55. Solo 🔞

1.2K 137 22
                                    

"Phi, aku mau ini."

"Ah, baik tuan."

"Yang ini juga, ini ... Ini ... Yang isi selai kacang juga."

"Baik, tuan. Ada lagi?"

"Tidak, itu saja."

Biu tersenyum antusias melihat banyaknya macam kue yang baru saja dia beli. Kedua mata cantiknya nampak berbinar ketika sang pelayan toko sedang memasukkan kue-kue pilihannya ke dalam kotak. Sampai tiba-tiba segerombolan pria berjumlah lima orang menerobos masuk ke dalam toko sambil membawa tongkat baseball.

"Ahaaaa nona manis, lama tidak berjumpa. Aku harap kamu tidak lupa dengan janjimu minggu lalu," ucap salah satu pria yang membuat si pelayan toko langsung ketakutan. Tubuh Biu terhuyung ke samping ketika para pemuda itu mendorongnya dan mereka mendekat ke arah meja kasir.

"Ma, maaf tuan. Saya belum memiliki cukup uang."

Salah seorang dari mereka langsung menggebrak meja kasir yang membuat pelayan toko itu menjerit ketakutan.

"Aku tidak peduli!! Beri uang itu sekarang juga atau aku benar-benar akan membawamu untuk menjadikanmu pelacur."

Kedua tangan kecil Biu mengepal kencang ketika melihat gadis itu menangis ketakutan dan kelima pria itu justru tertawa kencang.

"Aku tidak tau ada masalah apa di antara kalian, tapi membuat seorang wanita menangis adalah perbuatan yang sangat rendahan."

Kelima pria itu langsung terdiam. Mereka beralih menatap Biu. Salah satu dari mereka yang Biu pikir adalah pemimpin karena sejak tadi dialah yang mendominasi kelompoknya terlihat sedang berjalan mendekati Biu.

"Hey, anak kecil. Semua ini tidak ada urusannya denganmu."

"Memang bukan urusanku, tapi aku tidak suka orang-orang sok jagoan seperti kalian."

PRANG!!

"HUWAAAAA!!!! TUAN!!!" Pelayan toko itu langsung berlari menghampiri Biu yang pelipis kirinya sudah berlumuran darah. Kejadiannya sangat cepat, Biu tidak menyadari kalau salah satu dari mereka sudah melempar gelas bekas pelanggan ke arahnya dan langsung menghantam kepala bagian kirinya. Emosi Biu meluap seketika saat dia merasakan cairan yang mengalir di sepanjang wajahnya.

"Hey, phi. Pastikan kueku harus sudah siap setelah semua ini berakhir."

Biu mengambil salah satu kursi kayu, memainkannya dengan memutar-mutarkan salah satu kakinya lalu mengangkatnya dengan satu tangan.

"BIU!!" Biu menatap tajam Arm yang baru saja menyusul masuk ke dalam kafe. Melihat tatapan tajam si manis, Arm langsung menundukkan kepalanya dan memilih menyingkir bersama si pelayan toko.

"Akan kutebus darah yang keluar dari kepalaku hari ini dengan darah kalian dalam lima menit."

"Cih, banci sepertimu tidak akan bisa mengalahkan kami," ucap si pemimpin yang langsung membuat mata cantik Biu berkilat tajam. Biu memulai pertarungan tanpa aba-aba. Gerakan Biu benar-benar cepat dan tidak terbaca. Memutar, melompat, menendang, semua dilakukan hanya menggunakan satu kursi kayu. Tubuh kecil Biu bergerak dengan indah menghantam kepala kelima orang yang menyerangnya itu. Bahkan tidak satupun tongkat baseball yang mereka bawa bisa mengenai tubuh Biu. Hanya dalam lima menit, kelima pria itu sudah jatuh ke lantai. Semua sudah kehilangan kesadarannya kecuali si pemimpin. Tubuh kekarnya sudah terbaring lemas di lantai. Netranya menatap takut saat melihat Biu berjalan mendekatinya sambil tetap membawa kursi kayu andalannya. Tubuh pria itu menegang saat kaki-kaki kursi itu sudah berada tepat di atas kepalanya.

"Berapa hutang gadis itu padamu?" tanya Biu datar.

"Se, seratus ribu baht," jawabnya takut.

"P'Arm, bayar dia."

Love in the Dark (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora