Sean gak inget Umi lagi..
.
."Sayangi Sean, Cesya.."
Cesya mengusap cairan bening yang baru saja turun dari pelupuk mata Sean. "Gue sayang lo.."
.
.Hujan mengguyur ketika mobil silver milik Sean yang Cesya kendarai itu baru saja memasuki perkarangan rumah cowok itu. Setelah kejadian di parkiran club, Cesya tak mungkin membiarkan Sean menyetir mobil dalam keadaan mabuk. Jadilah Cesya berbaik hati mengantarkan Sean pulang.
Kini, Cesya tau bahwa hubungan Sean dengan orangtuanya tak begitu baik. Walaupun Cesya tak tau masalahnya, tapi setiap kali Sean membicarakan soal orangtuanya, raut wajahnya berubah lain.
Berjalan menaiki tangga sambil merangkul Sean yang agak sempoyongan, Cesya membawa tubuh tegap itu ke dalam kamar. Lalu dengan hati-hati, Cesya mendudukkan Sean bersandar di punggung ranjang.
"Lo mau gue ambilin minum?"
Sean menggeleng. Cowok itu sudah cukup banyak minum air putih untuk menetralisir mabuknya.
"Cesya mau nginep?" Sean menatap manik itu dengan mata memohonnya yang sayu. "Di luar lagi ujan.."
Tersenyum tipis, Cesya mengusap pipi cowok itu. "Lo mau gue nginep?"
Persis seperti anak kecil yang tak mau ditinggalkan ibunya pergi, Sean mengangguk.
Tentu saja melihat betapa sendunya tatapan Sean, Cesya tak akan meninggalkan cowok itu sendirian. "Kalo lo yang mau, gue bakal nginep."
Detik selanjutnya, Sean lantas menarik lembut tangan Cesya. Lalu menuntun agar tubuh ramping itu duduk di atas paha kokohnya, kemudian mengkungkung Cesya posesif, tanda bahwa Sean tak mau Cesya pergi.
Sudut bibir Sean tertarik tipis ke atas. "Sean seneng kalo Cesya nginep.." ucap Sean.
Cesya mengalungkan tangannya di leher Sean dan mengecup bibir plum di depannya dengan sedikit lumatan kecil. Ketika bibirnya kembali dijamah, Sean memejamkan matanya sekilas, tanda bahwa ia menikmati penyatuan bibir mereka.
"Lo mau kita tidur bareng lagi?"
Tak menampik, Sean mengangguk. "Iya.."
Sebelah alis Cesya terangkat. "Cuman tidur?"
Menatap manik Cesya, cara pandang Sean mulai mengabut. "Enggak.." jawabnya dengan nada rendah.
"Lo mau kita gituan lagi?"
"Kalo itu Cesya masih sakit, Sean gak maksa.."
"Muka lo keliatan polos, tapi ternyata lo sangean."
Sangean?
"Maafin titit Sean Cesya.." Suara Sean memelan, tanda murung. Sean tak tau kenapa akhir-akhir ini miliknya mudah sekali bangun.
Di bawah sana, mendengar namanya di bawa-bawa padahal ia tak tau apa-apa, aset Sean itu malah semakin ingin memberontak keluar dan berteriak lantang walau tak bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHASEAN
Teen Fiction1821+⚠️ * Mengandung kata kasar dan adegan dewasa. * Adegan tidak baik jangan dicontoh apalagi diperaktekkan.😰 * Ambil positifnya buang negatifnya. Jika semuanya negatif, ya nikmatin aja👺 Ini hanya fiktif! Suka baca, tidak suka tinggalkan. . . [E...