32

64 12 0
                                    

32 -Him?

Arina mulai menjauhi Theo, membalas pesannya seperlunya, dan tidak terlihat melirik Theo.

"Tumben ngejauhin, kenapa?" Jian menanyakan kepada Areta yang sedang meminum susu coklatnya.

"Udah ada cewe" Areta menjawab.

"Yah kasian" Jian terkekeh mendengarnya.

"Gausah ngejek lah ya" Areta melanjutkan aktifitasnya.

"Siapa?" Jian bertanya lagi.

"Yola" Jian terlihat kebingungan mendengarnya.

"Lah bukannya Theo gasuka Yola?" Jian dengan terang-terangan menyebut nama.

"Gatau" Areta menaikkan bahunya.

Mereka pun bercerita di pojok kelas hingga bel masuk.

—❣

Esok harinya, Areta pergi ke perpustakaan untuk membaca buku sendiri.

Areta tentu butuh waktu sendiri di keadaan  rumit seperti ini, ia memilih meja kosong yang berada sangat ujung dibelakang.

Ia terus membaca buku, terkadang mengecek ponselnya, hanya ada notif instagram yang ia dapat.

Areta lalu lanjut membaca bukunya itu, yang sebenarnya tentang cinta cintaan.

Dan biasanya hal yang seperti itu adalah hal yang jarang ia baca.

Ia mengecek sekali lagi ponselnya, ternyata ada notif dari Theo?

*WA: Theo- Perpus?*

Theo ternyata mengetahui kebiasaan Areta ke perpustakaan.

Areta pun beranjak dari kursinya untuk mencari keberadaan Theo.

Ternyata Theo betul betul ada.

Sepertinya mencari seseorang.

Tidak.

Areta tak mau bertemu Theo.

Areta sengaja duduk dipaling ujung dan menutupi wajahnya dengan buku.

"Re?" Damn, ternyata ketahuan.

"Ha? Oh Theo.." Areta berkata dengan canggung.

Theo tersenyum kearah Areta, dan duduk disebelahnya.

Keheningan terjadi diantara mereka.

"Lo ngejauhin gue ya?" Mendengar perkataan itu Areta hanya bisa terdiam.

"Hah?" pura pura bodoh saja lah.

"Hm" Theo memutuskan untuk tidak membahasnya, syukurlah.

Mereka tak berbicara dan hanya membaca buku, walaupun terkadang Areta melirik kearah Theo.

Rasanya susah sekali untuk melepaskannya.

-❣

Flasback off

Areta curhat kepada Jian tentang perkataan ayahnya, Jian hanya menggangap itu biasa saja.

Areta sangat gugup, plus, ia bimbang dengan baju yang akan ia pakai.

Sekali lagi ia meminta pendapat Jian.

Baik, sekarang tinggal merias sedikit wajahnya, dan semuanya akan siap.

Areta pun turun kebawah, melihat ibunya sudah bersiap siap dibawah.

"Wah, cantiknya anak bunda" ibunya berkata sambil tersenyum.

"Udah kan? Ayo" ayahnya langsung menyambung.

Areta pun menghampiri mobil yang berwarna hitam itu, ditemani oleh ibunya.

Abang Areta? Oh dia tidak diajak.

Toh dia juga tidak mau.

Selama perjalanan Areta sangat gugup memikirkan apa yang akan terjadi, apakah akan terjadi seperti cerita cerita romansa di buku?

Tidak.

Mungkin hanya seseorang guru lagi atau siapapun yang pintar.

Akhirnya Areta pun sampai ditujuan, restoran itu terlihat sangat mewah, uang darimana kira kira ayahnya dapat?

Astaga, tidak boleh berpikiran seperti itu.

Areta merapikan penampilannya dan akhirnya pun turun dari mobil, semua mata pegawai disana mengagumi kecantikan Areta.

Bagi Areta itu sudah biasa saja, seringkali ia dapat.

Ayahnya menuntun keluarganya ke lantai atas, mata Areta tak fokus melihat ke sekeliling restoran.

Ia hanya menggunakan sudut matanya untuk melihat kearah mana orang tuanya berjalan.

Matanya terpaku di sebuah tanda di atas pintu tertulis 'VIP'.

Akhirnya Areta pun menurunkan pandangannya dan..

Seorang lelaki?

Dia?...

TBC-❣

HEART RACES [양정원-ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang