Ch. 23: Fakta?

922 158 36
                                    

“Kemarin habis beli skin baru, tapi belum pernah gue coba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Kemarin habis beli skin baru, tapi belum pernah gue coba. Planning-nya mau gue jadiin konten cuma kayaknya idenya terlalu monoton. Kayak udah biasa dipakai gitu. Gue udah pernah bikin konten tentang skin beberapa kali dulu dan responnya emang bagus pas video partama sama kedua. Tapi Lama-lama ngerasa monoton sendiri. Menurut lo—”

“ABANGGG!!!”

Bian terlonjak kaget dari kursi gimnya ketika pintu ruang studionya didobrak kuat dari luar seiring pekikan suara cempreng yang terdengar memanggil dirinya. Kepalanya memutar belakang, menatap horor kemunculan sang penganggu yang akan mengusik kehidupan damainya selama sepekan nanti. Iyap! Setelah enggak pulang selama beberapa bulan, anak itu akhirnya pulang juga setelah dapat jatah libur kuliah satu minggu.

“Udah pernah dibilangin, buka pintu itu pakai tangan bukan kaki!” omelnya mencoba tetap sabar menghadapi sang penganggu walau hati pun ingin ikut mereog.

Sayangnya, orang yang lagi diomeli terlihat cuek. Mengabaikan nasehatnya untuk kesekian kali. Dia mendekat ke tempat Bian dengan cengiran di wajah. “Abang, minta tolong dong, hehe,” katanya.

Punggung Bian merinding seketika. Merasa cukup seram melihat cengiran yang sudah cukup lama tak pernah dia lihat secara langsung itu, tiba-tiba hadir kembali di depan matanya. Biasanya cuma lihat cengirannya via online, kali ini orang itu berdiri di depan matanya.

“Cuma kamu yang mau minta tolong, tapi kayak mau ngerampok orang!”

“Ya maap,” sahutnya acuh tak acuh.

Kendati demikian, rindu Bian telah terobati. Sudah lama dia merindukan suasana seperti ini ketika Jiva yang suka tiba-tiba muncul ke kamarnya setelah berhasil mendobrak paksa pintu diikuti suara cempreng ciri khasnya itu yang suka teriak-teriak memanggil dirinya.

Bian mendesah, tetap bersabar. “Mau minta tolong apa?”

Wajah Jiva semringah kemudian. Dia menarik dua pakaian berbeda ke depan yang sejak tadi dibawa-bawa itu. Bergantian menunjuk dua jenis dress sama cuma beda warna doang. “Menurut Bang Tata bagusan yang kuning atau biru?”

Bian memperhatikan seksama kedua pakaian tersebut. Emang bedanya apa? pikirnya agak heran. Di mata Bian kedua dress tersebut terlihat sama, sama-sama bagus, designnya enggak mencolok tampak sederhana namun kesan playful-nya ada sehingga kelihatan cocok kalau dipakai Jiva. Bedanya ada pada warna mereka yang berbeda. Bian mencoba berpikir keras, menilai kembali kedua dress itu sebelum menyampaikan jawabannya.

“Biru bagus.”

Jiva melihat dress biru di tangan kanannya. Alisnya mulai mengerut dan rautnya terlihat ragu-ragu. “Enggak yang kuning? Warnanya lebih cerah dari si biru, lho.”

“Kamu minta pendapat. Giliran dikasih jawaban malah diraguin. Maunya apa sih, Dek?”

Nah kan ... Bian sudah menebak alurnya ke arah mana.

Knock Knock Your HeartWhere stories live. Discover now