Bab 41 : Kuijinkan Kamu Masuk Dalam Hidupku

28 5 0
                                    

Langit terbangun ketika dirasakannya sebuah tangan hangat meraba punggung telanjangnya. Ia pun membalikan badan. Didapatinya sebuah wajah dengan senyum tersungging lebar menatapnya. Ditariknya tangan itu hingga tubuhnya menimpanya. Dan ia pun membawa tubuh yang meronta-ronta itu dalam dekapannya. Lalu dipejamkannya mata kembali.

"Kamu wangi banget," bisiknya.

"Lang! Lepasin! Kamu berat!" Jerit Malia seraya berusaha melepaskan diri dari dekapan kuat tangan Langit.

"Siapa suruh ganggu orang tidur," sahut Langit dengan mata yang masih terpejam.

"Heii! Ayo! Ayo! Pacarannya di luar!"

Sebuah teriakan berisik dari pintu yang terbuka memaksa Langit kembali membuka mata. Dan melonggarkan dekapannya pada tubuh Malia. Perlahan ia bangun dan duduk di kasurnya.
"Huh! Ganggu orang pacaran aja!" Keluhnya.

Malia tertawa, lalu mendaratkan sebuah kecupan di pipinya.
"Katanya mau dari pagi jalannya?"

Langit memandang Malia. Lalu tersenyum. "Sorry. Aku baru tidur jam tiga semalam."

"Kenapa?"

"Mikirin kamu!" Goda Langit membuat Malia mendaratkan sebuah cubitan di tangannya yang membuatnya menjerit.

"Ayo! Tuan dan Nyonya Langit keluar! Sarapannya sudah siap!" Teriak Mentari lagi. Membuat Malia menarik tangan Langit untuk keluar dari kamar.

"Duh, De! Masa ada tamu sarapannya mie instan!" Keluh Langit menatap tiga mangkuk mie instan dengan telur rebus ceplok diatasnya.

"Mas! Justru karena ada Kak Malia, aku bikin Mie Instan. Dia pasti jarang makan mie? Ya, kan Kak?" Tanya Mentari sambil menuangkan saus sambal ke dalam mangkuk mie nya.

Malia hanya tertawa. Langit masuk ke dalam kamar mandi dan keluar dengan wajah yang basah.

"Bilang aja kamunya yang malas beli," sahut Langit sambil mengeringkan wajah dengan handuk.

"Sorry, aku gak sempat bikin sarapan. Kamu suruh aku pagi-pagi ke sini," ujar Malia, memandang Langit dengan sesal.

Langit menggeleng. "Gak pa-pa. Kan, hari ini tema pacaran kita 'wisata kuliner ala Langit', " sahutnya seraya menyuap mie ke dalam mulutnya.

"Ikut, dong Mas!"

Mentari memandang adiknya. "Anak kecil, ganggu aja!" Sahutnya.

"Biarin, nanti aku juga mau pergi pacaran!" Sungut Mentari.

"Eh! Enak aja! Gak boleh. Bawa ke sini dulu pacar kamu biar Mas lihat!"

"Biarin aku jomblo sampai tua. Gak ada cowok yang berani deketin aku. Semua takut sama Mas Langit!"

"Kamu sekarang masih kecil. Nanti pacarannya kalau udah selesai kuliah," sahut Langit lagi dengan wajah serius.

Mentari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dulu waktu SMA juga Mas Langit pacarnya banyak. Tiap Minggu ganti pacar. Di setiap sekolahan punya pa...!"

Langit membekap mulut Mentari. "Bisa diam, gak?"

Malia tak bisa menahan diri untuk kembali tertawa.

"Nanti aja, Kak. Kalau aku nginap di rumah Kak Malia, aku ceritain semua!" Bisik Mentari pada Malia.

"Jangan percaya!" Seru Langit. "Lagian dulu kamu juga masih kecil, mana ingat?" Sergahnya lagi.

"Mau aku sebutin namanya? Ada Bella, Delia, Ti..." Mentari tak meneruskan kalimatnya melihat kedua mata Langit menatapnya dengan tajam. Ia pun menyuapkan kembali makanan ke dalam mulutnya sambil cemberut.

Di Balik Rahasia LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang