoba untuk menetralkan ekspresinya itu biar terlihat keren. Ponsel di genggamnya tersebut segera ia masukkan kembali ke saku celana. Tentunya, Dewa melihat ponsel itu dan begitu banyak pertanyaan yang sudah tercatat di dalam benaknya.

---

  Suara sendok dan garpu terdengar di meja makan. Kami berempat tengah menyantap makan malam hari ini. Aku memakan dadar jagung masuk ke dalam mulut sembari atensi ku melihat kursi kosong sebelah Mas Daisuke. Ya, itu kursi yang selalu di tempati oleh Mas Fajar hingga sekarang pria itu tidak kunjung datang.

  Aku melanjutkan kegiatan makananku sesekali mengingat kejadian tadi siang. Itu sangat-sangat tidak terduga, Dewa mencium bibirku dan memberikan sedikit kekuatanku agar aku bisa menyelamatkan ayahku. Aku tidak tahu, kapan? Rencana penyelamatan ayahku di lakukan. Semua teman-teman bersikeras berlatih kekuatan mereka agar tidak lemah. Penampakan kekuatan mereka jika over power bakal seperti murid 1-E melawan pemuda bernama Yada dan ternyata itu semua, palsu dan perginya Dewa ke organisasi hitam.

Memang sulit dipercaya tetapi itulah kenyataan. Kenyataan pahit. Setelah kejadian itu, kedua orang tuaku diculik.

'Apakah benar? Aku ini manusia spesial bagi organisasi hitam karena kekuatanku?'— batin ku.

"Atma? Kenapa kau melamun?" kata Mas Taiga membuatku tersadar karena aku terlalu banyak pikiran.

"Eh anu..."

"Bahkan makan mu sedikit sekali." lanjut Mas Taiga yang juga mengamati porsi makananku. Ah, aku tadi hanya mendapatkan enam suapan saja setelah itu, berhenti.

  Raut wajah Mas Daniel tersenyum sumringah bahkan kedua matanya berseri-seri ke arahku.

"Kalau kamu nggak mau, Atma. Berikan saja padaku, makanannya." katanya di toyor kepalanya sama Mas Taiga membuatku sedikit tertawa melihatnya.

"Otak isinya makanan saja. Sekali-kali kau memikirkan hal lain selain makanan." kata Mas Taiga menceramahi Mas Daniel.

Mas Daniel menatap balik ke Mas Taiga, berkata,"aku selama di kamar tengah menganani kasus misteri sekolah dan kejadian-kejadian yang baru saja terjadi."

"Bohong." kata Mas Taiga dan akhirnya mereka berdua berdebat adu mulut tepat di depan Mas Daisuke.

Aku hanya bisa diam sejenak. Suasana seperti ini tidak baik buat berdebat hal kecil tepat di depan Mas Daisuke. Tahu lah, apa yang terjadi jika berani memulai berdebatan bakal ada penyelesaian setiap masalah. Mas Daisuke melepaskan celemek kecil yang bertengger di lehernya. Di taruh di sebelah piring.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang