42. Danger

2.6K 412 50
                                    

"Kak [Name] kenapa? Kok keliatannya murung banget gitu?" tanya Ruu yang sedang mengunyah apel di mulutnya. [Name] yang sedang memotong apel itu menghentikan kegiatannya sebentar.

"... Kelihatan banget ya?"

"Mhhm!"

Dan sekarang [Name] memikirkan bagaimana caranya cerita ke Ruu agar mudah dimengerti oleh anak seusianya.

"Hm, jadi temen kak [Name] digangguin orang jahat. Terus kakak berantem sama dia.." balas gadis itu pelan sambil melanjutkan kegiatan memotong apelnya.

"Lalu tanpa sadar kak [Name]... Uh... Nampar dia hehe.. Jangan diikuti ya."

Ruu menatap kakaknya itu dengan mata berbinar.

"Itu berarti kakak menang lawan orang jahat!" serunya.

"Bukan hanya kakak kok. Ada temen kakak yang lain juga bantuin."

Memang benar [Name] yang awalnya berkelahi dengan Kiki. Tapi yang mengeksekusinya adalah Sho. Jadi mungkin bisa dibilang mereka punya kerja sama yang baik.

'Eh.. Tapi emangnya itu bisa dibilang kerja sama ya..?'

Tak lama, pintu ruangan itu diketuk pelan dan terlihat wanita paruh baya yang rupanya tak jauh beda dari [Name].

"[Name] udah malem nih. Ga pulang?" tanya si mama dari pintu ruangan Ruu. Ternyata setelah gadis itu memeriksa jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.

"Ruu, kakak pulang dulu ya. Besok-besok kakak datang lagi. "

"Dadah~~"

...

"Yakin bisa pulang sendirian? Malam-malam begini loh..." tanya mama [Name] dengan nada khawatir.

"Bisa kok ma. [Name] udah SMA juga..."

"Perlu dianterin si 'dia' ga?"

"Si 'dia'??"

[Name] menatap bingung mamanya. Beda dengan wanita itu yang malah tersenyum jahil. Sangat mengingatkannya dengan Upi.

"Ih ituloh, cowo yang tinggi-tinggi coklat manis eksotis yang sering sama kamu kesini..." sahut mama [Name] sambil menoel-noel lengan gadis itu.

"T-tunggu jangan-jangan.. Toro?!"

[Name] tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Mamanya yang kini tertawa terbahak-bahak melihat wajah anaknya yang memerah seperti tomat. Hal ini membuat [Name] tertegun. Jarang sekali ia melihat mamanya tertawa lepas seperti itu.

"Iya iya si ganteng pacar kamu itu!"

"K-kami cuma temen Ma!!"

Meski rasanya gadis itu ingin tenggelam saja sanking malunya, tapi percakapan yang seperti ini jauh lebih baik dibandingkan percakapan tentang pekerjaannya nanti.

Tapi cepat atau lambat, [Name] harus memantapkan pilihannya.

"Yaudah.. Pulang sana. Hati-hati di jalan ya!"

"Iyaaa..!"

Bukan sekali dua kali [Name] pulang sendirian di keadaan malam sunyi seperti ini. Jarak rumahnya yang tidak begitu jauh dengan rumah sakit juga membuat [Name] memilih untuk jalan kaki saja ke rumah. Kalau biasanya dengan Toro, laki-laki itu selalu mengantar [Name] ke rumahnya dengan mobil kelewat canggih miliknya.

Tapi sayang, Toro hari ini tidak mengunjungi ibunya. Katanya sih, sedang me 'nasehati' Kiki yang sudah kelewat bucin. Mengingat Kiki hanya membuat [Name] menghela napas panjang.

Ia harap semuanya akan kembali seperti semula besok.

.

.

𝙈𝙚𝙩𝙖𝙢𝙤𝙧𝙥𝙝𝙤𝙨𝙞𝙨 || ᴡᴇᴇ!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang