15. Bye bye, Kana

8.1K 1.3K 34
                                    

Kana senyum-senyum melihat Dian yang sedang berdandan di pagi harinya. Dian dikenal pandai berhias di kalangan pekerja panti. Alasan Dian karena dia sudah terbiasa dengan berdandan dan terasa lebih segar saat bekerja.

"Kita tuh sebagai perempuan harus rajin dandan dan merawat diri, Kana," ujar Dian saat memasangkan bulu mata palsunya. Dia sadar Kana tengah memperhatikannya.

"Tapi biaya ke salon-salon bukannya mahal...."

"Tergantung. Pandai-pandai aja mengatur uang. Kalo yang bisa melakukannya sendiri nggak perlu ke salon. Kayak aku nih, creambath sendiri, rawat muka rajin tiap hari, makan harus teratur, olah raga biar badan tetap segar. Nggak usah mikir bentuk badan gimana, yang penting sehat dan segar aja. Hanya satu yang aku nggak bisa, potong rambut. Yah, sekali-kali pijet atau sauna kek. Kalo aku sih tiga bulan sekali, tergantung budget,"

Kana manggut-manggut.

Dian meliriknya sekilas.

"Kalo kamu sih menurutku tinggal dandan aja, Kana. Kamu nggak jerawatan jadi nggak perlu perawatan khusus untuk wajah. Pijet? Haha ...."

Kana ikut menertawai dirinya. Dia tahu Dian sedang membayangkan pegawai pijet yang kesusahan memijat tubuhnya yang besar.

"Maaf, Kana...." Dian tersenyum malu.

"Nggak papa, Mbak. Hihi,"

"Olah raga mah kamu setiap hari juga olah raga. Kerajinan malah. Hm ... apalagi ya? yah ... nanti aku tunjukin sabun-sabun pembersih tubuh yang bikin kamu selalu segar dan wangi,"

Kana manggut-manggut.

"Nggak mahal, Kana. Yang penting kamu rajin aja memakainya,"

Kana tampak berpikir.

"Kamu tersinggung?" tanya Dian yang memperhatikan Kana yang terdiam.

"Maksud Mbak Dian?"

"Aku ngoceh tentang penampilan?"

"Nggak kok. Aku malah mikir gimana aku harus memulai. Sepertinya emang sudah saatnya."

Dian tertawa kecil. Kana anak yang tidak pandai tersinggung.

"Nggak perlu setebal aku dandannya. Tipis aja. Kalo kamu kan masih muda nih, yah ... setidaknya pake pelembab bibir dan bedak tipis,"

Kana senang mendengar saran dari Dian. Di samping cantik, Dian juga sehat dan segar.

***

_____

Beberapa bulan kemudian....

Kana benar-benar melakukan apa yang Dian sarankan. Kana sangat merasakan manfaatnya. Sejak merawat diri, Kana merasa lebih segar dan percaya diri. Sebenarnya Kana sudah merawat dirinya dengan membersihkan diri dan berpakaian rapi. Tapi saran Dian lebih detail dan Kana senang melakukannya. Awal-awalnya Kana berpikir akan banyak yang mencibirnya. Ternyata tidak juga, itu hanya prasangkanya saja. Kalaupun ada, Kana tidak mempedulikannya. Namun hingga kini, justru Kana mendapatkan pujian karena semakin tampak sehat dan cantik. Banyak yang terpana dengan senyum Kana yang manis dan semakin lebar. Dan kata-kata 'gendut' justru menjadi kata sayang bagi Kana dari orang-orang yang mengenalnya, ada juga yang memanggilnya semok.

Kana sudah mendapatkan upah bulanan. Meski tidak sebesar gaji pegawai lainnya, Kana tetap senang dan bekerja sangat rajin. Kana tidak berubah, selalu siap membantu pekerja lainnya. Bu Wita pun tidak mempermasalahkan Kana yang sekarang sudah mengikuti paket C. Justru Bu Wita yang membiayai sekaligus membantu Kana agar bisa menyelesaikan program paket C selama empat semester dan lebih cepat. Kana masih bisa bekerja di panti. Bu Wita senang dengan Kana yang semakin pandai mengatur waktunya, bekerja dan belajar.

KANAWhere stories live. Discover now