24. Mungkin, Pacarnya Junior

508 36 4
                                    

Mahes hari ini sudah bisa pulang dari rumah sakit. Tidak ada yang mengurusnya kecuali dia sendiri. Bahkan, Asih yang sempat dikira akan menjadi orang yang membantunya, setelah diketahui kalau dia juga jadi orang yang mendukung Junior orang untuk menikahi gadis itu, Amarta kemudian memberi ultimatum jika berani Asih membantu mereka lagi, dia tidak akan segan-segan untuk memulangkan perempuan itu ke kampung halamannya.

Seperti yang ditakutkan asli sejak awal, dia bukan khawatir karena kehilangan pekerjaan. Tapi merasa cemas kalau, tidak ada siapapun yang membantu Mahes lagi di sini.

Asih memang tidak bisa membantu secara langsung, tapi dia menyiapkan keperluan untuk Mahes meskipun hanya bisa diusahakan seadanya.

Junior menyebutkan apa saja yang disiapkan oleh Asih untuk mereka. Ada baju ganti yang longgar-longgar, juga catatan untuk Junior mulai dari apa saja dan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Ketika Junior memberitahukan pada Mahes apa saja yang diberikan Asih padanya, laki-laki itu tertawa sendiri. Dia menilai pemberian ketidakwahnya seperti bekal untuk anak-anak yang mau piknik.

Sejujurnya ketika Mahes melihat Junior-- yang kini telah menjadi suaminya--bisa terbahak-bahak seperti itu, dia menyadari kalau laki-laki itu memang masih sangat kekanak-kanakan. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi sosok ayah, Kalau kenyataannya selama ini dia adalah orang yang paling dimanja di rumah?

Mahes kemudian sadar bawa pernikahan yang mereka jalani saat ini, hanya sebatas untuk membantunya. Tidak ada urusan lain. Bahkan jika seandainya Junior menelantarkannya, itu juga tidak akan apa-apa.

Pikiran gadis itu terpecah, ketika Junior mengulurkan tangan mengingatkan kalau mereka harus segera pergi. Kali ini tempat yang dituju adalah rumah lama Mahes. Sementara hanya tempat itu yang paling aman untuk mereka jadikan tempat tinggal.

Menumpang mobil temannya, Junior kini sampai di rumah lama milik keluarga Mahes. Baru 10 menit berada di sana, Junior, dia sudah mendapat telepon dari seseorang. Dia tidak bilang siapa, hanya langsung minta izin pada, Mahes untuk pergi.

Berjam-jam dia meninggalkan Mahes sendiri di rumah, kembali saat hari sudah malam dengan wajah lebam.

"Kak Jun, kenapa?" Jangankan menyandang status sebagai istri, siapapun wanita di dunia ini pasti akan tapi akan terkejut jika melihat laki-laki dan anggota keluarganya pulang di wajah lebam-lebam.

Junior membuka sepatunya lebih dulu, baru kemudian dia masuk. Buru-buru dia ke kamar mandi, untuk bisa membasuh wajahnya. Mahes juga tidak tinggal diam melihatnya. Dia siapkan air hangat untuk laki-laki itu.

Beres membasuh wajah, Junior minta tolong agar Mahes mengambilkan handuk untuknya. Setelah menerima dia minta maaf karena harus merepotkan. Bagaimana situ sama sekali tidak masalah, justru yang penting saat ini adalah keadaan Junior baik-baik saja atau tidak.

Segelas air hangat yang disiapkan, Junior minum dulu. Baru kemudian laki-laki itu ingat untuk menjawab pertanyaan Mahes.

"Gue dihajar Yugo," katanya sembari meringis. Sudut bibir Junior terluka, terlihat cukup Menyakitkan ketika dia membuka mulutnya untuk bicara.

Mahes pergi ke dapur, untungnya meski rumah ini tidak sebagus tempat tinggal Junior dulu, beberapa barang di dapur masih bisa digunakan dengan baik. Salah satunya panci yang bisa digunakan untuk memasak air.

Setelah beberapa menit sibuk sendiri di dapur, Mahes kembali lagi membawa sebaskom air hangat dan juga handuk. pelan-pelan perempuan itu mengompres bagian luka Junior. Dia memang mendengarkan cerita laki-laki itu, penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, tidak berani bilang apa-apa.

"Lo nggak mau tanya apa masalahnya?"

Mahes diam. Tangannya berhenti mengompres luka di wajah Junior, membuat laki-laki yang ada di depannya keheranan sendiri.

MaheswariМесто, где живут истории. Откройте их для себя