8. Cause She's My Mother

66 3 0
                                    

Setelah melakukan kegiatan pekerjaan part time sebagai tukang cuci piring, Doyoung pun bergegas menuju pekerjaan keduanya.

Memberhentikan mobilnya tepat di samping pintu karyawan. Ia langsung masuk ke dalam dan mulai menjalankan tugasnya. Membuat beberapa minuman kepada para pembeli.

Iya! Doyoung itu seorang bartender, tepatnya bartender minuman di sebuah bar yang tidak terlalu elite.

Ini juga salah satu pekerjaan ia dari beberapa pekerjaan dia lainnya. Semua uang yang ia dapatkan dari pekerjaan part time-nya akan ia kumpulkan di satu tabungan yang ia simpan untuk membiayai perawatan sang Eomma, jika sewaktu sang Appa tidak mau membiayai perawatan sang Eomma.

Sepertinya planning yang ia buat itu tepat. Appanya sudah menyerah, dan tidak ingin membiayai perawatan Eomma-nya lagi.

Doyoung yang sudah tau hal itu akan terjadi, ia pun hanya bisa menerima dan mungkin ia harus bekerja lebih giat lagi. Karena apa? Perawatan sang Eomma tidak bisa di bilang sedikit.

Pekerjaan ini juga yang menjadi salah satu alasan ua tidak bersekolah. Ia sering menghabiskan waktu sekolahnya untuk bekerja.

Ia hanya takut jika nanti sang Appa sudah menyerah, dan tidak ingin membiayai perawatan sang Eomma, dirinya malah tidak mempunyai apapun untuk menyelamatkan sang Eomma.

Bagaimana bisa ia bekerja di salah satu bar, sedangkan umurnya belum cukup untuk menginjak bar? Tentu saja koneksi teman kenalannya.

Teman kenalan Doyoung itu banyak dan ada di mana-mana. Tapi kalau masalah teman dekat dia, itu hanya Taeyong dan Yuta, itu pun dulu sekarang ia tidak punya teman dekat.

Ten dan Jungwoo bagaimana? Menurut dia, mereka berdua itu hanya sahabat atau teman di sekolahnya. Selebihnya tidak. Mereka bahkan tidak tau permasalahan yang ia hadapi. Ia juga enggan memberi tahu mereka.

Setelah bekerja selama berjam-jam, pekerjaannya akhirnya selesai. Ia segera pamit kepada seluruh rekan kerjanya yang masih bekerja sampai fajar datang.

Jam 1 malam ia selesai bekerja, akankah dia pulang ke rumahnya? Jawabannya adalah tidak! Ia langsung menuju ke tempat berikutnya.

Bekerja? Bisa di bilang iya, bisa di bilang tidak. Doyoung terus menjalankan mobilnya, sampai akhirnya ia tiba di tempat yang sangat ramai.

Ia langsung saja mengklakson mobilnya, membuat para kerumunan itu pun membelah diri, memberikan akses untuk mobilnya untuk lewat.

"Ini dia Queen kita tiba!" Teriak Hoshi yang langsung di sahuti par yang lainnya.

"Kali ini siapa lawan-ku? Kau ingat kalau aku tidak suka taruhan yang kecil?" Peringat Doyoung.

"Aku tau. Tenang saja, taruhan ini sangat besar. Kalau kau menang? Kau bisa mendapatkan semua hadiah, dan jangan lupa membagi diriku!" Peringat Hoshi.

Doyoung langsung menggetuk kepala temannya. "Sejak kapan aku lupa! Aku selalu kasih untuk dirimu di setiap pertandingan!" Seru Doyoung.

"Jadi siapa lawan-ku? Berapa taruhannya?" Tanya Doyoung, mengembalikan obrolan mereka.

"Jun, bule asal China yang terkenal akan skill balapannya yang luar biasa." Seru Hoshi yang di balas tatapan jengah oleh temannya.

Doyoung sudah sangat sering mendengar kalimat yang di lontarkan temannya itu. Asal ini dan skill balapannya yang bla bla bla. Ia bosan! Ujung-ujungnya juga ia yang akan menang.

Ia akan memenangkan pertandingan apapun yang terjadi! Karena apa? Kalau sampai dia kalah? Uang untuk perawatan dan pengobatan sang Eomma akan hilang. Jadi, ia akan selalu berusaha untuk memenangkan pertandingan.

"Bagaimana dengan taruhannya? Kau belum menyebutnya!" Sentak Doyoung.

"100 juta won." Balas Hoshi yang sukses membuat dia menerbitkan senyumannya.

"Oke! Aku akan langsung pergi ke garis start!" Seru Doyoung yang langsung menjalankan mobilnya menuju garis start.

Pergerakan dia di sambut sorak sorai bahagia bagi yang lainnya. Ia ingin lihat apakah Doyoung yang notabennya juara bertahan ini akan mempertahankan juaranya, atau malah di rebut pendatang baru asal China itu.

"Cha! Kedua peserta sudah menunjukkan taringnya masing-masing! Apakah Doyoung akan mempertahankan gelarnya? Atau malah hilang karena Jun, pembalap liar asal China." Seru Hoshi, memanaskan suasana.

Suara deru mesin dari kedua kendaraan pun mulai bersautan. Mereka sudah siap di posisinya masing-masing.

Hoshi yang melihat kesiapan mereka berdua pun mulai menyuruh Joy yang merupakan saudara kembar Hoshi, dan juga teman bar Doyoung, untuk masuk ke dalam area.

Iya! Joy yang menghitung mundur untuk pertandingan ini. Ia pun segera menggangkat syal miliknya untuk di hempaskan nantinya. Mulai menghitung mundur dan---

*ngiung ngiung ngiung* suara sirine mobil polisi langsung membuat keadaan ricuh.

"Shit!" Maki Doyoung, setelah ia mendengar sirine polisi. Ia langsung bergegas meninggalkan area ini.

Bahaya dia kalau sampai polisi menangkap dirinya. Bisa habis dia sama Ayahnya, kalau ketahuan balapan liar atau melakukan aktivitas lainnya.

Ia yakin kalau dirinya tidak akan di perbolehkan untuk menemui Eommanya, kalau sampai ia mencoret nama baik keluarga Kim dengan kenakalannya. Ia terus menjalankan mobilnya agar terhindar dari kejaran polisi.

---

"Habis dari mana saja kamu?" Tanya seseorang dengan suara Husky khasnya, Siapa lagi kalau bukan Ayahnya, Baekhyun.

Baekhyun berhasil memergoki anaknya yang pulang larut. Ia meringis ketika mendengar suara sang ayah. "Appa sedang bertanya! Dari mana saja kamu, Kim Doyoung?!" Sentak sang ayah.

Baekhyun takut kalau sang anak melakukan hal aneh, yang akan mencoret nama baik keluarganya. "Habis berkunjung dari rumah sakitnya Eomma." Seru Doyoung, yang tiba-tiba mengingat kalau dirinya habis berkunjung dari sana.

"Kau tidak berbohong?" Selidik Baekhyun yang sedikit memincingkan matanya, menatap sang anak penuh curiga.

"Untuk apa aku berbohong kepada dirimu? Apakah ada gunanya? Dan ya! Yang pantas di sebut pembohong itu dirimu! Bukan aku!" Sentak Doyoung.

"Apa-apaan kamu! Kenapa kamu malah mengatai Appa-mu sendiri sebagai pembohong?!" Sentak sang ayah marah.

Doyoung terkekeh mendengar kalimat sang ayah. "Memang kau pembohong! Kenapa kau berhenti membiayai perawatan serta pengobatan Eommaku?! Bukankah kau sudah berjanji akan selalu membiayai perawatan serta pengobatan Eommaku kalau aku mengaku bahwa Eommaku telah meninggal! Tapi apa?! Kau malah berbohong dan mengingkari itu semua!" Balas Doyoung.

"Eomma-mu memang sudah mati. Untuk apa aku harus bersusah payah menghabiskan uang untuk orang yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan?!" Balas sang ayah dengan entengnya.

Doyoung tersenyum miris. "Untuk Apa? Dia Eommaku, dan juga istrimu! Dia masih hidup! Jantungnya masih berdetak!" Peringat Doyoung.

"Tapi dia tidak bisa membuka matanya! Jantungnya berdetak juga karena alat bantu penompang hidup! Kalau alat iu di lepas juga Eomma-mu sudah mati!" Sentak sang Ayah.

"Tapi setidaknya aku berusaha untuk mempertahankan hidup Eomma! Tidak seperti dirimu!" Balas Doyoung, yang langsung pergi dari hadapan sang ayah.

BESTFRIEND? IT'S BULLSHIT! - TAEDOYUTAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant