9. KEMARAHAN

54 8 0
                                    

"Kau sangat marah padaku?"

"Hah? Aku harus menarik tubuhmu saat masuk dalam air. Apa kau kira itu tidak sulit?"

Aku seperti bermain tarik tambang bersama para roh semalam merebutkan tubuh N. Andai N cepat sadar aku bisa memukul roh-roh itu. Mereka dengan seenaknya menggoda laki-laki ini! Aku menendang batu dengan sangat marah. Ini tidak adil!

"Maafkan aku! Semalam aku melihat sosok ibuku di dalam air. Kukira itu roh ibuku!"

Kakiku berhenti berjalan. Roh ibu N?

"Jadi kau mencoba masuk ke dalam air?"

"Kupikir aku bisa berbicara dengannya. Saat terakhir kematian ibuku, aku tidak sempat berbicara dengannya." N menunduk dalam.

Aku jadi merasa bersalah padanya. Kukira dia melihat sosok wanita cantik yang menggodanya. Aku memukul diriku dan menepuk pundak N. Ini bukanlah salah N, ini salah roh itu!

"Baiklah! Aku memaafkanmu!"

"Yah, jika tak ada kau pasti aku sudah menjadi mayat yang mengambang pagi ini di sungai dan menjadi makanan ikan-ikan itu."

N berhenti bicara dan menatapku.

"Hoekkk..."

"Hoekkk..."

Kami sama-sama memuntahkan isi perut kami. Pagi ini kami sempat memakan beberapa ikan sungai. Pantas saja ikannya sangat banyak dan besar. Aku pikir itu karena habitat mereka masih sangat alami. Perutku bergejolak dan memuntahkannya lagi. Aku tidak akan lagi memakan ikan di sungai! Tubuhku bergidik ngeri, apa mungkin disana di bawah sungai itu terdapat tumpukan tulang manusia?

Aku termenung dan kembali memuntahkan isi perutku.

Harusnya kami tidak berada di sana sampai malam.

🌼🌼🌼

Aku menggendong N yang terkulai lemas. Dia memuntahkan isi perutnya sampai tubuhnya tak memiliki tenaga tersisa. Aku juga berpikir aku akan mati tadi. Tapi setidaknya bukan aku yang menghabiskan semua ikan di sungai kemarin. N memakan ikannya lebih banyak daripada denganku. Aku jadi sangat beruntung.

"Hah! Apa tidak ada makanan lainnya?"

"Aku tidak melihat hewan atau buah." Disini sama saja.

"Ivy! Aku sangat lapar!"

Dia pikir aku juga tidak sama? Aku lapar! Aku lelah! Aku harus menggendong N juga sepanjang jalan. Dimana tempat untuk kami beristirahat berisi banyak makanan? Apapun hewan itu aku akan memburunya! Bahkan jika itu monyet pencuri!

Brukk...

"Arkkk... Kenapa aku menjatuhkanku?"

Aku berlari dan mengejar satu ekor monyet yang memegang buah ditangannya. Dia pasti tahu tempat makanan! Dia juga akan jadi makanan kami hari ini. Aku berdiri dan menancapkan pedangku di tanah. Dia tersambar aliran listrik dan terkulai. Daging monyet tidak seburuk itu!

Dia cukup besar untuk kami berdua. Aku membawanya pada N yang sangat lemas di bawah pohon.

"Ini!"

"Monyet?" N menatapku.

"Iya, makan saja!"

Mulut N ternganga tapi dia segera mengambilnya dan membakar tubuh monyet dengan pedangnya.

Kami bisa menghapus rasa ikan pada lidah kami akhirnya.

