2

123K 4.6K 485
                                    

Hormatilah perempuan sampai ia memberikan kehormatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hormatilah perempuan sampai ia memberikan kehormatannya.

Eh?😰

.
.

"Assalamu'alaikum, Umi. Sean udah pulang.."

Selesai magriban, cowok dengan sarung wadimor yang terlilit di pinggang itu memasuki rumah dengan begitu sopan. Suaranya pun menggema begitu lembut.

Tak lupa Sean menanggalkan sandal swallownya dan meletakkannya di tempat seharusnya sebelum melangkah menuju ruang keluarga, tepat di mana seorang wanita nampak begitu fokus berkutat dengan uang arisan RT itu. 

Wanita cantik yang dipanggil Umi oleh Sean itu menoleh sembari ternyum hangat. "Waalaikumsalam, gantengnya Umi udah pulang.."

Sean mendudukkan tubuhnya di samping Uminya dan menyalim tangan halus itu.

"Kok sendirian? Agrel mana?" tanya Uminya dengan alis berkerut karena putra pertamanya itu hanya pulang sendirian tanpa ditemani sang adik yang berusia 6 tahun.

Nama adiknya itu adalah Agrellizel Reqzl Re'Gynn. Panggilannya Agrel.

"Agrel tadi masih main bola di lapangan, dia udah Sean suruh pulang tapi gak mau," adu Sean.

Sang Umi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, anak bungsunya itu memang sedikit keras kepala, berbeda sekali dengan Sean yang begitu penurut.

"Aduh, si Agrel mainnya suka lupa waktu."

"Sean ke lapangan lagi ya Umi, nyuruh Agrel pulang." Sean hendak beranjak, namun ditahan oleh Uminya.

"Biarin aja Agrel main.."

"Tapi—" Sean melirik jam dinding di atas TV. Pukul 18.40. Bahaya anak kecil main di jam segini, kalo diculik momok gimana?

"Udah gak apa-apa, paling nanti adik kamu itu pulang sendiri."

Karena Uminya bilang begitu, Sean akhirnya mengurungkan niatnya untuk menyuruh Agrel pulang.

"Kamu besok ada ulangan?"

"Ada, Umi.."

"Yaudah, kamu ke kamar, terus belajar."

Namun, Sean tak langsung beranjak, cowok yang masih mengenakan sarung kebanggaan itu nampak ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Kenapa?" tanya sang Umi menyadari gelagat putranya itu. Kalo udah gini, pasti Sean lagi ada maunya.

Tangan Sean bergerak memilin kecil sarungnya.

"Sean mau izin keluar bareng temen-temen. Boleh enggak, Umi?" tanyanya dengan suara kecil, persis anak kecil yang sedang membujuk mamanya agar bisa main keluar.

Sang Umi meletakkan uang arisan RT itu di atas meja, beralih menatap Sean dengan tampang siap mengintorgasi. "Ngapain? Sama siapa aja?"

Sean diam, ia tahu Uminya itu pasti akan marah jika ia keluar hanya untuk nongrong-nongrong tak jelas.

GHASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang