11

155 4 1
                                    

"Kamu tidak mendengarku Nicholas Delano?!"

Teriakan Sarah, ibu Nick bergema begitu keras di seluruh ruangan. Wanita paruh baya itu menatap ke arah putra-nya yang keras kepala dengan wajah cemberut.

Ia sudah melontarkan segala pertanyaan dan ceramah pada anaknya itu sejak belasan menit yang lalu tetapi tidak ada satupun pertanyaan darinya yang putra-nya jawab.

Nick menghela napas panjang lalu mengahlikan pandangannya dari laptop yang berada dipangkuannya dan menatap ibu nya.

"What are you doing here, Mom?"

"Memang nya aku tidak boleh berkunjung ke penthouse mu ini? Kamu menyakiti aku Nick!" Lagi-lagi Sarah berteriak dengan segala drama yang sedang ia perankan.

"Aku sudah mengatakan akan berkunjung ke mansion sebentar malam."

"Liar." Bantah Sarah sambil menatap Nick dengan alis terangkat sebelah. Putranya itu selalu mengatakan akan berkunjung ke mansion tetapi selalu berujung batal karena Nick selalu mengatakan ia memiliki urusan mendadak. Dan hal tersebut membuat Sarah kesal.

"Huh... kamu betah tinggal sendirian di penthouse sebesar ini?"

"Hmm..." Gumam Nick yang kembali mengahlikan pandangannya ke arah laptop.

"Nick, please.... Listen to me right now!"

"I can hear you." Jawab Nick tanpa melihat ke arah Sarah membuat wanita paruh baya itu mengepalkan tangannya dengan kuat.

Karena tidak tahan dengan sikap putra-nya, Sarah yang tadinya duduk di hadapan Nick kini pindah duduk di samping pria itu.

"Sampai kapan kamu mau seperti ini sayang? Kalau kamu punya masalah dengan nya, bicarakanlah dengan baik-baik. Temuilah ia terlebih dahulu."

Seketika emosi menyuluti perasaan Nick dan ia menatap Sarah dengan tajam. "Sudah aku katakan kalau aku tidak pernah menginginkannya, Mom."

"You never try, son. Perasaan itu akan datang dengan sendirinya, tetapi kamu harus berusaha terlebih dahulu."

"Mom... i can't."

"Aku sudah berjanji pada mereka, Nick! Dan kamu juga sudah menyetujuinya!"

"Karena aku terpaksa, Mom. You trapped me." Nada bicara Nick mulai meninggi, bahkan ia sudah mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Mama tidak mau tahu! Temui ia secepatnya, atau mama akan sangat marah." Ancam Sarah dengan nada putus asa.

"He's jerk, Mom." Tiba-tiba seorang wanita masuk ke dalam ruang kerja Nick dan ikut duduk di sofa ruangan ini.

"Jerk? Watch your mouth, Brynn." Tegas Nick dengan tatapan tajamnya.

"Hei, brother. Long time no see." Seorang wanita lainnya masuk ke dalam ruang kerja Nick lalu memeluk pria tampan itu dengan erat.

Alicia Delano adalah adik perempuan Nick yang pertama, sedangkan Brynn Delano adalah adik perempuan Nick yang paling muda.

Walaupun Nick memiliki dua saudara perempuan, ia lebih dekat dengan Alicia dibandingkan Brynn karena umur mereka yang terpaut cukup jauh. Sekitar lima tahun.

"Ya, long time no see. Kamu terlalu sibuk dengan dunia kamu sendiri." Celutuk Brynn dengan nada cuek.

"Sudah, kalian jangan bertengkar! Mama mengajak kalian kesini bukan untuk menambah masalah." Tegur Sarah kepada anak-anaknya.

"Dan kamu, Nick... Mama mohon jangan bikin Mama dan mereka kecewa. Kamu sudah berjanji sayang. Please... temuilah ia." Mohon Sarah dengan mata berkaca-kaca. Ia rela melakukan apapun agar Nick menuruti permintaannya.

"Hm." Pria tampan itu hanya bergumam karena telinganya terasa panas, Sarah bahkan hampir menghubunginya tiap hari karena masalah ini.

"Sungguh?!" Mata Sarah berbinar karena akhirnya Nick menyetujui permintaannya.

