Ch. 13: Wow, I'm Pretty!

1.1K 221 90
                                    

“Abang, hap—eh, di mana itu?” Wajah polos tanpa make-up Jiva terlihat mengerut dan memenuhi layar ponsel Bian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Abang, hap—eh, di mana itu?” Wajah polos tanpa make-up Jiva terlihat mengerut dan memenuhi layar ponsel Bian. Kebiasaan si adik kalau lagi face time pasti wajahnya sengaja dibuat deket sama kamera depan ponsel. “Kok ramai? Abang lagi di luar, ya? Gak di rumah? Cih, mentang-mentang orang tua seenaknya aja keluyuran malam-malem. Sok-sokan bikin party lagi! Ingat, Abang, udah mau kepala tiga! Gak usah gaya-gayaan ngerayain birthday party kayak abg gitu.”

Bian speechles mendengarnya. Alih-alih dapat wish di hari istimewanya ini, dia malah dapat omelan dari satu-satunya adik perempuannya, yang sedang merantau ke luar kota demi menempuh pendidikannya. “Serius, nih?” tanyanya seakan tak percaya. Masih untung Bian mau angkat face time-nya di tengah-tengah birthday party-nya. Bukannya ikut senang si abang ulang tahun, dia malah ngomel-ngomel.

No wish or something like—”

Oops, hampir lupa! Sowryy ...” Dia nyengir lebar. Menunjukkan deretan gigi rapi, bersih, dan terawat itu. “Happy birthday, Abang Tata. Seperti biasa wish lengkapnya rahasia. Tapi sedikit bocoran, semoga tahun ini Abang tambah kaya raya biar aku ikutan jadi kaya raya. Hahaha. Oiya, kadonya menyusul!”

Bian tak kaget lagi dapat ucapan dan doa sejenis demikian dari, one and only one his little sister. Tahun-tahun kemarin juga hampir sama persis begini. Cuma bedanya ada di bocoran wish yang berbeda-beda setiap pergantian tahun. Yah, Jiva dan otak ajaibnya itu memang turunan langsung dari Bapak Chandra Yang Terhormat.

“Iya, Dek. Makasih buat wish-nya. Kalau bisa kado yang lebih normal dari tahun kemarin, ya. Ini abang secara khusus request.”

Dih. Gak seru. Masa kado request. Ya terserah yang ngasih kadolah. Masih untung dikasih daripada gak sama sekali.”

“Ya udah, mendingan gak usah dikasih. Lebih aman dan gak bikin sakit kepala.” Cukup diberi ucapan selamat dan doa Bian sudah puas kok, enggak perlu segala dikasih kado atau dibikinin surprise segala. Khususnya buat Jiva. Bian merasa cukup dengan si adik ngasih ucapan sama doa. Untuk kado seringkali Jiva cuma bikin dia terheran-heran dan berujung malu.

Tahun kemarin Bian secara pribadi dibuatin Jiva hoodie oversize. Di mana bagian punggung bertulisan “topeng monyet” mengikuti kanal Youtube-nya, lalu bagian depan ada potret Bian sendiri waktu pakai topeng untuk streaming segede kepala bayi. Bian melongok saat menerima kado “istimewa” dari Jiva, yang hanya pernah sekali dia pakai saat didesak oleh adiknya. Lalu tahun kemarin lagi dia justru dapat sepatu warna kuning terang, sedang Bian sangat benci warna kuning.

Abang tuh, gak tau terima kasih! Minimal bilang makasih, kek. Jiva beli kado pakai effort tau! Pergi belanja, pakai duit tabungan sendiri, mikir mau ngasih kado apa yang lucu, terus bungkus kado juga bikin sendiri gak pakai bantuan toko.” Jiva cemberut kemudian mendengus. Sedikit kesal lantaran semua kadonya dianggap abnormal Bian. Padahal, menurutnya kado-kado itu lucu. “Btw, Abang ada di mana? Gak asyik banget. Masa bikin birthday party gak ajak-ajak Jiva. Huuuu ... payah!”

Knock Knock Your HeartWhere stories live. Discover now