[EPISODE 15] - Without U

1.1K 178 28
                                    

Sashi dan Valerie sebenarnya tidak bisa berteman jika melihat persamaan kedua keluarga mereka. Keduanya hanya nyaris sama berada di lingkungan keluarga yang tidak mengenakan.

Valerie dengan papanya yang suka selingkuh dan melakukan kekerasan terhadap sang mama, yang kini entah berada di mana sosoknya.

Sashi dengan segala peraturan keras orangtuanya yang tidak bisa dia langgar. Bukan tidak boleh, melainkan tidak bisa.

Pada satu waktu ketika mereka sudah berteman lebih dari satu tahun dan Valerie mulai mengenal Lingga, Hasta, dan Ibram yang lebih dulu berada di kehidupan Sashi, Valerie pernah berujar begini, "Gue suka bertanya-tanya sama diri gue sendiri, gimana rasanya punya keluarga yang saling menyayangi. Yang nggak pernah teriak satu sama lain kalau salah satunya bikin salah. Yang nggak pernah mukul atau ngelemparin sesuatu buat luapin emosi. Gue penasaran gimana rasanya makan sama keluarga dengan tenang di meja makan sambil cerita-cerita soal apa aja yang kami jalani hari itu."

Untuk yang kesekian kalinya malam itu, Valerie dan Sashi bertemu di apartemen Valerie untuk minum minuman beralkohol yang mana hanya bisa Valerie lakukan ketika bersama teman dekatnya. Teman yang dia anggap dekat.

"Gue juga kadang penasaran sama yang namanya didengerin pilihannya waktu bingung mau masuk ekskul PMR atau Paskibra. Sayangnya Mama nggak pernah dengerin—nggak, Mama nggak pernah ngizinin gue buat ngambik ekskul apa pun karena gue harus fokus latihan. Kayaknya buat Mama, ketika gue mutusin buat pilih tenis, sekolah cuma formalitas yang nggak penting-penting banget buat gue lakuin kecuali kalau Mama pengin gue dicap sebagai anak nggak berpendidikan." Sashi terkekeh sejenak sebelum meneguk sisa wiski di dalam gelasnya.

Valerie ikut tertawa. "Kita kayak lagi adu nasib ya sekarang."

Mereka berdua tertawa.

Setelah Valerie menceritakan bagaimana orangtuanya menikah sampai akhirnya bercerai, perempuan itu bertanya pada Sashi, "Ngomong-ngomong, gimana ceritanya lo bisa satu sekolah sama Lingga pas SMA?"

Sashi sedang berusaha mengumpulkan kesadarannya, dia tersenyum seraya mengingat-ingat kejadian itu. "Oh itu?"

Valerie menatap serius. Hal menyenangkan lainnya saat berteman dengan Sashi adalah bagaimana perempuan yang amat sangat penurut pada kedua orangtuanya itu bercerita tentang dia dan laki-laki bernama Lingga. Lelaki yang sempat membuat Valerie iri karena berada di sisi Sashi, yang rela melakukan apa pun demi Sashi, yang mungkin akan rela pergi ke ujung dunia hanya untuk menjemput Sashi yang mabuk, yang selalu Sashi ceritakan dengan mata yang berbinar dan raut bahagia.

Lingga Juana Alva.

"Gue paksa dia," ujar Sashi kemudian. "Lo tahu? Lingga yang sekarang lo lihat lagi kuliah di jurusan Teknik, yang ceweknya hampir ada di setiap sudut fakultas itu, adalah cowok yang sama yang bilang sama gue kalau dia nggak mau lanjut sekolah pas udah mau ujian SMP dulu."

Mata Valerie melebar. "Dia nggak mau lanjut sekolah!?"

Sashi mengangguk. "Dia bilang, dia mau kerja aja. Mau cari uang yang banyak aja. Eum ... waktu itu neneknya emang udah mulai sakit-sakitan. Dan nyokapnya ... waktu itu juga gue cuma pernah ketemu sekali. Mereka nggak akrab, lo tahu itu, kan?"

"Dia langsung nurut?"

Tawa keras langsung meledak dari Sashi. "Lo pikir, dia itu gue? Nggak lah. Kami sempet marahan waktu itu. Gue pengin dia tetep sekolah, dan dia tetep sama pendiriannya."

"Terus gimana akhirnya dia luluh?"

"Gue ancem dia."

"Ngancem?"

Sashi mengangguk. "Gue bilang, "kalau lo berhenti sekolah, gue juga mau berhenti tenis.""

Saat itu Valerie yang gantian tertawa.

Ruang KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang