Bab 33

9.7K 732 124
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

***

***

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Waktu sudah berlalu, siang kini sudah berganti malam. Keluarga Mecca masih menginap disini atas permintaan ustadz Abraham, besok rencananya baru mereka akan pulang. Sedangkan keluarga ustadz Ali, mereka memilih untuk pulang saja karena masih ada urusan lain.

“Kamu kayaknya cukup akrab ya sama dua saudarinya Mecca?”

“Iya, Mas. Mereka itu baik banget, kalau diajak ngobrol nyambung. Aku juga sayang banget sama mereka, jadi ngerasa kayak punya saudara gitu,” jawab Laila.

“Kalau ketemu saudaranya Mas kamu bakal sayang juga nggak sama mereka?”

“Kalau nggak galak sih pasti sayang,” jawabnya.

“Mereka itu nggak galak sayang,” balas Gus Zikri.

“Syukurlah kalau gitu,” kekeh Laila.

“Sini deketan lagi, Mas mau ngomong sesuatu sama kamu,” pinta Gus Zikri.

Keduanya tengah berbaring diatas tempat tidurnya, mengobrol dulu sambil menunggu kantuknya datang.

Gus Zikri meminta Laila untuk tidur berdekatan dengannya, tepatnya tidur di atas lengannya. Laila menurut, ia mendekati suami lalu berbaring di atas lengannya.

“Ngomong sesuatu apa nih?” tanya Laila yang cukup penasaran.

“Lusa Mas ada perjalanan bisnis ke luar kota, kamu nggak papa kan kalau ditinggal dulu?”

Laila mendongak, ia menatap mata suaminya lama. Mendengar ucapan suaminya, ada rasa yang tak biasa dalam hatinya. Seolah tak ingin berjauhan dari sang suami.

“Kok bengong sayang? Kamu nggak papa kalau Mas tinggal?”

Laila tersadar, ia membalikkan tubuhnya hingga posisinya sekarang membelakangi sang suami. Gus Zikri yang melihat istrinya seperti itu jadi bingung sendiri.

“Hei, kok nangis?” Gus Zikri merasa bersalah ketika tahu Laila menangis setelah ucapannya tadi.

“Maaf, Mas nggak bermaksud buat kamu nangis? Yaudah kalau kamu nggak bolehin, Mas nggak akan kemana-mana, Mas akan di sini aja sama kamu, oke.” Gus Zikri membalikkan tubuh Laila hingga kembali berhadapan lagi dengannya.

“Jangan nangis dong, khumairah-nya Mas. Jangan nangis lagi sayang, Mas nggak jadi pergi kok ya. Nangisnya udahan, nanti matanya nggak cantik lagi,” bujuk Gus Zikri.

Sujud Terakhir [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora