126. Kana dan Bisma Forever Love (The End) ❤️❤️❤️❤️

11.5K 1.1K 159
                                    

Kana menoleh ke arah Bisma. Dia pikir Bisma juga harus tahu tentang Clay. Semalam setelah makan malam di dapur, Clay curhat dengan Kana mengenai keadaan di kantor. Bisma yang kebetulan ada di sisi pintu dapur tak sengaja mendengar Clay berujar ke Kana bahwa dia tidak ingin curhatnya diketahui siapapun, terutama papanya.

"Clay nggak suka kerja di sana. Dia nggak betah di kantor karena sering melihat bosnya itu dipangku-pangku kayak kamu dan aku barusan, oleh perempuan-perempuan yang sudah tua, yah ... yang berusia sekitar tiga atau empat puluhan tahun. Pernah kata Clay ada yang menyerang ke kantor marah-marah karena menganggap bosnya itu merebut hati pasangan-pasangan mereka," ungkap Kana akhirnya.

"Ah? Masa sih? Setauku Idris nggak begitu," gumam Bisma. Dia sedikit mengenal atasan Clay yang bernama Idris Kashawn, karena Idris sering menggunakan jasanya yang berhubungan dengan sistem komputerisasi kantor, tapi tidak begitu dekat, hanya sebatas klien. Itupun Bisma hanya dipertemukan dengan bawahan Idris yang bernama Nikolaus. Sepengetahuan Bisma, Idris memiliki kehidupan bahagia dan lurus-lurus saja.

"Bos baru. Yang namanya Idris itu sedang tugas ke Thailand. Buka perusahaan baru di Phuket," jelas Kana.

"Oh," desah Bisma.

"Masih kerabat keluarga atasan juga katanya. Hm, malas-malasan kerjanya. Clay yang sering dia suruh-suruh, karena Clay sudah tau seluk beluk perusahaan," jelas Kana.

Bisma menghela napas panjang. Clay adalah gadis pintar yang cepat belajar serta beradaptasi dengan keadaan. Pasti Clay sangat dibutuhkan di sana.

"Sebenarnya Clay mau ngomong sama Mas tentang keinginannya untuk berhenti bekerja di sana dan pindah, tapi dia nggak berani ngomong. Dia bilang mau kerja di kantor Mas saja," ungkap Kana.

Bisma terkekeh. Dia memang melarang Clay bekerja di kantornya karena ingin Clay tidak manja dan wawasan pergaulannya lebih luas.

"Ih, Mas sih. Apa salahnya Clay kerja di kantor kamu, Mas," sergah Kana.

Bisma terkekeh lagi. Dia amati Clay yang kini sedang duduk berduaan dengan omanya.

"Tapi Clay juga ragu sih sebenarnya," gumam Kana tak yakin dengan keinginan Clay yang sebenarnya.

Bisma mendelik.

"Dia sedang dekat dengan salah satu kerabat atasannya. Kerja di sana sebagai staf biasa," lanjut Kana kemudian. "Bilal namanya ... beda ruangan, tapi sering ketemuan,"

"Pacaran?"

Kana tertawa kecil. "Clay bilang nggak pacaran. Tapi Bilal menyukainya dan mereka cukup dekat,"

Bisma tersenyum tipis sambil menoleh ke arah Clay dari kejauhan. Anak gadisnya sudah besar dan dewasa.

"Clay?" tanya Bisma.

"Dia bilang nggak yakin. Bilal masih suka bersenang-senang dan nggak serius,"

"Berarti Clay suka Bilal?"

Kana tersenyum menggeleng. "Nggak tau juga. Bagiku Clay belum yakin saja dan Bilal yang hanya senang dekat dengan Clay,"

Bisma terkekeh lagi.

"Seperti apa Bilal? Apa Clay juga cerita?" tanya Bisma ingin tahu.

"Campuran, mamanya Jawa Sunda, papanya Arab Jawa Sumatra. Ganteng loh,"

"Mana ganteng dariku?" tanya Bisma tak mau kalah.

Kana tergelak.

"Ya gantengan kamu, Mas. Kamu tuh paling ganteng sedunia ini," puji Kana setinggi langit. Meskipun terdengar berlebihan dan klise, Bisma selalu senang dengan pujian istrinya. Kana mengatakannya dengan mata binar dan sungguh-sungguh.

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang