Chapter 64 : Hadiah Gin Tak & Ji Sung

385 85 2
                                    

Ketika berbicara mengenai keterampilan yang populer menghasilkan pundi-pundi harta, apa yang terlintas di benak pembudidaya adalah pengrajin dan peramu. Telah menjadi fakta umum bahwa kedua keterampilan itu menempati daftar teratas popularitas.

Peramu menghasilkan elixir yang krusial bagi setiap pembudidaya, baik muda dan tua atau baru dan lama. Elixir berupa pil pun ramuan semacam kebutuhan pokok yang tidak boleh ditinggalkan, sebab di dunia budidaya kecelakaan entah karena pertarungan atau kesalahan berlatih sering terjadi. Di tambah beberapa pil yang di konsumsi harian menambah peremajaan sel, yang mampu menunjang penampilan pria dan wanita. Sehingga menempatkan ramuan memiliki nilai jual paling laris.

Pengrajin pula populer karena alat-alat sihirnya yang baik digunakan selama pertarungan, atau perlindungan diri. Memiliki alat sihir sebanding memakai pakaian terbaik. Semakin kuat dan indah alat sihir bergantung di badan, semakin percaya diri seorang pembudidaya. Tak kalah laris dengan elixir, alat sihir berbondong-bondong didapatkan tak perduli seberapa banyak yang telah dimiliki.

Dari seratus persen penghasilan barang niaga keahlian spiritual, peramu dan pengrajin sama-sama mengambil konsumsi publik 70 persen lebih banyak. 30 persen sisanya harus cukup puas diterima ahli jimat. Sementara formasi tak banyak ikut dalam persaingan jual beli, mengingat keterampilan mereka lebih sering bergerak pada bidang jasa.

Meski demikian, tingginya penghasilan peramu dan pengrajin sejalan dengan tingginya pengeluaran pra-pembuatan. Sudah menjadi rahasia umum, bahan-bahan ramuan yaitu tanaman spiritual adalah bahan langka yang kadang harganya di pasaran melambung tinggi, sesuai jenis, masa tumbuh, dan waktu edaran. Pun pengrajin mengalami hal yang sama, bahan-bahan yang dibutuhkan demi membuat alat sihir menyesuaikan seberapa tinggi dan jenis alat sihir apa yang diinginkan. Tak kurang bahan keperluan sebenarnya di dapatkan setelah pertarungan hidup dan mati, yang secara otomatis melipatgandakan harga jualnya.

Begitu Baekhyun mengeluarkan inisiatif membantu keperluan pemasukan batu aura dengan menjual pil buatannya, Chanyeol memutuskan ide tambahan adalah tidak menjual elixir-elixir itu ke pasaran. Karena, walaupun nilai jual yang mereka dapat bisa tinggi, namun sedikit kemungkinan pembeli akan tertarik. Melihat cara kerja penjualan semacam itu mengandalkan koneksi dan kepercayaan orang luar.

Baekhyun ialah peramu baru, meski Chanyeol mengakui elixir buatan kekasihnya itu, orang lain masih asing terhadapnya. Terlebih, pasar spiritual Kota Tanah Terbuka pembelinya tidak banyak yang mau menghabiskan batu aura. Kalaupun ada, masih membutuhkan kesabaran menunggu berminggu-minggu.

"Kau yakin, mau menjual pil-pil ini dipelelangan? Bukankah, pelelangan hanya dibuka dua kali dalam setahun?" kata Baekhyun sedikit tak yakin.

Simpul tersenyum, Chanyeol menjawab, "Kau lupa ini sudah setahun setelah pelelangan terakhir?"

"Ah, Benar." Baekhyun mengangguk, teringat memang setahun lebih telah berlalu dari lelang pertama yang ia ikuti. Dalam arti lain, Baekhyun sebenarnya sudah satu tahun lebih tua sekarang. Umurnya telah menginjak delapan belas, dilalui tanpa perayaan berarti semasa berada di Tanah Rahasia.

"Keluarga Oh juga baru-baru ini menerima tamu dari luar. Barang lelang mereka pasti tak lama lagi penuh, kalau kita datang dan menambahkan barang baru mereka bisa membuka pelelangan lebih cepat," tutur Chanyeol.

Min Seok yang diikut sertakan dalam diskusi memeriksa botol-botol elixir yang Baekhyun jejer di atas meja.

"Tuan, saya mungkin bukan peramu, tapi elixir-elixir ini, sebenarnya dilihat menggunakan mata telanjang saja khasiatnya luar biasa," kata Min Seok.

Tersisa tujuh botol kecil elixir, dan lima biji pil dalam botol besar.

"Aku pernah mencobanya sewaktu menyembuhkan Sehun, harusnya elixir buatanku memang terbaik," balas Baekhyun. "Cuman, cukupkah itu agar diterima masuk pelelangan? Ramuan dan pil-pil ini hanya dasar saja."

Chanyeol mengusap puncak kepala Baekhyun. "Kau terlalu rendah diri. Nyatanya, jenis ramuan yang kau buat memiliki banyak peminat. Apalagi setelah itu dibuat olehmu."

"Tuan Chanyeol berkata benar. Tapi, sebelum membawanya ke pelelangan, ada baiknya elixir ini diberi sertifikat edar terlebih dahulu," sahut Min Seok.

Baekhyun menyipitkan mata. "Sertifikat edar? Apa itu?"

Chanyeol menjelaskan, "Bukan hal yang besar. Sertifikat edar khusus digunakan ketika peramu ingin melelang elixirnya, hanya itu."

Baekhyun manggut-manggut. "Oh ... dimana aku bisa mendapatkannya?"

"Di Pagoda Ramuan Park, Bibi Soo Hyun bisa mengeluarkannya untuk kita."

"Ya sudah, ayo, kita ke sana."

Chanyeol dan Baekhyun mengumpulkan kembali elixir dan berangkat menuju pagoda ramuan, tempat berlatihnya murid peramu keluarga Park. Min Seok ditinggalkan mengurus kereta yang akan mengantar mereka.

Keluar gerbang halaman, Ji Sung dan Gin Tak dengan senyum lebar memperlihatkan gusi.

"Salam Sepupu Chanyeol, salam Ipar Baekhyun," sapa kedua anak itu bersamaan.

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Chanyeol cepat.

Ji Sung dan Gin Tak menggeleng.

"Kami tidak ingin apa-apa, kami sekedar berkunjung biasa, itu saja," kata Ji sung.

Gin Tak membenarkan dengan anggukan. "Sepupu Chanyeol, lama tidak berjumpa."

"Hmm, lama memang." Chanyeol memberi tatapan menilai. "Kau bertumbuh cukup tinggi, terakhir kita bertemu kau baru menyamai pundak Ji Sung."

Gin Tak menggaruk belakang kepalanya, berkata malu-malu, "Tentu saja, aku harus lebih tinggi dari Ji Sung. Biar bagaimanapun aku lebih tua satu tahun darinya."

Ji Sung menyembunyikan kedua tangan di belakang punggung sejak tadi. Baekhyun yang penasaran bertanya, "Apa yang kau bawa dibelakang tanganmu?"

Ji Sung dan Gin Tak saling lirik, masing-masing memberi kode lewat mulut dan gerakan kepala, yang maksudnya saling menyuruh menjawab duluan.

Chanyeol tak seberapa sabar berujar, "Katakan, aku dan Baekhyun mempunyai urusan lain."

"I-ini, aku, maksudku, kami membawakan hadiah pertemuan untuk Ipar Baekhyun." Ji Sung memperlihatkan benda yang ia pegang. Enam ekor kan air tawar segar yang besarnya seukuran telapak tangan Chanyeol.

Sudut bibir Baekhyun berkedut ingin tertawa, menyadari anak-anak itu tak murni memberinya hadiah pertemuan. Chanyeol pula mengerti maksud terselubung Ji Sung dan Gin Tak. Dalam hati mencemooh keduanya yang berniat meminta calonnya bekerja.

"Singkirkan akal bulus kalian, Baekhyunku tidak ada waktu luang memasak ikan itu. Kami sibuk," ucap Chanyeol setengah dingin.

Wajah Ji Sung dan Gin Tak seketika berkerut kecewa. Melihatnya Baekhyun menjadi kasian.

"Tidak, jangan dengarkan Chanyeol, aku bisa memasak ikan itu untuk kalian," katanya.

Antara malu dan senang, Ji Sung dan Gin Tak mengulum senyum.

"Maaf menganggu Ipar Baekhyun. Ini aku mempunyai hadiah yang sebenarnya." Gin Tak mengeluarkan cincin penyimpanan sementara.

Baekhyun tak segan menerima cincin tersebut, meski baru pertama kali bertemu Gin Tak, melihat sikap Chanyeol yang santai. Ia tahu anak ini setali tiga uang dengan Ji Sung.

"Di dalamnya ada seratus ikat rumput roh, aku mengumpulkanya sewaktu mengikuti Penatua Keempat ke Padang Rumput Berduri.

Hadiah Gin Tak memang kebutuhan semua peramu. Baekhyun semakin senang hati menerimanya. "Terima kasih untuk ini. Nah, kalian masuk dan berikan ikan itu pada Min Seok. Setelah urusan kami selesai, aku akan memasak ikan untuk kalian, bagaimana?"

"Iya, tidak apa-apa begitu, kami bisa menunggu," Ji Sung berucap dengan wajah cerah. Gin Tak pun sama.

----------o0o----------

Typo, pengulangan kata, dan kesalahan lainnya silahkan dikoreksi.

05 Desember 2022

CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang