Tarik nafas... kentut!
.
."Kalo gosip itu bener, gue rela potong rambut sampek botak!"
.
.Di kebisingan malam, mobil silver Sean melaju membelah jalanan basah yang sudah cukup senggang.
Sekitar pukul 10.00 malam ketika Sean pulang dari rumah Asep. Namun, alih-alih pulang ke rumahnya, Sean malah membelokkan lajunya menuju arah selatan.
Memasuki pekarangan rumah yang bukanlah kediamannya, Sean berdiri di depan pintu rumah. Cowok itu memencet bel rumah itu beberapa kali. Hingga tak lama kemudian pintu terbuka, menampilkan Cesya yang nampak cantik dengan pakaian tidurnya.
Cesya menyambut kedatangan Sean dengan senyum manis, lalu menjatuhkan pelukannya pada tubuh tegap Sean. Beberapa detik mereka diposisi seperti itu, sebelum akhirnya Cesya menjarakkan tubuhnya.
"Gue kira lo gak jadi dateng."
"Maaf, Cesya. Tadi ujannya deres banget.."
"Gak apa-apa, lo pasti capek abis kerja kelompok sampek malem."
"Sean masih kuat banget, kok.."
Jemari lembut Cesya terangkat membelai pipi Sean yang terasa dingin. "Pipi lo dingin. Ayo masuk. Biar gue buatin lo susu anget."
Setelahnya, ia begitu pasrah ketika Cesya menarik tangannya menuju arah dapur.
Mendudukkan diri di meja makan, dari belakang Sean mengamati bagaimana punggung kecil itu bergerak telaten. Sebelum akhirnya, Sean memutuskan untuk bangkit dari duduknya, menghampri Cesya lalu memeluk tubuh ramping itu dari belakang.
"Duduk aja, nanti lo kena air panas."
Menyerukkan kepalanya di area leher, Sean membuat gerakan gelengan kecil. "Gak mau.."
Cesya menghela nafas, ia jadi susah gerak. Sean terus mendusel-duselkan hidungnya, membuat Cesya merasa geli. Akhir-akhir ini, Sean memang menjadi cukup berani, membuat Cesya sedikit kaget.
"Besok malem, Sean gak bisa peluk Cesya gini.."
"Orangtua lo balik?"
"He'em.."
"Suara lo kenapa tiba-tiba sedih gitu?"
Cesya dapat merasakan hembusan nafas Sean terdengar berat. "Kalo jarang ketemu, nanti Cesya gak suka Sean lagi.."
"Gue butuh dua tahun buat dapetin lo, mana bisa gue lepasin lo gitu aja," ucap Cesya yakin.
Gadis mana yang rela dihukum berpanas-panas ditengah lapangan hanya karna membolos untuk membelikan Sean obat gangguan pencernaan di luar sekolah?
Cesya bahkan rela mengundurkan diri dari beberapa olimpiade hanya agar Sean bisa lolos seleksi. Cesya tak masalah soal nilainya, selagi ia bisa melihat Sean menyungingkan senyum bangga ketika melihat mading, rasanya itu cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHASEAN
Teen Fiction1821+⚠️ * Mengandung kata kasar dan adegan dewasa. * Adegan tidak baik jangan dicontoh apalagi diperaktekkan.😰 * Ambil positifnya buang negatifnya. Jika semuanya negatif, ya nikmatin aja👺 Ini hanya fiktif! Suka baca, tidak suka tinggalkan. . . [E...