11. ayam & faya

1.5K 219 11
                                    


"Iks ... iks ... HUEEE HUUU," seorang bayi berusia dua bulan itu menangis sejadi-jadinya ketika sang ayah membawanya mendekat dengan dua belas ayam yang ada di taman belakang. Ia menangis untuk memberi kode kepada ayahnya agar segera membawanya kembali ke kamar, namun, si ayah malah semakin mendekat.

"Aduh, cup, cup, cup. Ayah kan udah bilang ... mereka gak gigit, kok. Cuma matuk aja. Masa kamu dari pertama kali dibawa ke rumah sampe sekarang masih takut aja sama Ksatria keren punya Ayah sama Mama."

Tak mau! Pokoknya dia ingin kembali ke kamar dan tidur dengan nyenyak di ranjang miliknya itu. Aduh, andai saja ibunya itu ada di rumah, pasti sekarang ia akan merasa lebih aman dan nyaman daripada saat ini.

Ia tak pernah merasa aman saat bersama ayahnya. Saat ini saja, rasanya seperti ia akan dilemparkan ke jurang padahal hanya bertemu dua belas ayam.

"Huee ... hiks, huwaa!"

"Iya sayang, iya! Cup cup cup, jangan nangis lagi. Ayah mau balik ke kamar, nih."

Segera, deh Blaze kembali ke kamarnya dan menaruh putrinya yang tengah terisak itu ke atas ranjang.

"Apa yang bikin kamu takut sama ayam? Bahkan kita ga jadi kospley ayam karena kamu ketakutan pas liat kostum ayamnya."

Blaze, kan, kecewa berat, guys. Hal yang dia suka malah dibenci banget sama anaknya.

"Ayam itu bakal berperan penting buat Faya, loh. Ayam juga udah banyak nolong Ayah. Masa Faya gamau temenan sama mereka sebagai rasa terimakasih karena udah nolong Ayah?"

Bayi perempuan itu tetap terisak sembari mendengarkan ayahnya berbicara. Walau ia tak paham apa yang ayahnya bicarakan, tapi ayahnya terlihat sedih.

"Hue...."

"Ayamnya sayang Faya, kok! Masa Faya gak sayang ayamnya, sih?"

Awalnya, Blaze ingin menyerah saja. Ia ingin tidur di samping Faya saja sambil menunggu [Name] yang sedang berada di rumah Thorn.

Biasa, ngerumpi.

Tapi, ketika ia melihat kedua tangan Faya terangkat ke atas seolah minta di gendong, Blaze langsung kebingungan. Padahal tadi ia kelihatan ingin di ranjang saja, tuh.

"Faya mau minta maaf sama ayamnya!?"

Bayi kecil itu tak menjawab, tangannya tetap terulur ke atas menunggu sang ayah menggendongnya.

"Huwaaa FAYA MAU TEMENAN SAMA AYAM!"

Semangat, dong, si ayah. Langsung ayahnya itu kembali menggendong Faya lalu membawanya ke taman belakang untuk menghampiri para ayam yang tadi tak jadi didatangi karena Faya takut.

"Nah, Faya jangan takut~ ada Ayah yang bakal jagain." Blaze jongkok di depan Petuk, salah satu ayam favoritnya yang menurut dia tak begitu bahaya untuk Faya. Soalnya Petuk ini softboy gitu.

"Elus, elusss~" Blaze mengambil tangan Faya, menariknya ke depan hingga menyentuh kepala Petuk.

"Gapapa, kan??" bayi kecil itu tersenyum lebar, ia kembali membiarkan tangan ayahnya menarik tangannya untuk mengelus ayam milik Blaze itu.

"UGGHH GEMES BANGET ANAKNYA AYAH BLAZE!"

――――☆。

"... Blaze, Faya sakit."

"Loh, kok bisa!?"

Blaze yang baru saja pulang, dikejutkan oleh kabar tentang anaknya yang sakit. Astaga, padahal usianya baru dua bulan, sudah merasakan yang namanya sakit saja.

"Gatau, tadi dia bersin bayi gitu, tapi dia kaya kesakitan. Habis itu nangis, apa bawa ke dokter aja, kali, ya?"

"Huuue...."

Suara tangisan kecil sang putri terdengar di telinga orang tuanya. Membuat keduanya segera pergi ke arah asal suara.

"Cup, cup, cup!"

Blaze segera menenangkannya begitu [Name] mengangkat Faya dan membawanya ke dalam dekapannya.

"Padahal kemarin dia gapapa, loh. Atau ada sesuatu pas aku ninggalin kalian berdua?"

Blaze kembali mengingat-ingat kemarin hari selama ia ditinggal istrinya. Menurutnya tak ada sesuatu, tuh. Hanya Faya yang tak ingin bertemu para ayam milik Blaze.

"Hum ... kemarin Faya kenalan sama Petuk, sih. Dia ngelus Petuk. Emang itu masalah, ya?"

"Bentar―Petuk itu ayammu, kan?"

"Iya."

Nah, loh. [Name] langsung paham. Otaknya langsung curiga jika Faya bersin-bersin karena bulu ayam.

"Habis ngelus, cuci tangan, gak?"

"Enggak, lah. Keliatan anti banget sama ayam kalo kayak gitu!"

"... Blaze."

[Name] ingin marah rasanya. Bukan masalah anti atau bagaimana, tapi kesehatan bayi mereka yang baru berusia dua bulan, atuh.

"Harusnya Faya cuci tangan!"

"Hah, kok gitu, sih? Kamu anti sama ayam juga, yaaa?"

"Bukan gitu ... ini bisa aja karena habis ngelus, ada bulu yang nempel di tangan Faya, terus Faya emut-emut tangannya itu yang belum ke cuci ... aduh, Blaaazeee."

"Hehehe ... sorry." Blaze menggaruk pipinya dengan wajah tanpa dosanya itu. Ia hanya menunjukkan sengirannya yang mirip kuda.

"Tidur di luar malam ini, Blaze."

"Heee? Gak mau! Iwh, Blaze menolak!"

"Ugh, Faya jadi begini gara-gara kamu tau."

"Loh? Bisa aja karena yang lain! Emang udah ada buktinya? Belum, kaaaan? Ish, bukti dulu, dong. Mana bisa begini."

[Name] memutar bola matanya malas ketika suaminya malah memeluknya erat sambil sedikit gelayutan.

"Nyebelin. Nyebelin. Nyebelin."

"Tapi sayang, kan~?"

"Tidur di luar pokoknya! Anakku gak aman gara-gara kamu, Blaze."

"Ya kan aku Bapak pemula, [Name]. Nanti aku tanya Bang Upan, deeh yang udah pro."

"Nanti tambah sesat!"

________

Pesan moral, jangan lupa cuci tangan

HUEHDUDJS rumahku mati listrik gelap banget, ini tmi sih tapi gapapa.

Btw Blaze kalo jadi bapak bgini guys, sangat tidak cocok untuk anak kalem yang suka ketenangan. Tp klw anaknya modelan beliung atau hali, mungkin cocok sama blez.

See u!

introvert; b. blaze [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang