[BAB 18] Xieyun dan Moling Su

1.4K 134 64
                                    

Gusu Lan masih diramaikan oleh tamu sampai satu minggu paska hari pernikahan. Mereka semua tinggal di paviliun-paviliun tamu yang disediakan untuk pendatang yang berkunjung saat hari besar.

Dengan alasan kehabisan paviliun, Xieyun menyuruh Shi Ying untuk tinggal di kamarnya. Ruangan pribadinya itu tidak sebesar paviliun Shi Ying di Moling Su, tapi keduanya nyaman berada di dalamnya.

Di suatu sore yang hangat, di dalam kamar Xieyun, Shi Ying memetik senar kecapinya. Ia memainkan nada yang lembut tanpa energi spiritual semata-mata untuk menghibur kekasih hatinya.

Xieyun memeluknya dari belakang. Dagu pria itu bertumpu pada pundak Shi Ying dan sesekali mencium lekukan leher sang pemusik.

Keduanya tersenyum lembut pada satu sama lain. Ketika permainan berhenti, Shi Ying mengecup bibir Xieyun dan bertanya, "Kapan aku bisa berbicara pada keluargamu?"

Xieyun kemudian melepas pelukannya dan duduk di hadapan kekasihnya. Ia menjawab, "Hmm, bagaimana kalau besok siang setelah Paman Jiang dan rombongannya pulang? Aku akan mengajak Tangsan dan Zhou Fei untuk bergabung juga."

"Baiklah. Tapi ...."

"Tapi?"

Raut wajah Shi Ying mendadak berubah serius. Ia meraih tangan Xieyun di atas meja dan menciumnya. Dengan nada khawatir, ia bertanya, "Tapi apa kau yakin dengan keputusanmu? Maksudku, seumur hidupmu kau tidak pernah meninggalkan sekte ini. Sekarang, hanya karena aku ...."

Sebelum Shi Ying sempat menyelesaikan kalimatnya, Xieyun mencondongkan tubuhnya dan menutup mulut Shi Ying dengan sebuah ciuman.

Merasa Shi Ying masih khawatir, ia mengecupnya lagi dan lagi sampai sang pujaan hati membalasnya.

Xieyun kemudian berkata, "Aku sudah membulatkan keputusanku. Aku ingin bersamamu tak peduli di mana kau berada.

Shi Ying masih tidak terbiasa dengan sisi Xieyun yang manis seperti ini, tapi dalam hati ia senang melihatnya.

"Kau sendiri bagaimana?"

"Hmm?"

"Apa kau tak masalah aku menemanimu di sana? Seperti yang kau lihat selama ini, aku tidak sehebat orang tua dan kakakku, aku juga tidak seramah Tangsan dan sejenius Lianhua. Aku mungkin tidak akan berguna di sisimu."

Shi Ying memicingkan matanya kesal sebagai jawaban. Ia lalu menggeser meja kecapi di hadapannya agar mereka duduk lebih dekat dengan satu sama lain.

Shi Ying kemudian menjepit kedua pipi Xieyun. Tidak dengan lembut. Ia menjepitnya sampai bibir Xieyun mengerucut dengan menggemaskannya.

Kultivator teratai putih itu pun berkata, "Berhenti memandang rendah dirimu, Xieyun. Aku memilihmu karena kau memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain. Kau baik padaku dan kau bersikap manis saat bersamaku. Meskipun kau suka menggerutu atau berbuat onar untuk menyusahkanku, aku tidak peduli. Aku menyukai semua yang ada di dalam dirimu. Apakah itu tidak cukup bagimu?"

Mata Xieyun melebar mendengar itu. Mendadak, perkataan Shi Ying membuatnya menyadari sesuatu. Ia mungkin tidak spesial bagi orang lain atau bagi dirinya sendiri. Tapi jika seseorang mencintainya, jelas ia spesial bagi orang tersebut. Ia mungkin memiliki kelemahan, tapi Shi Ying melihat kelebihannya. Jika Shi Ying memilihnya, itu berarti pria itu sudah menerima segala resikonya, bukan? Harusnya Xieyun tak lagi meragukan pria yang mencintainya.

Sebagai jawaban, Xieyun menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan Shi Ying. Ia mengangguk di lekukan leher sang kekasih dan berbisik, "Umn, sudah cukup."

Hidup selama 24 tahun, Xieyun tak menyangka di detik inilah ia menemukan belahan jiwanya. Berawal dari pertemuan secara acak di Gunung Yiling, mereka berakhir berniat menghabiskan hidup bersama.

Xieyun Si Bocah Tengil [Keluarga WangXian]Место, где живут истории. Откройте их для себя