Chapter 1: Dio's Life

19.7K 1.9K 67
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

Warning! Penggunaan EYD Kurang Tepat dan Typo Bertebaran⚠️

.

.

.

-Happy Reading-

•●•●•

Tiit...

Tiit...

Suara klakson mobil saling bersahutan ketika lampu hijau telah menyala, para mobil bertuan itu tidak sabar ketika ada seorang anak laki-laki bertubuh kecil berjalan cepat untuk menepi di pinggir jalan sambil memeluk koran yang masih tidak ada pembelinya.

"Tolong jika lampu sudah berwarna kuning, cepatlah menjauh!" Ucap salah satu supir mobil yang kebetulan posisinya dekat dengan anak laki-laki itu.

Sedangkan anak laki-laki itu hanya menundukkan kepalanya menatap kaki telanjangnya yang sudah sangat kotor.

"Maafkan Dio" lirih anak kecil itu dengan nada begitu lirih.

Ya, anak laki-laki tersebut bernama "Abqary Dion D." Kakek yang memperkerjakannya sebagai penjual koran sering memanggil dirinya Dio, tapi kebanyakan orang memanggilnya anak sial, anak haram, anak tidak tahu di untung, dan sebutan negatif lainnya.

Tubuh yang begitu mungil dan kurus tidak seperti anak seusianya, berkulit kuning langsat, bermata biru jernih, memiliki rambut hitam yang lebat, serta pakaian lusuh yang selalu ia kenakan setiap harinya.

Tahun ini usianya sudah menginjak 4 tahun, dimana masa ini masih berada di golden age, dan normalnya anak-anak seusia Dio lebih senang mengeksplor apa yang ingin mereka ketahui. Namun sayang, Dio bukanlah mereka. Anak pemilik mata biru itu sudah dituntut untuk bekerja memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan juga membantu panti yang sudah mengasuhnya selama ini.

Dipaksa menjadi orang dewasa di masa kanak-kanak sangat mempengaruhi jati diri Dio. Anak itu memiliki hambatan sosial yang cukup buruk. Namun berterima kasihlah pada mental anak kecil itu, karena di tengah dunia kejamnya, anak itu masih memiliki hati yang suci dan polos.

Cukup tahu diri adalah kunci penting dalam dirinya untuk bertahan hidup.

Diam adalah cara dirinya untuk terlepas dari siksaan orang-orang yang ia sayangi.

Menangis bukanlah senjata untuk dirinya agar di kasihani.

Tidak ada hak hidup dalam semesta Dio, yang ada hanyalah kewajiban yang diberikan ibu panti dan teman-teman panti pada dirinya.

Dendam? Jangan tanyakan pada Dio sang pemilik hati suci. Akan tetapi rasa ketidakadilan selalu ia rasakan namun ia tak bisa berkutik.

Memangnya apa yang bisa ia lakukan dengan tubuh kecilnya ini?

•●•●•

At 10.00 AM

Langkah dari kaki kecil itu berjalan lesu. Koran-koran yang ia peluk masih banyak, hari ini tidak ada satupun pembeli yang membeli korannya.

I'm Dio! (TERBIT)Where stories live. Discover now