"Akan aku pikirkan." Ekspresi bahagia Sarah tiba-tiba berubah menjadi datar setelah mendengar ucapan Nick.

"Mama tidak mau tahu!"

"Mom... please. Biarkan Nick memilih jalan hidupnya sendiri." Ucap Alicia membela kakak nya itu, karena jujur ia juga merasa risih dengan ibunya.

"Mama tidak ingin mendengar pendapat kamu, Alicia." Ucap Sarah dengan nada tajam karena ia dan Alica selalu memiliki pemahaman yang berbeda dengan dirinya, sangat berbeda dengan Brynn yang selalu mendukung apapun keputusan yang ia buat.

Alicia menghela napas pelan, lalu berahli menatap Nick. "Can we talk, brother?"

"Ya. Sure." Nick memutuskan untuk mematikan laptop miliknya dan menaruhnya di atas meja.

"Just two of us." Sindir Alicia pada kedua wanita lainnya di ruangan ini.

Brynn hanya memutar bola matanya malas dan mengajak Sarah keluar dari ruang kerja Nick. Dan untung saja Ibu-nya itu mau pergi dari ruang kerja kakak-nya.

"Aku ingin bertanya sesuatu." Ucap Alica dengan nada serius.

Sedangkan Nick hanya mengangkat alisnya sebelah menatap Alicia yang sekarang memperlihatkan ponselnya di hadapan Nick.

"Who is she?"

"My friend." Jawab Nick dengan datar. Dari mana Alicia mendapatkan foto yang memperlihatkan dirinya bersama dengan Skylar Kennedy sedang berenang di danau beberapa hari yang lalu?

"Are you sure?" Kekeuh Alicia.

Nick hanya bergumam lalu fokus menatap wajah Sky di ponsel milik adik-nya.

"You're a bad liar, brother. Tell me the truth."

The truth? Nick menatap Alicia dengan sedikit tajam. Ia sudah berkata jujur pada adiknya tersebut karena memang ia tidak memiliki hubugan spesial dengan Skylar Kennedy.

"I'm not lying."

Alicia menggelengkan kepalanya tidak mengerti. "Setelah membeli kawasan itu empat tahun yang lalu, hanya ada dua wanita yang pernah kamu ajak ke danau tersebut. Hanya aku dan Brynn."

"So?" Nick mengangkat alisnya sebelah setelah mendengar kalimat panjang adik-nya itu.

"Is she your girlfriend? Kamu sengaja merahasiakannya dari kami karena kamu tidak mau Mom mengetahuinya."

"What? No, Alicia.  Please, stop. Cukup Mom yang mencapuri urusan pribadiku. Don't you dare to cross the line." Ucap Nick dengan nada tajam. Walaupun ia menyayangi Alicia, tetapi tetap saja ia tidak suka jika seseorang mencampuri batasan privasinya.

Alicia menghela napas panjang mendengar peringatan dari kakak-nya itu. "Fine. Aku hanya berharap kali ini kamu benar-benar jatuh cinta. Brynn was right, kamu terlalu sibuk dengan duniamu sendiri."

Conversation end!

Alicia memeluk Nick sekali lalu beranjak keluar
dari ruang kerja kakak-nya itu.

Nick mengusap wajahnya dengan kasar. Apa memang ia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri? Nick membaringkan tubuhnya sejenak di atas sofa karena merasa badannya sedikit terasa kaku karena ia sudah duduk mengerjakan dokumen kantor selama beberapa jam.

Drt...drt...

Nick merasakan ponselnya bergetar di saku celananya. Ia dengan cepat mengambil benda pipih itu dan membaca pesan singkat yang baru saja ia dapatkan.

Can we talk? I miss you Nick.

Oh God!

Nick menonaktifkan ponselnya tersebut lalu bangkit dari sofa dan mengambil kunci white superfast car miliknya.

Setelah itu, Ia mengambil black jacket jeans miliknya lalu berjalan keluar penthouse tanpa menghiraukan teriakan Sarah yang memanggil namanya.

TBC
.
.
.
.
.
Part kali ini singkat dlu yah:)

Happy reading

Love y'll❤️

Depth Of Despair | on going ✨Where stories live. Discover now