🌼🌼🌼

Jika kami bertemu monyet atau ular lagi. Aku akan menangkapnya detik itu juga. Aku tidak peduli dengan rasa nya yang pahit, asalkan dia tidak memakan manusia aku bisa memakan mereka. N sudah kembali sediakala, dia bersiul-siul dan mengusap perutnya. Ternyata dia lebih menyukai memakan monyet bakar daripada ikan bakar. N sangat lahap menghabiskan seluruh daging monyet. Aku hanya mendapatkan beberapa daging saja. Aku tidak selapar N yang hampir sekarat.

"Gukkk... Gukkk..."

"Gukkk... Gukkk..."

Anjing?

"Ivy? Kau mendengarnya? Kita menemukan makanan lagi!" N berlari sangat cepat ke sumber suara.

Apa dia akan memakan anjing juga? Kami berlari ke arah suara anjing yang menggonggong. Seekor anjing terjebak pada lubang di bawah sana. Kakinya juga terluka oleh kayu-kayu di sekitar dinding lubang. Apa ini jebakan Griffin juga? Sepertinya bukan, mungkin disekitar sini tempat monster lain tinggal.

"Dia besar. Apakah kita akan makan anjing?" Tanya N.

"Tidak mau!" Aku turun ke bawah.

Dia kesakitan, aku membawanya naik melewati kayu-kayu di sisi lubang. Kami mendapatkan seekor anjing yang terluka. Aku mengobatinya dan memperban lukanya. Dia pasti akan jadi santapan makhluk lain selain kami jika tidak tertolong.

"Jangan terjebak lagi! Pergilah dan hati-hati!" Aku mengusap kepalanya. Dia sangat lembut dengan bulu putih coklatnya.

"Kita tidak memakannya? Sulit untuk menemukan monyet lagi!"

"Gukkk... Gukkk..."

Dia marah? Aku menarik N menjauh, jika monyet aku bisa memakannya. Tapi anjing itu sangat lucu, mana mungkin aku bisa memakannya. Semoga saja dia selamat dan tidak terjebak di lubang makanan lagi.

"Gukkk... Gukkk..."

"Sepertinya dia mengikuti kita!" N berbalik dan melihat anjing tadi datang pada kami.

Apa yang dilakukannya?

"Kau tidak bisa mengikuti kami. Kami akan pergi ke sarang naga! Kau akan di makan!" Aku memperagakan kalimatku.

Apa dia mengerti?

"Gukkk... Gukkk..." Anjing ini menggoyangkan ekornya.

Tidak berhasil!

"Baiklah, jika kau mati. Kau akan kami makan? Mengerti?"

"Gukkk... Gukkk..."

"Ingat itu! Jika kau mati, aku akan jadi santapan kami!" Peringat N membuat anjing ini marah kembali.

Dia menunjukan giginya yang tajam dan melihat ke arah N. Mereka tidak akan jadi teman yang baik. Tapi siapa namanya? Tidak mungkin aku memanggilnya anjing, gukguk, atau sebangsanya.

"Karena kau laki-laki bagaimana dengan Aldwin? Ayo angkat kaki, Win!"

Aldwin mengangkat kakinya ke atas. Dia sangat patuh dan jinak. Aku terkekeh saat dia berguling-guling, ternyata dia menyukai namanya. Dia bisa jadi alat untuk mendapat makanan. Hidung anjing lebih sensitif daripada hidung manusia. Kami tidak perlu kesulitan menemukan monyet atau binatang lainnya.

"Kenapa namanya Aldwin?"

"Dia seperti teman lamaku. Dulu aku punya peliharaan berwarna sama dengannya. Mereka juga lucu."

"Kau memelihara anjing?"

"Bukan, hanya hewan biasa." Aku tersenyum pada N.

Bukan anjing, hanya seekor kuda saja.  Aku meninggalkannya di rumah, mungkin kakakku sedang merawatnya sekarang. Atau papa dan mama yang memberinya makanan. Aku sampai lupa mengajaknya pergi bersamaku.

Aku pergi terlalu tiba-tiba!

🌼🌼🌼

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Ksatria & Tuan Putri ( END )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora