4. Cita-cita Kana

9.2K 1.1K 58
                                    

Hai. Maaf telat up. Kana dulu ya. Yg lain nyusul...
Thanks anyway

❤️❤️❤️❤️

Kana sudah bersiap-siap ke sekolah awal pagi ini. Seperti biasa, Kana berjalan kaki menuju sekolahnya yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Lima belas menit saja lamanya. Sekolah Kana merupakan salah satu SMP milik pemerintah yang favorit sekabupaten, di mana murid-muridnya berasal dari keluarga yang beragam latar belakang, dari anak pengusaha, pejabat daerah, ketua RT, hingga pekerja serabutan seperti mamanya.

Kana senang bersekolah di sana, terlepas seringnya dia menghadapi cacimaki atau sikap acuh tak acuh dari teman-teman, para guru dan para staf yang mengenalnya. Kana diam saja jika dia diolok-olok. Percuma membela diri, ujung-ujungnya hanya meninggalkan luka di hati.Tidak ada yang mau membelanya, termasuk mamanya. Alhasil, Kana tidak punya teman.

Berbeda dengan kakaknya, Yuna pergi diantar ojek khusus. Wajar, sekolahnya lebih jauh dari sekolah Kana. Tapi lucunya, saat bersekolah di SMP yang sama dengan Kana, Yuna juga diantar jemput ojek. Tanpa ditanya, mamanya menjelaskan bahwa uang hasil kerjanya tidaklah cukup untuk membiayai ongkos Kana. Jajan Kana bisa berkurang. "Biar dia jalan, supaya kurus. Nggak mikir makan terus," kalimat itu yang dia dengar dari mamanya saat bercakap-cakap dengan Uwak Ita. Duh, padahal Kana makannya tidak begitu banyak. Tidur Kana pun teratur di setiap harinya. Tidak tahu kenapa dia bisa segendut ini. Namun saat dia melihat foto ayahnya suatu hari, Kana pun mengerti, mungkin kegemukan yang dia miliki turunan dari ayahnya. Ayahnya bertubuh gemuk dan tinggi. Kini sudah menikah lagi dan tinggal di Surabaya. Kana tidak tahu penyebab perceraian ayahmamanya. Kana juga tidak tahu kabar ayahnya sekarang.

Pagi ini, Kana belajar bimbingan dan konseling yang diajarkan seorang guru perempuan muda yang bernama Bu Lia. Kali ini Bu Lia meminta anak-anak muridnya untuk mengungkapkan cita-cita mereka di masa yang akan datang, menceritakan kelebihan dan kekurangan mereka.

"Aku ingin jadi pilot, Bu," ungkap Fino, salah satu teman sekelas Kana. Dia duduk di barisan depan. "Kelebihanku aku bisa berbahasa Inggris, kekuranganku hm..., malas bangun pagi,"

Hampir seluruh murid menertawakan kekurangan Fino. Bu Lia senang mendengar penjelasan Fino.

Giliran Ryan sekarang. Dia berdiri dengan percaya diri.

"Kalo aku ingin jadi astronot," ucapnya dengan dada membusung.

"Woaaaa," seru anak-anak kagum. Ryan memang gagah dan tampan serta pintar.

"Aku punya kelebihan. Rajin membantu mamaku menyiram kembang di taman,"

"Hebat," puji Bu Lia sambil membayangkan Ryan yang gagah sedang membantu mamanya di rumah.

"Kekuranganku. Hm..., apa ya? rasanya aku nggak punya kekurangan, Bu. Aku tinggal di rumah besar dengan banyak kendaraan. Apa ya, Bu?"

Bu Lia tersenyum hangat. Ryan cukup dikenal di sekolah karena keluarganya yang kaya raya.

"Ketakutan kamu terhadap sesuatu bisa jadi kekurangan kamu," ujar Bu Lia membantu agar Ryan memberi jawaban tepat.

"Oh. Aku takut gendut, Bu," jawab Ryan semangat. Semua tertawa renyah. Ada beberapa yang menoleh ke belakang di mana Kana duduk dengan tenang. Kana diam saja. Dia pikir Ryan menjawab spontan tanpa bermaksud menyinggungnya. Lagi pula buat apa sedih, toh dia sudah biasa menjadi bahan ejekan.

Kemudian, salah satu murid perempuan mengungkapkan cita-citanya menjadi menteri pendidikan.

"Kelebihanku aku selalu mendapat rangking tiga besar di kelas. Kekurangan? Hm..., aku merasa tidak cantik saja,"

Lagi-lagi gaduh terdengar di kelas.

"Kamu cantik kok, Hana. Siapa bilang nggak cantik," ujar Bu Lia memberi semangat.

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang