[EPISODE 16] - Elevator

1K 146 11
                                    

Untuk yang kesekian kalinya Valerie membuang napas beratnya. Hari ini setelah turun dari pesawat dan menginjakkan kakinya di Jakarta setelah seminggu penuh berada di Singapura dan Lombok untuk urusan pekerjaan, Valerie banyak membuang napas beratnya, sampai-sampai Riang yang duduk di sampingnya, di balik kemudi mobil sebal, kasihan, juga heran.

Valerie Misora memulai kariernya di usia remaja melalui ajang kompetisi di sekolah. Saat itu sekolah sedang melakukan campaign tentang pentingnya merawat kulit tubuh dan wajah bersama salah satu brand skin care lokal. Valerie tidak terlalu tertarik perkara itu, baginya acara hari itu merupakan kesempatan untuknya tidur di dalam kelas atau mengobrol sepanjang waktu bersama temannya di kantin, sebab kegiatan belajar mengajar ditiadakan. Namun kenyataan berkata lain, dia ditunjuk oleh wali kelasnya untuk mewakili kelas dalam sebuah lomba di mana dia harus mempromosikan sebuah produk skin care selayaknya bintang iklan.

"Nggak usah terlalu serius, nggak menang nggak apa-apa, yang penting kelas kita ada perwakilan," begitu ucap wanita paruh baya yang menunjuk Valerie menjadi perwakilan kelas dalam lomba dadakan tersebut, membuat dia harus meninggalkan ketopraknya yang baru dimakan sebagian.

"Lumayan, Val. Menang, nggak menang, bakal dapet goodie bag isi skin care yang banyak," teman Valerie ikut menyemangati. "Nanti gue bagi cuci mukanya, ya."

Valerie membalas dengan dengusan pasrah.

Ketika perwakilan kelas yang lain tampil dengan persiapan yang cukup, saat itu Valerie hanya berdiri di atas panggung di aula besar, disaksikan puluhan teman sekolahnya, beberapa orang guru, dan tentu saja pejabat perusahaan produk skin care tersebut, dia hanya memakai seragam sekolahnya—kemeja putih dan rok abu-abu, rambutnya yang semula diikat satu, terpaksa harus diurai demi penampilannya sedikit baik.

Valerie Misora bukan penggila media sosial yang selalu membagikan foto-foto pribadi dan aktivitas hariannya, yang punya ribuan pengikut yang senantiasa menyukai segala apa pun yang diunggahnya. Bukan, Valerie Misora hanya siswi biasa yang menjadikan sekolah tempat larinya dari segala macam hal memuakkan yang terjadi di rumah—dari segala kesendiriannya karena setahun yang lalu orangtuanya resmi bercerai. Prestasinya biasa saja, bahkan namanya hampir selalu masuk ke dalam daftar siswa yang harus memperbaiki nilainya setelah ujian semester demi hasil nilai rapornya lebih baik. Dia bukan anggota OSIS atau ekskul yang menjadikan namanya dikenal oleh seluruh penghuni sekolah. Dan dia tidak punya pacar ketua OSIS atau kapten basket.

Valerie Misora hanya siswi biasa.

Tapi hari itu, ketika kamera mulai menyoroti dan wajahnya secara otomatis terpampang di layar besar di aula, semua orang berdecak kagum, semua pasang mata tak pernah sedikit pun meninggalkan layar ketika wajah Valerie muncul di sana. Semua penghuni sekolah akhirnya menyadari bahwa mereka sangat aneh tidak pernah tahu jika ada perempuan amat cantik yang bersekolah di sana.

"Sejak kapan lo jadi cantik?" begitu pertanyaan teman Valerie ketika Valerie menyelesaikan lombanya dengan gugup.

Yang dipuji hanya terkekeh sumbang, dia tidak pernah sekalipun mengganggap dirinya cantik. Valerie hanya senang ketika wajahnya tidak pernah ditumbuhi jerawat dan tidak terlihat kusam. Hanya itu.

Tapi setelah memenangkan perlombaan yang tanpa persiapan yang matang itu, Valerie Misora mendapat sebuah e-mail dari brand skin care tersebut yang mengatakan bahwa mereka ingin Valerie menjadi bintang iklan produk terbaru mereka. Bukan untuk kompetisi, melainkan benar-benar bintang iklan yang akan muncul di mana pun. Di media sosial, di televisi, di papan besar di jalanan, di mana saja. Namanya bukan hanya satu kali disebut seperti saat memenangkan lomba hari itu, tapi akan dipajang besar-besar dan bisa dilihat semua orang.

Ruang KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang