26. Takut Ditinggal

470 36 5
                                    

Junior tidak tahu apa salahnya atau apa yang salah dengan Mahes. Dari kemarin perempuan itu lebih banyak diam. Diajak bicara juga responnya cuma seadanya. Perasaan, Junior tidak buat salah, juga tidak melakukan hal yang menyakitinya. Dengar-dengar, katanya memang orang hamil itu sensitif. Tapi, apa iya sesensitif ini sampai-sampai tidak ada angin tidak ada hujan dia juga diam. Bahkan, nafsu makannya berkurang.

Karena Junior juga sedang sibuk, terutama untuk persiapan performa dalam kompetisi dance tingkat internasional, dia tidak bisa terlalu fokus untuk mengurus istrinya. Meski begitu, tetap saja untuk beberapa hal yang sekiranya penting dia tetap ingatkan supaya Mahes bisa menjaga diri sendiri. Seperti makan, obat-obatan, vitamin sampai minum susu khusus ibu hamil .

Junior baru selesai latihan koreo bersama teman-temannya. Dengan tubuh penuh peluh juga kondisi napas masih ngap-ngapain, dia sempatkan untuk mengirimkan pesan pada Mahes. Tanya istrinya itu sedang apa siang ini, ada apa-apa di rumah atau tidak, dan pertanyaan kecil lainnya.

Mahes membalas dengan cepat kalau dia baik-baik saja. Tapi, cuma sebatas itu kata-kata yang dikirimkan. Membuat Junior jadi kepikiran sendiri.

Lama bengong sendiri, Julian jadi penasaran. Dia mendekati, biasalah basa-basi mengajak bicara.

"Ada masalah dengan istri?" tanyanya.

Bagaimana ya, mau menyebut ada masalah Junior juga tidak yakin dengan pikirannya ini. "Nggak tahu tuh, tiba-tiba dari kemarin lebih banyak diam. Kayaknya dia ngambek tapi nggak tahu ngambek apa."

"Lo kurang perhatian kali."

Dari mana kurang perhatian. Dia bahkan lebih telaten daripada suami sungguhan. Kelihatannya bukan itu masalahnya.

"Apa yang kurang?" Junior bertanya. "Gue udah jagain dia, hidupin dia juga."

Julian geleng-geleng mendengarnya. "Lo kira perempuan bisa cukup cuman kayak gitu doang?" Junior jadi berpikir setelah ditanya. "Gorila lagi hamil juga butuh perhatian yang lain."

Sok tahu Julian ini. Junior jadi malas mendengarkannya. Meskipun tidak diladeni, tetap dia lanjut bicara.

"Kayaknya sih, kalau gue lihat kemarin dia kesal soal lo sama Marine."

Mengerut alis Junior mendengar itu sampai akhirnya ditepuk lagi bahunya oleh Julian. "Ya ampun, Bro, masa yang kayak gini lo nggak paham?" tanyanya. "Itu anak cemburu. Ya kali suaminya nempel-nempel sama perempuan lain dia bakal diam."

Menurut Junior, dia kemarin tidak apa tidak melakukan apa-apa. Memangnya salah di mana? Apa yang membuat cemburu?

"Sok tahu!" Dia masih keras kepala. Kemudian pergi mengambil handuk miliknya, mengelap keringat yang membasahi kening sampai sekujur tubuh. Meskipun sikapnya seperti itu, kenyataannya juga memikirkan apa yang dikatakan Julian barusan.

Junior pulang. Di jalan tadi dia beli dulu buah-buahan yang disukai Mahes. Dia ingat kalau perempuan itu suka dengan mangga dan juga buah pir, sekalian ditambahkan jeruk dan anggur. Biar stok buah di rumah banyak sampai.

Junior cukup dibuat terkejut karena ketika dia sampai rumah, Mahes tengah membuat rajutan yang sudah hampir berbentuk sepasang kaos kaki mungil. Katanya, dia sudah mengerjakan hampir sepanjang hari karena tidak punya kerjaan untuk mengisi waktu luang.

Junior duduk di depan Mahes memperhatikan hasil karya istrinya. Dia tersenyum, "Gue nggak nyangka loh. Kalau ternyata lo jago juga bikin kayak gini."

Mahes senyum-senyum sendiri. Diam-diam bangga loh, dia kalau hasil kerjaannya bisa membuat Junior terpesona.

"Aku cuma lihat dari YouTube, terus coba. Baru ingat kalau di lemari lamanya ibu ada benang wol dan juga jarum untuk memintal."

Junior ambil kaus kaki hasil rajutan Mahes ukurannya sangat kecil. Kurang setelapak tangannya. Dia mengekeh sendiri, membayangkan nanti kalau anaknya lahir mungkin kurang lebih ukuran kakinya segini.

MaheswariWhere stories live. Discover now