Barang siapa yang solat jum'at pada hari sabtu, sesungguhnya dia adalah orang tersesat. Apalagi kalo hari senin.
.
.Jam dinding menunjukkan pukul 04.30 ketika salah satu dari dua insan yang tak terbalut sehelai kain di balik selimut itu menggeliat kecil.
Sean, cowok yang kini tengah menggulung diri sambil memeluk pinggang seseorang itu perlahan membuka matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah cantik Cesya yang terlelap.
"Astagh-."
Kaget?
Tentu saja cowok itu kaget. Sean belum terbiasa ada orang lain di ranjang tidurnya, sampai-sampai ia menjauhkan sedikit wajahnya.
Namun, rasa kaget itu tak bertahan lama.
Ternyata yang semalem bukan mimpi..
"Cesya, udah hampir jam dua. Sean anter pulang ya.."
"Lo yakin mau gue pulang? Gak mau gue nginep?"
"Nanti Cesya dicariin orang rumah.."
"Tenang aja, Mama Papa gue lagi bulan madu."
Detik selanjutnya, Sean kembali menjatuhkan kepalanya ke bantal. Bahkan, pelukan tangannya di pinggang Cesya yang tadinya sempat melonggar itu kembali mengerat dan nafas Sean yang sempat tercekat itu pun kembali teratur.
Hal yang selama ini ditakutkan orangtuanya kini sudah terjadi. Semalam, Sean benar-benar telah menyerahkan dirinya pada Cesya. Sukarela tanpa paksaan.
Mata tajamnya yang hangat itu menelisik wajah terlelap Cesya dengan begitu lekat dan intens.
Kali ini, Sean ingin menikmati wajah cantik Cesya untuk kesenangannya.
Sean tak menampik, debaran dan perasaan yang ia rasakan ini terasa begitu membahagiakan hingga ia tak bisa mengontrol senyumnya yang tersungging manis.
Matanya cantik..
Hidungnya juga cantik..
Bibirnya juga cantik..
Betapa Sean ingin menyentuh wajah cantik itu dengan jemari tangannya.
Sebelah tangan Sean yang tadinya berada di area pinggang Cesya itu perlahan naik, menyentuh pipi hangat itu lalu mengelus pelan mata Cesya yang terpejam. Tak lupa ia juga menyingkirkan helaian rambut Cesya ke belakang telinga.
"Kenapa Cesya cantik banget, Sean jadi deg-degan.."
Cesya tak akan pernah tau seberapa banyak keberanian yang harus Sean kumpulkan ketika ia ingin menatap wajahnya itu.
Sean takut ketika ia berdebar.
Sean takut ketika diam-diam matanya tak bisa berhenti melirik Cesya.
Sean takut ketika Cesya begitu nakal memengangnya hingga selalu berhasil mengahantarkan gelenyar aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHASEAN
Teen Fiction1821+⚠️ * Mengandung kata kasar dan adegan dewasa. * Adegan tidak baik jangan dicontoh apalagi diperaktekkan.😰 * Ambil positifnya buang negatifnya. Jika semuanya negatif, ya nikmatin aja👺 Ini hanya fiktif! Suka baca, tidak suka tinggalkan. . . [E...