Ch. 01: Sempak Superman ... Nama Yang Aneh!

2.6K 376 54
                                    

“Bang Tata!”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Bang Tata!”

Bian meloncat kaget dari kursi gimnya selagi asyik-asyikan nge-game online depan pc di kamar. Tidak ada hujan, tidak ada angin. Tiba-tiba Jiva muncul menendang pintu kamar yang lupa dia kunci dengan wajah polos seiring teriakan nyaringnya. Gigi Bian bergemeletuk. Gemas banget sama sikap adiknya satu ini yang kadang-kadang suka usil, rese, dan bawel.

Dengan langkah panjang dan wajah tak berdosa itu, dia memasuki kamarnya. Pintu di kamarnya tidak dia tutup lagi, seolah disengaja atau memang lupa—apanya yang lupa kalau itu sudah jadi kebiasaan jelek si gadis kecil ini. Suka buka pintur kamar orang, tapi enggak mau ditutup lagi. Jiva kini berdiri di samping kursi Bian dengan ekspresi wajah serius yang dibuat-buat. Melihat ekspresi itu hanya menyebabkan Bian ingin mengacak-acak mukanya saja. Walau kemiripan mereka hampir mendekati 50% efek berbagai gen sama, tetap saja Bian suka menyebut tiap lihat wajah sok lucu di buat-buat suadaranya itu.

“Ngomong, yaelah, jangan berdiri kayak orang bloon gitu!” tuturnya mengolok-olok wajah yang bagi Bian sekerang lebih mirip seperti orang bloon. “Pengen apa?”

Ekspresinya kemudian berubah cepat. Ujung bibir yang ditarik panjang ke atas membentuk senyum sampai ke mata itu, membuat Bian merinding seketika. Agak serem sendiri lihatnya. Cara Jiva tersenyum bagi Bian enggak ada manis-manisnya sama sekali, malah mengingatkan dia sama tokoh hantu yang dua hari lalu dia tonton waktu nginep di kos-kosan teman kuliah.

“Jangan annoying. Buruan ngomongnya, Dek.”

“Hehehe.” Senyum annoying-nya itu kemudian berubah jadi cengiran lebar. Bian memutar bola mata, sabar-sabar menghadapi kelakuan Jiva yang begini. Rada-rada enggak bener. “Bang Tata, kemarin yang main ke rumah temannya?” Ekspresinya berubah lagi dari cengiran jadi malu-malu kucing.

Serius, Bian enggak sanggup lagi cuma sebatas menonton ke-annoying-an adiknya. Tangannya refleks bergerak ke depan, mengacak-acak muka Jiva seiring punggung yang bergidik horor.

“ABANG, IH, KOK MUKAKU DIACAK-ACAK!? EMANG BONEKA APA?!”

“IYA. KAYAK BONEKA JALANGKUNG!”

“BANG TATAAAA ...!”

Mulutnya segera Bian bungkam pakai tangan. Berisik. Jika orang tua mereka sampai dengar teriakan barusan, bisa-bisa Bian sendiri yang disalahkan karena habis jahilin adiknya. Faktanya, justru bocah SMA ini yang ganggu ketenangannya main gim online. Gara-gara dia juga, Bian kena game over.

“Lagian lu ada perlu apa sih, ganggu amat.”

Jiva menyingkirkan bekapan tangan saudaranya itu. Pangkal hidungnya mengernyit jijik. Seolah bau tangan Bian itu enggak enak, menganggu indra penciuamannya, sampai pura-pura mau muntah. Bian  mendengus, menatapnya jengkel.

Knock Knock Your HeartWhere stories live. Discover now