[BAB 15] Xieyun dan Tibet

615 110 32
                                    

Karena Xieyun sedang tidak dalam kondisi yang baik untuk bepergian, Shi Ying memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan mengendarai kereta kuda. Mereka tidak terburu-buru. Mereka sesekali berhenti hanya untuk mengamati pemandangan sekitar dan begitu menikmati perjalanan mereka.

Sejak kejadian di Desa Derong, tak ada satu pun di antara mereka yang membahas soal ciuman. Mereka terlalu malu untuk mengatakannya dan memilih untuk berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

Meski begitu, ketika kedua tangan Shi Ying dan Xieyun tak sengaja bersentuhan, sengatan listrik memercik di antara mereka. Di malam yang dingin, tubuh mereka pun perlahan mendekatkan diri pada satu sama lain untuk mencari kehangatan tanpa disadari.

Empat hari kemudian, tibalah mereka di kota tujuan utama mereka, Kota Lhasa, Tibet.

Kota Lhasa berdiri di tepi Sungai Lhasa di timur laut India. Itu adalah kota terbesar di selatan Tibet yang menjadi titik temu antara Cina, India, dan Nepal. Berada di ujung selatan jalur sutra, kota ini tak jarang disinggahi oleh banyak pedagang manca negara. Di sinilah Shi Ying berharap dapat menemukan obat cacar monyet yang mewabah di sektenya.

Shi Ying dan Xieyun tiba di sana di pagi hari menjelang siang. Saat itu, kota begitu ramai dengan pedagang yang menjajakan barang dagangan mereka. Mereka berjajar di sepanjang tepi sungai Lhasa dan teriakan mereka bahkan terdengar hingga ujung jalan.

Ada berbagai macam orang yang tumpah di jalannya. Xieyun melihat wanita India mengenakan kain sarinya, melihat penduduk asli Tibet dengan topi tingginya, dan lain sebagainya. Logat semua orang itu berbeda dengan satu sama lain. Xieyun menganggap mereka aneh, mereka pun menganggap dirinya aneh.

Saat Shi Ying dan Xieyun kehilangan arah, tiba-tiba seorang pemuda datang menghampiri mereka dan bertanya, "Apa kalian dari timur?"

Shi Ying dengan sopan mengangguk.

"Wah pendatang baru. Jika kalian membutuhkan penginapan, kalian bisa datang ke tempatku."

Shi Ying menatap Xieyun untuk meminta pendapat. Setelah bertelepati, mereka berdua setuju untuk tidak langsung mempercayai pemuda tersebut. Shi Ying lalu tersenyum dan berkata, "Ah, tidak. Kami ingin berkeliling dulu. Terima kasih atas tawarannya."

"Berkeliling? Apa kalian mencari sesuatu?"

Gerak-gerik pemuda itu terlihat mencurigakan. Pakaiannya sendiri pun terlihat lusuh meski ia mengenakan banyak cincin batu mulia di jarinya. Xieyun ingin menarik Shi Ying untuk pergi, tapi kultivator itu malah bertanya, "Kami sedang mencari toko bahan obat di sini. Apa kau bisa menunjukkannya pada kami?"

"Toko bahan obat? Tentu saja. Kalian bisa ikut denganku."

Xieyun menyikut Shi Ying memperingatkan untuk tidak tergiur, tapi Shi Ying berbisik, "Ikuti saja. Siapa tahu dia memang mau membantu kita."

Xieyun pun menyerah dan dengan waspada mulai mengikuti pemuda mencurigakan itu.

Pemandangan alam di Tibet berbeda dengan tempat asal Xieyun dan Shi Ying. Bangunannya mungkin masih mirip, tapi alam sekelilingnya berupa pegunungan yang tandus. Meskipun tidak seburuk gurun di tengah Tibet, pepohonan jarang tumbuh di tanahnya yang kering.

Pemuda yang berniat menunjukkan jalan ke toko obat itu pun membawa mereka menyeberangi sungai dan mendaki gunung tandus di selatan Kota Lhasa. Mereka semakin jauh dari kastil pusat kegiatan warga dan pijakan mereka berubah dari bebatuan keras menjadi pasir yang mudah masuk ke dalam sepatu.

"Sejauh apa lagi kita harus mendaki?" tanya Xieyun mulai kelelahan. Sejak kejadian di Desa Derong, ia tak ada bedanya dengan manusia biasa. Julukannya sebagai kultivator hanya tinggal nama selagi ia tak mampu menggunakan energi spiritualnya dengan baik seperti dulu.

Xieyun Si Bocah Tengil [Keluarga WangXian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang