06. mampus

3.2K 398 82
                                        


"[Name], bayinya kapan keluar?"

"Blaze, ini udah yang keenam kalinya kamu nanya gitu, loh."

Sang empunya nama terkekeh, ia menggaruk pipinya yang tak gatal itu dengan rasa tak bersalah.

"Aku gak sabar, [Name]!"

Dia memeluk istrinya yang perutnya mulai membesar karena bayi mereka. Pipinya dengan pipi sang istri dia gesekkan karena merasa gemas.

"Sabar Blaze, masih enam bulan lagi."

Sebenarnya cukup aneh bagi [Name] karena mengandung anak dari pria yang melamarnya tiba-tiba. Bahkan sampai saat ini pun, dirinya masih belum memiliki perasaan yang besar pada sang suami.

"Nanti kalo udah lahir, kita wajib pakein kostum ayam, ya! Oh, nanti kita ikutan pake juga, [Name]."

Aduh, sepertinya Blaze sudah memiliki banyak rencana ketika anaknya lahir nanti.

"Apa perlu kita buat model tempat tidurnya jadi kandang ayam?"

"Blaze...."

[Name] tak habis pikir dengan Blaze, segitu cintanya ia pada ayam, kah? Sepertinya sih begitu. Soalnya seringkali [Name] diabaikan oleh Blaze ketika Blaze sudah bertemu dengan ayam-ayam kesayangannya itu.

"Nanti namanya ada unsur ayam-ayamnya gitu juga lucuuu ga sih, [Name]?"

"Hah!? Big no!"

Enggak mau ya ges. [Name] gak mau nanti anaknya disamain sama ayam atau pas diabsen nanti gurunya nahan tawa.

"Yaah, padahal lucu, loh."

"Bagimu lucu, bagiku enggak. Lagian, kamu gak ke kantor? Biasanya juga ninggalin aku ke kantor."

[Name] sedikit mengerucutkan bibirnya. Ia akhir-akhir ini merasa sebal jika Blaze sudah meninggalkan dirinya untuk pergi ke kantor.

Padahal sebelum hamil, ia tak masalah ditinggal Blaze ke kantor. Malah terkadang dirinya senang jika Blaze pergi ke kantor. /heh

"Enggak! Hari ini waktunya Mas Blaze cuman buat Neng [Fullname]!"

"Kamu nadanya jangan kayak Buk Zira gitu, deh. Gak cocok tau, apalagi kalo kamu bilang Neng, makin gak cocok!"

Buk Zira ini tetangga mereka yang selalu ngegodain mereka, sekaligus orang yang selalu pura-pura gak tau kalo denger suara uhukgituuhuk dari rumah [Name] sama Blaze.

Pokoknya katanya sih, 'semoga langgeng deh.'

"Jadi, hari ini mau ke mana, Tuan Putri? Suamimu yang tampan ini sudah menyuruh Gopal untuk mengatur ulang jadwalnya."

"Boleh ke mana aja?"

"Iyaa, khusus hari ini!"

"Serius bakal diturutin?"

"Iya!"

"Ke mana aja?"

"Iyaaa, Sayang."

[Name] memandang remeh Blaze, sebelum akhirnya ia mengucapkan kalimat yang membuat tubuh Blaze kejang-kejang.

"Aku mau ke rumah orang tua-ku, udah lama rasanya gak ngunjungin Papa sama Mama."

Nah, loh. Mampus Blaze.

Selama ini yang sangat Blaze hindari itu si bapak mertua. Soalnya wuih ... galaknya minta ampun. Pas mau ngelamar aja, Blaze butuh waktu nyiapin mental tujuh hari tujuh malam.

Tapi, kata orang zaman dulu, ya. Biasanya yang bapaknya galak, pasti anak ceweknya cantik.

Blaze, sih, lumayan percaya sama itu. Soalnya istrinya—bagi dia cantiknya minta ampun, dan bapak mertuanya galaknya minta ampun juga.

introvert; b. blaze [√]Where stories live. Discover now