Eyang Putri

11.3K 1.2K 193
                                    

Beberapa hari kemudian mereka makin sibuk. Janu juga baru pulang dari Bali buat cek resort. Karalyn sibuk pemotretan kayak biasa, tapi hari ini dia lagi libur sambil nyantai dirumah aja. Tadinya mau pergi nyamperin Joey tapi gak diizinin si Mas jadi dia diem aja ditemenin si Bencica.

"Kontrak baru, Mba." Merry memberikannya map. "Gue pikir ini menguntungkan sih, secara majalah mereka terkenal banget dan top."

Karalyn langsung membaca kontrak kerjanya dengan teliti. "Gak boleh hamil juga."

"Yaelah emang situ udah siap hamil apa?" delik Merry julid. "Naik berat badan 2 ons aja lo repot!"

"Dicoba aja sih mba. It's nice for your debute di negara yey sendiri. Yey model internasional tapi negara yey aja gak terlalu kenal yey siapa."

"Males gue, orang disini terlalu kepo. Nanti pada nyari tau keluarga gue lagi. Belum kalau keciduk gue istrinya Mas Janu. Nanti gue disidang bapak." Karalyn mendengus sebal.

"Harus izin Mas Janu dulu gak sih kalau ginian, Mer?" tanya Karalyn bingung.

"Kok tanya gue??"

"Bingung, ini kalau izin keliatan banget kayak istri idaman dan penurut. Padahal nikah juga kayak numpang serumah doang."

"Dih dulu situ yang gak mau nikah, sekarang kayak cewek kurang belaian."

"Lo rasain sendiri aja nikah sama Januar Lesmadi."

"Yah sayang sekali dia gak selera sama boti kayak gue ini."

"Bilang dulu aja mba, nanti gue diomelin lagi sama si Mas!" dengus Merry trauma.

Karalyn kembali membaca kontraknya, "Iya gue mau diskusi dulu sama Mas Janu."

"Meeting sama pihak Senford dulu aja besok, nanti ambil atau engganya diskusi lagi." Merry melesat pergi ke dapur sambil mencomot kue di meja.

Dia laper dan di rumah Karalyn itu selalu banyak makanan dan kebetulan dia laper jadi anggap aja rumah sendiri.

"Senford itu keren juga ya?" Karalyn masih membaca kontrak kerjanya.

"Ini pemiliknya Nareswara. Nareswara anak Pak Sadewa bukan sih?"

"Sadewa Atmaja? Rival mertua yey mba?" tanya Merry yang kembali setelah merampok makanan Karalyn.

"Iya. Gue kenal sih sama Pak Nares. Pernah ketemu di acara ulang tahun Joey." Karalyn terus membaca kontrak dengan teliti.

"Mas Janu aman gak kalau soal itu?? Nanti marah lagi dia!" Merry jadi ketar-ketir sendiri.

"Ahh dia mah gak peduli sama apa yang gue lakuin. Selama belom umumin pernikahan kayaknya aman." Karalyn acuh.

"Ya beda mba!! Ini tuh menyangkut Bapak Presiden!"

"Biarin. Lagian Pak Nares juga gak tau gue punya hubungan sama Keluarga Lesmadi."

Merry mendecak, "Bukan itunya! Tapi Keluarga Lesmadi ke Mbak!"

"Udah biasa sih, gak masalah."

"Lo direndahin juga gak masalah??" tanya Merry sinis.

Merry mode serius emang agak menyeramkan gengs..

"Value gue keliatan buat orang yang tinggi juga. Gak papa kalau mereka mandang gue rendah, berarti emang gak nyampe aja liat seberapa tingginya gue."

"Lo dikatain gak perawan, cewek nakal, gampangan, gak tau adab. Hanya karena profesi dan juga pakaian lo!"

"Gak papa, Mer. Mereka belum cukup kenal gue aja." Karalyn terkekeh.

Merry mendengus kemudian kembali menonton televisi yang menampilkan sosok aktor favorit Karalyn, Giandra Jevananta.

KARALYN: The Girl on MagazinesWhere stories live. Discover now