10. Can You Help Me?

124 2 0
                                    

"Jangan pernah kau melakukan hal itu!" Peringat Doyoung yang saat ini sudah menatap ayahnya geram. Bahkan urat di wajahnya muncul.

"Kau melakukan semua ini hanya untuk membiayai Eomma-mu yang terbaring di rumah sakit bukan?! Karena aku sudah memutuskan pembayaran untuk perawatan dan pengobatan Eomma-mu?!" Sentak sang ayah.

"Aku tidak melakukan hal itu untuk Eomma! Aku melakukan hal itu untuk menghancurkan dirimu! Menghancurkan nama baik keluarga Kim! Jadi, jangan pernah membawa Eomma-ku serta menjadikan Eomma-ku sebagai ancaman!" Peringat Doyoung.

"Aku akan memberitahu dokter untuk mencabut semua alat penompang kehidupan Eomma-mu!" Kekeh sang ayah.

"Kalau sampai hal itu terjadi? Aku akan beberkan kepada seluruh media tentang kejelekan keluarga Kim! Aku akan melakukan berbagai macam kesalahan lainnya agar keluarga Kim makin tercoreng nama baiknya!" Ancam Doyoung.

"Kau mengancam Appa-mu sendiri?!" Sentak sang ayah tak percaya.

Doyoung terkekeh mendengarnya. "Kenapa? Kau tidak percaya kalau aku yang notabennya anakmu mengancam dirimu?!" Tanya Doyoung.

"Hanya karena mayat hidup itu kau berani mengancam Appa-mu?!" Sentak sang ayah sekali lagi.

"Yak! Itu Eomma-ku! Dia yang melahirkan aku! Aku pantas mempertahankan bidadari surga-ku, daripada mempertahankan iblis seperti dirimu!" Balas sang ayah.

"Keputusan aku sudah bulat! Aku akan menyuruh dokter untuk mencabut semua alat penompang kehidupan Eomma-mu!" Final sang ayah.

"Penjaga!" Teriak sang ayah, dan penjaga keamanan rumahnya pun datang.

"Kunci dia di kamar, jaga seluruh ruang kamar dan rumah ini. Jangan sampai Kim Doyoung keluar dari kamar atau melarikan diri!" Sentak Baekhyun.

Doyoung yang ingin kabur pun di tahan. Tangannya di cekal oleh empat orang bertubuh besar, membuat dirinya susah untuk melakukan perlawanan.

"Yak! Jangan pernah melakukan hal itu! Sumpah demi Tuhan aku akan membenci dirimu selamanya, kalau kau sampai melakukan hal itu!" Teriak Doyoung, memberontak di antara cengkraman para bodyguard bertubuh besar.

Sedangkan Baekhyun tidak mengubris perkataan anaknya, ia langsung mengeluarkan ponselnya, dan menelepon dokter yang merawat Winwin.

Selamat pagi dengan saya Dokter Im, ada yang bisa saya bantu?

Selamat pagi dokter Im. Saya Huang Yuta, saya ingin meminta bantuan dokter untuk mencabut semua alat penompang kehidupan istri saya Huang Winwin.

Loh tiba-tiba Tuan Huang? Bagaimana dengan Nona Renjun? Apakah dia menyetujui ini?

Saya sudah meminta persetujuan-nya. Dia berkata bahwa dia setuju untuk melepas semua alat itu. Ia tidak ingin melihat Eomma-nya kesakitan lagi.

Baiklah kalau seperti itu. Saya akan memberit tahu perawat lainnya untuk membantu saya melepaskan alat penompang kehidupan Nyonya Huang.

Terima kasih telah menjaga dan merawat istri saya.

Itu sudah menjadi tugas seorang dokter Tuan Huang. Kalau begitu saya permisi.

Setelah mengatakan itu, Yuta langsung menutup panggilannya secara sepihak.

"Apakah kau yakin?" Tanya Sooyoung dengan wajah cemas-nya, atau cuma pura-pura cemas?

"Tentu saja. Aku tidak mau melihat Winwin kesakitan karena alat itu." Ucap Yut lalu pergi.

"Aku nitip Renjun dan Sooya, aku akan pergi untuk membereskan masalah ini." Pinta Yuta sebelum pergi.

"Tenang saja. Anak kita akan aman di bawah pengawasanku." Ucap Sooyoung, lalu tersenyum penuh arti setelah Yuta pergi.

---

"Aku harus bagaimana?" Gumam Renjun.

Ia langsung mengambil ponselnya dan mulai menelepon seseorang.

Hallo Injolmie? Ada apa? Kenapa tiba-tiba menelepon diriku?

Jeno-ya, apakah kau sibuk?

Tidak, kenapa?

Bisakah kau menjemput-ku ke rumah, dan membawaku keluar rumah dengan alasan kerja kelompok bersama?

Aku bisa. Aku dalam perjalanan sekarang. Tunggu aku.

Gumawo Jeno-ya.

Renjun langsung bergegas mengganti bajunya. Setelahnya, ia langsung memasukkan bukunya secara asal ke dalam tas, agar tidak ada yang curiga.

Setelah semua-nya selesai, Renjun pun menunggu Jeno dengan perasaan gelisah.

Mana dokter yang menangani Eomma-nya tidak bisa di hubungi.

Renjun yakin kalau ini adalah ulah Appa-nya.

Sedangkan di lain sisi, Jeno baru saja tiba di rumah Renjun. Memencet bel rumah Renjun dan menunggu seseorang membukakan pintu untuknya.

"Loh Lee Jeno?" Ucap Sooyoung ketika pertama kali membuka pintu.

Jeno langsung menampilkan senyuman-nya. "Hallo Ahjumma. Renjun-nya ada?" Tanya Jeno, melirik sekitar.

Sooyoung sempat berfikir untuk menjawab apa. "Ada keperluan apa ya Jeno?" Tanya Sooyoung sebelum menjawab perkataan Jeno.

"Ah ini Ahjumma. Kami berdua ada tugas kelompok yang akan di kumpulkan besok. Kami sudah membuat janji untuk mengerjakan hari ini di rumah saya." Ucap Jeno, menampilkan tugas yang akan ia buat.

Sooyoung sempat memicin curiga, namun akhirnya ia memperbolehkan masuk Jeno. "Tunggu sini dulu ya Jeno. Ahjumma panggilkan Renjun terlebih dahulu." Ucap Sooyoung, mempersilahkan Jeno duduk di sofa ruang tamu-nya.

Sooyoung langsung bergegas ke kamar Renjun. Menyuruh sang anak buah Yuta untuk membiarkannya lewat.

*cklek* pintu kamar Renjun di buka oleh Sooyoung.

"Ngapain kau ke sini? Ingin memberitahu kalau dirimu sudah mendapatkan apa yang kau inginkan?" Sarkas Renjun.

Sooyoung mendecih, mendengar sarkasan Renjun. "Tch. Tidak usah memberitahu-mu. Aku juga yakin kalau aku akan mendapatkan apapun yang aku mau." Ucap Sooyoung dengan nada pongahnya.

"Terus, kau ngapain di sini?" Sinis Renjun.

"Tidak usah berlagak sok polos. Aku yakin kalau kau menelepon Jeno agar bisa keluar dari kamar ini bukan?" Terka Sooyoung.

"Lalu apa yang kau inginkan sekarang? Kau tidak membolehkan aku keluar? Aku akan tetap keluar!" Balas Renjun lalu pergi meninggalkan Sooyoung.

Sooyoung yang melihat itu pun menyeringai. "Satu persatu, aku akan menghempaskan benalu di antara keluarga-ku. Pertama Winwin sudah ku hempaskan dari muka bumi ini. Dan kau akan jadi target-ku selanjutnya Huang Renjun." Gumam Sooyong, di sertai senyuman liciknya.

Renjun langsung menarik Jeno pergi keluar. "Pake Helm-nya tuh yang bener. Di kaitin pengaitnya." Ujar Jeno yang mulai mengaitkan pengait helm Renjun.

*plak* Renjun memukul tangan Jeno.

"Aku gak lumpuh ya! Aku bisa sendiri!" Ucap Renjun yang mulai mengaitkan pengait helm-nya.

Jeno yang melihat itu pun mendesis. "Kata siapa lumpuh sih." Cibir Jeno.

Jeno langsung naik ke atas motonya, menyalakan motornya, lalu memutar balikkan motornya.

"Naiklah." Titah Jeno.

Renjun pun naik dengan susah payah-nya. "Kalau beli motor jangan yang gede-gede apa sih Jen." Protes Renjun setelah berhasil naik ke atas motor Jeno.

"Kau-nya saja yang ke-kecilan." Dengus Jeno.

"Yak! Kau mau aku pukul?!" Ancam Renjun.

"Maafkan aku. Pegangan yang benar! Nanti kau terbang ke bawa angin kan bahaya!" Peringat Jeno.

"Yak! Aku tidak sekecil itu ya!" Peringat Renjun yang mulai memegang kecil baju Jeno.

Jeno yang melihat dari kaca spion pun meringis kesal. Ia langsung mengambil kedua tangan Renjun dan mengalungkan-nya di pinggang miliknya. "Jangan protes!" Peringat Jeno sebelum Renjun protes.

BESTFRIEND? IT'S BULLSHIT! - TAEDOYUTAWhere stories live. Discover now