Six

125 24 22
                                    

🐼🐼🐼🐼


Kedua manusia berbaju rapih itu sudah berkali-kali menarik napas. Namun sampai detik ini belum berani untuk membuka pintu ruang rawat yang terpampang di depan mereka. Setelah sempat menghubungi orangtua Woosung, menanyai letak kamar rawat itu.

"Kita harus bisa menghadapinya." Lirih Woosung, yang memberanikan diri menarik knop pintu berwarna putih bersih itu.

Hati keduanya terasa sangat diremas ketika melihat bagaimana mengenaskannya keadaan Taeyeon saat ini. Anak yang tak pernah mereka pikirkan, dan saat terluka begini mereka cukup tersakiti.

"Tuan, Nyonya?" Minah yang semula duduk di samping ranjang Taeyeon segera bangkit dengan terkejut. Membungkuk hormat pada kedua majikannya itu.

"Siapa yang datang, Bi?" tanya Taeyeon yang memang tak bisa menoleh kemana pun karena lehernya masih disangga oleh cervical collar.

"Ini Appa dan Eomma, Taeyeon-ah." Sahut Woosung gugup. Takut sekali jika anak itu tak menginginkan keberadaan orangtuanya.

"Ah kalian. Aku kira kalian menunggu kematianku dulu baru ingin datang." Jawab Taeyeon yang membuat Woosung dan Doyeon semakin merasa tercekik oleh rasa bersalah.

"Tae, kami--"

"Oh. Ada keajaiban dunia yang sedang terjadi disini ternyata," ujaran itu membuat Woosung dan Doyeon menatap ke arah pintu. Dimana Jessica berdiri dengan wajah datar bersama seorang pria di belakangnya.

"Salahkah kami jika datang kesini untuk melihat keadaan Taeyeon?" tanya Doyeon pada kedua anaknya yang sangat jelas menampakkan sebuah penolakan.

Dia dan suaminya sudah bertekad untuk menjadi orangtua yang pantas. Namun sikap penolakan yang ditunjukkan secara terang-terangan oleh Taeyeon dan Jessica membuat hatinya memanas. Padahal, untuk mendapatkan kemauan itu butuh waktu yang panjang untuk Doyeon maupun Woosung.

"Kalian tidak salah, jika datang sedari awal." Jawab Jessica menusuk. Masih jelas diingatannya ketika sang kembaran berada dalam ambang kematian, kedua orangtua mereka bahkan tidak menghubunginya untuk mencari tahu perihal keadaan Taeyeon.

Doyeon menunduk, dengan tangan meremas lengan suaminya. Dia benar-benar kalah telak. Sikap buruk wanita itu memang sepertinya tak bisa ditoleransi lagi.

"Apakah terlalu sulit untuk menjadi orangtua yang baik? Bahkan kami tidak pernah meminta hal berat. Kami hanya ingin keberadaan kalian." Suara Jessica menggema di ruangan itu. Membuat seluruh penguni disana tersentak kaget. Jessica si pendiam, kini mulai mengeluarkan semua amarah yang sedari dulu dia tahan.

"Kemarin...." Jessica menggantungkan kalimatnya. Meremas kuat-kuat tangannya hingga memerah.

"Kemarin aku menyadari, betapa sialnya kami lahir di keluarga terhormat seperti kalian." Mata gadis itu berkilat marah, dengan warna berangsur memerah menahan tangis.

"Aku bahkan hampir gila melihat fakta bahwa Taeyeon ingin meninggalkanku. Tapi kalian? Bahkan jika dia mati sekalipun aku bertaruh kertas-kertas kesayangan kalian tetap lebih penting." Suara Jessica mulai serak karena terus berteriak pada orangtuanya. Benar-benar mengeluarkan semua yang menumpuk di dalam batin.

"Jess, kendalikan emosimu." Kim Minah berusaha menegur Jessica dengan pandangan khawatir. Terlebih melihat napas anak itu yang mulai memburu.

"Tidak. Biarkan mereka sadar betapa buruknya mereka." Sentak Jessica yang tak mengalihkan pandangannya kemanapun selain pada orangtuanya.

"Jess," Woosung melirih, sembari melangkah mendekati Jessica. Dan tanpa bisa diduga oleh siapapun, lelaki itu berlutut di hadapan anaknya sendiri. Membuat semua orang terkejut.

Ego [Revisi + Hiatus]Where stories live. Discover now