Kisah Tentangnya...

321 20 0
                                    

Sudah 30 menit Dian melamun menatap keluar gedung di ruang kerjanya. Hujan begitu deras. Masih terpikirkan kata kata Danu tempo hari. Baru terfikir kenapa dia tertarik padanya? Apa dia hanya suka menggodanya saja? Terlihat jelas usia mereka jauh. Dan dia juga sudah pernah menikah.

" Dian, kenapa melamun begitu?" Sandra menghampiri sahabatnya.

" San, kamu bisa kenal Mas Danu dimana? Dia kan ga satu kantor sama kita. Bahkan usia dia sepertinya jauh sama kamu. " Tanya Dian tiba tiba. Sandra tersenyum heran sambil mengenyitkan dahi.

" Kenapa kamu tiba tiba jadi penasaran sama dia? Apa jangan jangan kamu tertarik sama duda keren itu?" Goda sandra. Dian memutar mata malas.

" Yang benar aja, aku cuman nanya aja"

" Oke...oke maaf. Jangan marah gitu dong. Sebenarnya dia itu masih sepupuan sama aku. Cucu pertama nenekku," jelas Sandra. Dian mengangguk paham.

" Istrinya meninggal setahun lalu saat melahirkan. Bayinya ikut meninggal sejam kemudian. Saat itu mas danu benar benar terpukul. Entah sekarang dia bisa move on apa engga. Oh iya kudengar dia ambil rumah di residen yang sama denganmu apa bener?" Tanya Sandra

Dian menghela nafas " itulah masalahnya, dia tetangga sebelahku sekarang. Idola ibu ibu sekomplek termasuk mamaku," dengusnya.

Mendengar itu Sandra tertawa terbahak bahak. Ia tak percaya bumi begitu sempit bagi keduanya.

" Lalu kenapa kau terlihat kesal? Dia cukup humble dan ramah kok sepengetahuanku," ujar Sandra. Kini Dian yang tertawa mendengarnya.

" Kenapa? Kok ketawa?" Tanya Sandra

" Ga apa apa, ya kamu bener dia sangat sangat humble" ucapnya dengan penekanan karena bukan sikap itu yang ia dapat dari Danu.

------------------

Sudah 2 hari ini Dian melihat ada saja ibu ibu yang keluar masuk dari rumah Danu, bahkan bu rt pun ikut bolak balik dari rumahnya. Karena penasaran Dian bertanya pada mamanya.

"Mas Danu sakit demam sudah 2 hari. Lihat itu bu Indri dan bu Siska bolak balik membawa makanan dan vitamin untuk Mas Danu mereka pasti mau cari muka" mamanya menghela nafas.

" Ih mama apaan sih kasian tuh sama papa yang kerja di luar negri. Jangan mikir cowo lain begitu" keritik Dian membuat mamanya tersipu malu.

" Dian..kalo gitu kamu aja deh yang anterin sup iga ini buat Mas Danu. Ga mama yang bucinin mudah mudahan kamu yang berjodoh sama dia. Ga apa apa duda tapi keren" kekeh mama Dian sambil menyodorkan tumbler sup pada anak gadisnya

" Mama! aku ga mau," tolaknya.

" Ayo dong sayang. Gimana juga dia tetangga kita. Apalagi kita sebelahan masa ga nengok sama sekali"

Dian menghela nafas kesal dan meraih tumbler itu sambil beranjak keluar rumah.

Benar saja saat ia bertamu ke rumahnya terdengar suara parau Mas danu dari dalam. Ekspresinya berubah ketika menerima kedatanganku.

" Masuk dian.."

Aku mengekor ke di belakangnya dan duduk di ruang tamu. Terlihat sekali ia pucat namun tetap berusaha tersenyum padaku.

" Mas sakit apa? Udah minum obat?" Tanyaku

" Kamu khawatir sama aku?" Tanyanya balik. Bisa bisanya di saat sakit dia tetap menggodaku.

"Ini ada sup dari mama," Dian menyodorkan tumbler tanpa melangkah masuk ke dalam meski Danu sudah membukakan pintu

" Kamu mau siapkan untukku gak? Kali aja kalau kamu yang siapkan sakitku bisa sembuh" ujarnya lagi sambil menatap Dian dalam. Dian tak menjawab karena ragu.

" Ya udah tunggu disitu," Dian ijin ke dapur untuk menuangkan sup dan menyiapkan nasi untuknya.

Tiba tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Panas tubuh mas danu terasa di kulit Dian.

" M mas jangan begini!" Dian berusaha melepasnya.

" Sebentar saja dian. Kumohon,"

Mendengar itu Dian tak berontak lagi. Ia menghela nafas dan kembali menyiapkan makan untuknya sambil ia masih memeluknya dari belakang.

" Aku kesepian Dian...terimakasih kau mau datang" ujarnya. Terasa nafas panasnya berhembus di lehernya.

" Bukannya tadi ibu ibu bolak balik kesini? Lihat tuh makanan dari mereka masih menumpuk di dapur" sindir Dian.

" Maksudku kamu. Aku senang kamu yang datang kesini. " Sahutnya.

Tiba tiba ia mengecup leher Dian. Panas dan geli itu yang  ia rasakan.

Cup...

Kalau dia tak sakit pasti bogem Dian sudah mendarat di wajahnya. Buru buru Dian melepas pelukannya dan berbalik menghadapnya. Keduanya bertemu pandang sejenak.

" a aku akan bawa nasi dan sup nya ke meja..cepat makan!" Dian berjalan meninggalkan Danu dan menaruh makanannya di meja.

" Kamu ga ikut makan?" Tanyanya sambil duduk di ruang makan. Dian menggeleng.

" Dian.." panggil Danu pelan saat gadis itu hendak beranjak pergi.
Dian menoleh ke arahnya.

" Makasih ya..." Senyumnya. Ya tuhan tatapannya benar benar menusuk. Bisa bisanya lagi sakit tetep ganteng. Wajah Dian memerah melihatnya.

" Iya," Dian berlalu dengan wajah memerah dan jantung berdebar cepat.

---------------------

PESONA (Mampukah Menahan Pandanganmu Darinya?)Where stories live. Discover now