1. Budak

113K 4.7K 264
                                    

Balik lagi sama cerita nini.

Masih seputar tentang brothership dan nini harap kalian suka ya sama cerita ini.

Dan karena ANGKASA mendapat requestan terbanyak jadi ayo kita mulai ceritanya.

-👽-

"Cil.. Awas. Lari oii, itu ada musuh dibelakang cil" Heboh seseorang sambil terus mengomeli temannya itu.

"Ini gimana? ah.. Kaburrrrrr"

"Tolongin oii.. gua gak bisa kabur, dia masih ngejar anjing!"

"Gilang bantuin gua.." Pintanya yang membuat orang yang bernama gilang langsung membantunya.

"Angkasa awas!"

"ah sial gua kalah!" yang bernama angkasa menggebrak layar untuk melampiaskan kekesalannya dan menoleh untuk melihat kedua temannya yang sedang fokus menatap layar menghabisi para zombie. Karena saat ini mereka bertiga sedang berada di game center untuk merayakan kelulusan mereka.

Angkasa Nick, berusia empat belas tahun yang baru saja merayakan kelulusan SMP-nya. Mempunyai wajah babyface seperti boneka hidup yang sangat menggemaskan dengan tinggi hanya sekitar 155 cm. Dan dibalik penampilannya yang bisa memikat siapapun itu sangat berbanding terbalik dengan tingkah lakunya.

Dia Remaja nakal yang sering tawuran, balapan, dan keluyuran malam hari. Bukan tanpa alesan dia melakukan semua itu, kahidupannya yang hanya berdua dengan bundanya adalah penyebab utama kenapa tingkahnya seperti itu. Sering disiksa dan dipaksa untuk mancari uang diusianya yang masih muda membuatnya harus berjuang lebih keras dibandingkan teman-teman seusianya. Tapi dia tetap bersyukur karena masih mempunyai orang-orang yang menyayanginya seperti kedua temannya ini.

"Gilang, rendi. Gua cabut ya" Pamitnya kepada kedua temannya, berdiri dan mensampirkan tasnya. Mereka yang melihat itu melirik angkasa.

"Hati-hati bro" Ucap Rendi temannya yang hanya dibalas anggukan oleh angkasa, setelahnya dia berlalu pergi meninggalkan kedua temannya yang masih betah bermain digame center.

Angkasa keluar dari mall dan berjalan menyusuri trotoar, dia berhenti sejenak untuk sekedar melihat jam besar yang terpampang diatas gedung pencakar langit, lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk pulang. Rumahnya tidak terlalu jauh karena berada tepat dibelakang mall ini. Rumah sederhana yang seharusnya menjadi tempatnya untuk pulang dan istirahat, tapi karena kekejaman dari bundanya membuatnya menganggap rumah itu adalah neraka dunianya.

Angkasa terlalu takut untuk sekedar melawan kekejaman dan kekerasan fisik yang sering dilakukan oleh bundanya. Dia memang berandal diluar rumah, tapi jika harus berurusan dengan bundanya nyalinya seakan menciut dan menerima saja semua perlakuan kasar bundanya terhadap dirinya. Dia masih menghargai sosok bundanya itu, karna tanpa bundanya dia tidak akan bisa menjadi seperti dirinya yang sekarang.

Angkasa tau jika sedari bayi bundanya tidak pernah menyayanginya dan malah membencinya. Jujur, dia ingin sekali merasakan kasih sayang penuh orangtua seperti teman-temannya yang lain, dia juga sangat iri saat kelulusannya beberapa hari yang lalu semua teman-temannya membawa kedua orangtuanya. Sedangkan dirinya? Hmm, dia seorang diri. Bundanya tidak sudi hadir dihari kelulusannya.

Tapi, bukankah dirinya harus bersyukur karena masih bisa bertahan walaupun kehidupannya sangat menyedihkan? Prinsip hidup angkasa adalah, hargailah hidupmu selagi kamu masih sanggup bernafas.

Angkasa saat ini berdiri tepat didepan pintu rumahnya setelah tadi menghabiskan waktu hanya sekedar untuk menenangkan pikirannya, dia menghela nafas, membuka kenop pintu dan melangkahkan kakinya untuk masuk..

AngkasaWhere stories live. Discover now