31. Mother's Advice

2.5K 422 37
                                    

⚠️ WARNING! SUCIDIAL THOUGHTS N SELF HARMING! Jangan maksa baca kalau ga kuat!

Sesampainya di rumah, [Name] begitu terkejut setelah melihat sepatu mamanya terletak di rak sepatu.

'Mama pulang..?!'

Gadis itu berjalan cepat menuju ruang tamu. Disana, mamanya duduk diatas sofa. Menyeruput kopi sambil menonton televisi.

"... Ma?"

Si mama menoleh. Menatap putrinya dengan lembut.

"[Name], mama pulang."

Biasanya mamanya akan pulang larut malam ketika [Name] sudah tertidur. Momen dimana ia melihat ibunya itu hanya pagi disaat ia berangkat sekolah. Hanya itu saja. Bahkan di hari libur, mamanya dibanjiri oleh pekerjaan dari rumah sakit.

"K... Kenapa..?"

"Yah~ Mama ambil cuti sehari buat ngomong sama kamu..." jawab si mama pelan.

[Name] terdiam. Firasatnya tidak enak. Sangat tidak enak.

"Apa yang mama mau bicarakan..?" tanya [Name] yang jantungnya tidak bisa dikondisikan.

Si mama terdiam. Senyum di wajahnya kian memudar. Lalu wanita paruh baya itu berkata,

"Kamu masih mau jadi pengacara?"

[Name] tertegun. Menatap mamanya tidak percaya. Rasanya mulutnya seperti dijahit sehingga tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"... Kamu gamau jadi dokter aja?"

"A-apa..?"

[Name] tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dirinya? Dokter? Padahal sains adalah salah satu mata pelajaran yang dia tidak sukai. 

"Kalau kamu jadi dokter. Mama bakal buat kamu kerja 1 rumah sakit dengan mama. Dengan itu, masa depan kamu terjamin. Lagi pula direktur rumah sakit itu kenalan mama, " tawar si wanita itu.

"...bukannya itu tidak adil? Aku bakal masuk pakai jalur orang dalam. A-aku gamau—"

"[Name]."

Panggilan mamanya itu membuat si gadis seketika membatu. Wanita itu menghela napas panjang, kemudian berkata,

"Dunia kerja itu kejam. Semua orang pakai cara licik itu meraih apa pun. Ini namanya cara bertahan hidup [Name]. Kalau kamu mau sukses, kamu harus mengorbankan segalanya.." Jelas si mama panjang lebar.

"Tapi aku gamau jadi dokter, ma! Aku mau masuk dunia hukum..."

"Ga boleh!" bentak wanita itu. Napas [Name] langsung tercekat. Rasanya sesak.

"Ranah hukum itu bahaya untukmu [Name]!! Apalagi kamu akan berurusan dengan kriminal nantinya! Kalau kamu kenapa-kenapa gimana?!" Wanita itu menatap tajam [Name] yang menunduk ke arah lantai.

"Mental kamu ga bakal kuat [Name]! Jadi tolong jangan jadi pengacara..." suara si mama semakin kian semakin memelan setelah mengucapkan kalimat akhir itu.

Benar. Semua perkataan mamanya benar. Dia tidak layak jadi pengacara. Dia tidak akan kuat masuk dunia hukum.

Tapi apakah dengan begitu, ia akan membuang mimpinya untuk kedua kalinya?

Kalau diibaratkan, ia seperti ulat bulu yang masih ada di dalam kepompong. Takut untuk berubah. Takut untuk terbang tinggi. Takut untuk keluar dari zona nyaman. Takut untuk bermetamorfosis.

Tapi jika ia melanjutkan hidup yang tidak sesuai dengan mimpinya, apakah ia akan bahagia?

Bahagia huh.. Memangnya dia berhak bahagia?

𝙈𝙚𝙩𝙖𝙢𝙤𝙧𝙥𝙝𝙤𝙨𝙞𝙨 || ᴡᴇᴇ!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang