1. Tawaran

5.8K 281 7
                                    

"Phi, itu bahaya, kalau terjadi sesuatu bagaimana?"

Build menyeringai menatap adik kesayangannya yang cemas itu.

"Kamu tau kalau kakakmu ini kurir yang ahli kan, tenang saja, phi akan baik-baik saja," ucap Build berusaha menenangkan yang justru membuat Chay makin panik.

"Tapi itu mafia kelas kakap, mereka pembunuh sadis phi."

"Tapi phi kan cuma mengantarkan barang ke kelompok mereka."

Build hanya kurir yang akan mengantarkan dokumen ke sebuah gudang tua. Biasanya Build memang tidak akan mengetahui siapa klien yang akan menerima barang darinya. Namun karena satu dan lain hal, informasi itu tidak sengaja bocor dari pihak pengirim. Begitu mengetahui siapa pihak penerima, Chay sang adik panik bukan kepalang karena kakaknya akan masuk ke sarang mafia paling sadis.
Melihat wajah manis Chay yang memerah, Build tau kalau adiknya itu akan menangis sebentar lagi. Kedua tangan kecil Build lalu terangkat untuk membingkai wajah Chay.

"Dengarkan Phi, semua akan baik-baik saja. Phi hanya akan mengantar dokumen itu lalu segera pergi. Phi berjanji akan bermain cepat dan aman," ucap Build rendah.
Mata Chay sudah berkaca-kaca. Ia lalu beringsut memeluk tubuh Build.

"Chay sayang phi, naa"

"Phi lebih sayang padamu."

.
.
.

Build memarkirkan motor sport kesayangannya di sebuah gang kecil beberapa blok dari gedung yang akan ia datangi. Ia menaikkan zipper jaketnya, memastikan dokumen yang disimpan di dalam sana tetap aman. Build menelan salivanya berat, jujur saja dia pun merasa takut sekarang. Selama ini Build tidak pernah mengetahui siapa kliennya, baik pihak pengirim maupun penerima. Dia hanya akan menerima pesan melalui surel, mengambil barang dari loker di stasiun lalu mengantar di tempat yang sudah dituliskan dalam paket itu. Namun kali ini pihak pengirim melakukan kelalaian, mereka tidak sengaja membocorkan informasi tentang pihak penerima. Bayaran yang diterima Build memang lebih besar dari biasanya, tapi tentu dengan resiko yang jauh lebih besar juga.

Begitu sampai di lokasi, Build langsung masuk ke dalam karena pintunya pun sudah terbuka.

"Gelap," gumam pemuda manis itu. Matanya agak memicing berusaha melihat lebih jelas bagian dalam gedung yang hanya mendapatkan sinar bulan. Netranya menangkap sebuah meja kecil di sudut ruangan, ia bergegas ke meja tersebut dan menaruh paket sesuai dengan instruksi. Build bergegas meninggalkan lokasi, namun tiba-tiba ada tiga pria bertubuh besar mencegatnya tepat di depan pintu masuk. Build buru-buru menutupi wajahnya menggunakan masker.

"Siapa kalian?" tanya Build tajam. Ketiga pria itu tidak menjawab, namun Build tau kalau maksud mereka tentu tidak lah baik. Terlihat dari pisau dan tongkat baseball yang ada di tangan mereka.

"Aku hanya mengantarkan barang, biarkan aku pergi," ucap Build masih berusaha berani meskipun dalam hati dia sudah mulai ketakutan. Seorang pria  berambut pirang berjalan mendekati Build membuat pemuda itu refleks melangkah mundur.

"Semua yang terlibat dengan perkumpulan kami, harus mati saat itu juga," ucapnya datar. Build menelan salivanya berat, keringat sudah mengucur deras di sekujur tubuhnya.

"A, aku tidak tau apa-apa tentang kalian, aku hanya mengantarkan barang," ucapnya lirih.

Ketiga pria itu berjalan mendekati Build, membuatnya panik seketika. Matanya mulai mengedar mencari celah untuk melarikan diri. Saat salah satu dari mereka hendak menerjang tubuhnya, Build dengan lincah menyelinap di sela-sela kakinya. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Build bergegas berlari meninggalkan gedung. Baru hendak menuju tempat motornya diparkir, dari arah tersebut muncul beberapa pria membawa tongkat baseball hingga membuat Build harus mengambil arah lain untuk melarikan diri. 

Love in the Dark (END)Where stories live. Discover now